Share

Panas

Penulis: FitriElmu
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-27 21:21:46

Rara menanting piala dengan raut gembiranya. Pun Dino ikut tersenyum lebar. Ternyata improvisasinya tadi mendapat nilai plus dari para juri. Dan akhirnya membawa keuntungan untuk mereka. Tadi setidaknya itu pencapaian yang bagus untuk anak-anak kecil seperti mereka yang berani mengambil tindakan lebih di situasi terjepit pun. Mereka berfoto-foto ria sebelum kembali ke rumah.

Dalam perjalanan pulang, Rara berceloteh. Eforia kesenangan masih melingkupi dirinya.

Sampai di rumah, sudah malam. Akhirnya mereka langsung mandi dan beristirahat tanpa sempat mengintip menu makan malam. Lagipula dalam perjalanan pulang tadi mereka sudah mampir makan dengan rombongan.

Dan jika sudah sampai di rumah seperti ini, sifat dingin Kiara kembali.

-----

Di dalam kamarnya, Kiara melihat-lihat poto hasil bidikan tadi. Tangannya mengusap salah satu foto yang menampilkan keluarga kecil mereka.

Mereka kelihatan seperti keluarga bahagia bukan? Senyum lebar Rara, j
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Petaka Satu Malam   Pengakuan Satrio

    "Kamu...."Kiara menatap Satrio tak percaya.Satrio mengangguk."Aku memang salah dari awal. Obsesiku untuk mendapatkanmu membuatku lupa diri. Aku terpengaruh dengan rencana Nina. Karena itu aku menyetujuinya.Tapi, akhir-akhir ini aku sadar. Dia wanita gila. Kalau saja aku menurutinya, sama saja aku gila. Semenjak itu aku berfikir, dan mulai keluar dari jalur rencana gilanya."Kiara menggenggam ponsel itu dengan gemuruh di dadanya menahan marah dan kesal sekaligus merasa terhianati. Selama ini dia percaya dengan Satrio. Tapi...."Aku akui aku salah, Ra. Aku minta maaf. Terserah kau mau membenciku, aku tak apa. Tapi, aku mohon pertahankan pak Devan. Aku tidak tahu apa yang di lakukan wanita licik itu. Tapi aku tahu, kalau ada apa-apa, itu hanya bagian dari akal bulusnya. Tetaplah bertahan dengan pak Devan."..Kiara melangkah lunglai. Tadi dia diantar Satrio kembali ke sekolah Rara. Melihat fakta baru yang di ketahuinya, membuatnya bimb

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-28
  • Petaka Satu Malam   Menyembunyikan Luka

    Sekitar setengah jam kemudian, sampai juga di rumah Kiara."Ayo, masuk dulu pokoknya," ujar Kiara.Mereka melangkah masuk."Ya begini, rumahnya Devan. Hehe," tukas Kiara."Ini mah bagus banget. Nyaman lagi," ucap Tasya. Kiara tersenyum. "Duduk dulu, aku ke belakang dulu ya."Tasya mengangguk."Sayang ganti baju dulu, yuk," ajak Kiara"Iya ma."Rara berlari kecil ke kamarnya. Dan Kiara ke belakang mengambilkan minuman dingin juga cemilan."Silakan diminum. Adanya begini. Hehe," ujarnya dan meletakkan gelas di depan Tasya dan Dino."Haduh, malah repot-repot.""Gak repot. Orang sudah ada kok."Tak lama Rara turun membawa Chimmy dan kucing tersayangnya, Shooky."Dino, sini mainan kucing. Ini kucing aku," ujarnya semangat.Dino yang notabene penyuka hewan, langsung bergegas menghampiri Rara. Mereka bermain dengan hewan lucu itu di bawah."Seneng ya, lihat anak-anak juga akur. Jadinya

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-28
  • Petaka Satu Malam   Tak Tahu Diri

    Darimana saja kamu."Kiara menatap tajam ke arah Nina yang sedang di dapur, mencari makan. Dia langsung menemui Nina, karena teringat dengan ide gila Nina pada dirinya dan Devan. Rara sendiri langsung mandi di atas.Nina mendengkus. Menatap remeh pada wanita di depannya."Bukan urusanmu," ketusnya, menyahuti wanita yang sempat menjadi nyonyanya tersebut.Kiara menyeringai tipis."Siapa bilang itu bukan urusanku? Ini rumah suamiku. Dan kamu? Ch! Cuma penumpang!" "Siapa bilang? Sebentar lagi aku jadi nyonya disini? Kau tidak lihat perutku hah!" bentaknya balik."Yakin? Itu benihnya Devan? Bukan benih dari pria yang kau tiduri di club malam itu?" Kiara maju beberapa langkah. Menatap tajam pada Nina yang justru malah menatapnya balik."Hey! Wanita munafik. Tidak usah lah lagi berpura-pura. Aku tahu semuanya. Aku tahu rencana busukmu dengan membujuk Satrio. Aku juga tahu kau mengajak dia melakukan hal menjijikkan itu dem

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-29
  • Petaka Satu Malam   Sakit, Van

    Devan merebahkan hati-hati tubuh Nina ke ranjang. "Mana yang sakit?" tanya Devan."Kakiku ... ahh!"Devan beralih ke kaki Nina."Disini?" tanyanya memegang pergelangan kaki Nina."Iya. Aaw! sakit!" pekiknya.Devan hati-hati sekali memijit pergelangan kaki Nina. Nina tersenyum kecil. Dia sengaja berpura-pura jatuh saat melihat Devan tadi. Sengaja karena dia tahu Kiara pasti akan mendekati Devan lagi. Karena itu dia membuat rencana supaya wanita rivalnya itu merasakan sakit hati. Tepat saat dia lihat Kiara membuka pintu, tepat itu pula dia menjatuhkan dirinya. Pura-pura terkilir.Dan melihat wajah syok Kiara tadi, membuatnya merasa puas."Masih sakit?"Nina tersadar dari lamunannya. Pura-pura kesakitan lagi."Masih ...aaa ... sakit, Van," rengeknya."Aku kompres air hangat ya?"Nina menggeleng."Jangan. Disini saja. Temani aku.""Tapi,""Hiks ... hiks ... sakit."Devan menghela napas. B

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-29
  • Petaka Satu Malam   Ingin Manja

    Sebelum mentari terbit, Kiara sudah bangun. Bergegas mandi membersihkan diri. Memberesi tempat tidurnya sendiri, dan barulah dia berkutat di dapur.Sengaja dia bangun pagi-pagi sekali, karena malas di ganggu oleh Nina. Lebih baik cepat membuat sarapan, sehingga nanti tinggal pergi. Urusan rumah kan ada Nina yang seharusnya mengerjakan.Bi Tinah belum juga kembali. Suaminya sedang sakit. Dan beliau pulang untuk merawat suaminya yang juga sudah renta. Sebenarnya kasihan juga melihatnya, di usia yang sudah berkepala lima, seharusnya bi Tinah istirahat saja. Tapi dia juga tak bisa menghakimi. Mungkin ada alasan lain yang membuat bi Tinah masih bekerja disini. Karena wajar saja sih, beliau saja yang merawat Devan dari kecil. Berarti memang sudah cukup lama mengabdi di keluarga ini. Kesibukan di dapur, suara memasak, aroma sedap yang menguar, nyatanya tak cukup ampuh untuk membangunkan seisi rumah. Jadilah sampai Kiara selesai masak, tetap saja tak ada yan

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-30
  • Petaka Satu Malam   Pengganggu

    Kiara mendandani Rara. Menyisir rambut panjang lurus tersebut. Membaginya menjadi dua bagian, lalu menguncirnya. Sementara si Pria duduk manis menatap interaksi ibu dan anak tersebut."Nah, anak mama udah cantik," puji Kiara. Rara tersenyum menatap pantulan dirinya dari cermin besar."Iya dong. Mama kan juga cantik. Papa juga ganteng," ujarnya menimpali.Devan tertawa, menghampiri sang istri untuk meminta gilirannya."Kenapa?" kernyitnya."Gantian dong sayang. Aku juga kan mau di dandani," ucapnya mengerlingkan mata. Melihatnya, Kiara mendengkus."Haha... papa nih ikut-ikutan aja," sela Rara."Iya dong sayang. Harus," ucapnya, mengerdipkan mata mengkode Rara untuk pindah tempat."Pakai sendiri, bisa kan?" dengkus Kiara malas.Devan menggeleng, menunjuk kemejanya yang bahkan belum dia kancingkan."Ck. Manjanya. Yang hamil siapa, yang manja siapa," gumamnya lirih, saking lirihnya, yang di dengar Devan hanya gumaman tak j

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-01
  • Petaka Satu Malam   Devan Bodoh

    Sepanjang perjalanan, wajah Kiara tertekuk, dia terlihat sangat kesal. Bahkan Rara tak berani berbicara dengan mamanya. Baru kali ini dia melihat mamanya marah. Seumur-umur dia tidak pernah melihat Kiara semengerikan ini. Jadi dia sangat takut. Dia tidak tahu kesalahannya, tapi dia merasa kemarahan mamanya ada hubungannya dengan dirinya. Buktinya mamanya sedari tadi tak mengajaknya mengobrol.Suasana di dalam mobil benar-benar hening. Hanya deru halus yang tak terasa dari gesekan ban dengan aspal.Devan juga merasa, bodohnya, sudah tahu Kiara tak suka dengan Nina, malah dia memanggil Nina untuk bergabung makan. Aish! Lagi-lagi dia merusak kehangatan keluarga kecilnya yang baru saja kembali hangat.Sesekali ekor matanya melirik wanita itu dari kaca spion depan. Menghela napas berat saat melihat Kiara masih bergeming. Dia memang duduk di samping Rara, tapi lihatlah, pandangannya justu ke arah luar kaca mobil.Di lihatnya Rara yang takut-takut menjulurkan

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-02
  • Petaka Satu Malam   Dodi Siapa

    Devan benar menurunkan Kiara di pertigaan sesuai permintaannya. Bukan karena dia tidak peduli, dia hanya tidak ingin memperunyam masalah. Tapi jangan salah, dia mengawasi Kiara dari kejauhan. Dan setelah melihat Kiara di jemput pria yang di kenalnya, barulah dia melanjutkan perjalanannya ke kantor. Lagipula dia pikir, mungkin Kiara butuh seseorang untuk berbicara.----"Kok, elo Nad? Taki mana?" tanya Kiara. Terang saja dia heran. Karena dia tadi menghubungi Taki, bukan Nadia, tapi justru Nadia lah yang datang.Nadia mengangguk."Bagian dari rencana," ujarnya."Maksud lo?" Kiara mengernyit tak faham."Iya. Taki yang nyuruh gue. Dia tahu, pasti Devan akan ngawasin lo, jadi dia nyuruh gue buat minta izin sama pak Devan untuk nemuin elo. Dan untung aja pak Devan mengizinkan."Kiara menarik napas panjang."Haish. Terserah kalian lah. Gue tidak ikut resiko kalau Devan tahu gue malah nemuin Taki," ujarnya."Hey.. hey... tenang saja. Pak Devan

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-03

Bab terbaru

  • Petaka Satu Malam   Ending Scene

    Delapan bulan berlalu. Setelah kejadian tersebut, keluarga kecil Devan kembali seperti semula. Ditambah satu anggota keluarga, bayi laki-laki yang tampan dan menggemaskan. Reyvaldo Erlangga, namanya.Tingkah menggemaskan bocah tersebut membuat suasana rumah semakin berwarna. Rara apalagi, dia bahkan selalu bersemangat untuk bermain-main dengan adiknya. Sepulang sekolah, dia langsung mencari adiknya,mencium gemas pipi Er yang sama-sama gembul seperti dirinya.Tak ada lagi pengganggu bernama Indira. Dia telah lama pergi akibat dari kelakuannya sendiri. Dendamnya berakhir menjadi bumerang untuk dirinya. Bayi Indira sendiri kini di rawat oleh Tasya yang memang menginginkan seorang adik untuk Dino. Siapa tahu bisa menjadi pancingan pada Yudi.Untung saja, bayi Indira yang dinamakan Keyra Vanesha normal, meskipun dimasa kehamilan dirinya ibunya tak pernah merawat dirinya. Organ tubuhya lengkap dan sehat. Usia Keyra dan Erlangga sama, hanya berjarak satu hari saj

  • Petaka Satu Malam   Kesabaran Satrio

    Berhubung usia kandungan Kiara masih tujuh bulan, maka bayinya mengalami lahir prematur  dan harus di rawat dalam ruang khusus, bersama dengan bayi Indira yang juga mengalami hal yang sama. Untung saja ada Sarah, dokter yang mereka kenal dan bisa di percayai merawatnya.Kiara masih lemas. Luka di kepalanya masih terasa nyeri, begitu pula dengan di perutnya, karena terpaksa harus melakukan operasi cesar. "Kemana Dodi?" tanyanya lemas. "Dia di ruang sebelah sayang," jawab Devan. Dia bahagia karena akhirnya istrinya melewati masa kritisnya meski wajahnya masih sangat pucat dan lemas."Bawa aku kesana, Van. Aku ingin melihatnya," ujarnya."Tidak. Jangan sekarang. Kamu masih lemah sayang. Nanti saja ya, kalau sudah mendingan.""Tapi aku ...""Stt...""Tak ada tapi-tapian. Ya, istirahat dulu. Nanti kalau sudah mendingan, aku anterin ke ruangan Dodi ya?"Kiara akhirnya mengangguk, tersenyum lemah."Tapi kamu sudah memaafkannya kan?"

  • Petaka Satu Malam   Tentang Dodi

    Wajah itu, wajah yang sempat dia cintai. Si pemilik hati nya yang sempat membuatnya berbunga-bunga. Sungguh, tubuhnya lemas. Dalam hati terdalamnya, jujur, Nadia masih ada rasa pada Dodi. Dan melihatnya kini berbaring lemah di hadapannya, membuatnya sakit.Taki belum menyadari perubahan wajah Nadia. Setelah Dodi di bawa ke rungan yang berbeda dengan Kiara, dia yang menjagai sahabat eratnya tersebut dengan di temani Nadia."Huft, baru saja lo sembuh Di ... baru saja lo bilang bakal membuka lembaran baru, dan ternyata ada kejadian ini," desah Taki."Tapi gue bangga sama lo, meski kesal juga sama lo. Lo lebih mentingin nyawa istri sahabat lo sendiri di bandingkan dengan nyawa lo sendiri. Semoga setelah ini, perasaan bersalah lo sama Devan bisa berkurang," tambahnya lagi.Taki tersenyum kecut. Setelah mendengar kabar mengenai kekisruhan yang di sebabkan oleh Indira, diam-diam Dodi selalu mengawasi Kiara. Demi menebus kesalahannya pada Devan beberapa tahun silam

  • Petaka Satu Malam   Rencana Nina

    Untuk ke dua kalinya, berita buruk. "Ya ampun nak. Apalagi yang terjadi?" paniknya.Dia berdiri di pinggir jalan, tak lama, dia menyeberang tergesa. Namun sebuah mobil melaju kencang ke arahnya. Cepat dan tanpa sempat dia sadari.Kakinya seakan menancap di tanah tak bisa dia gerakkan sama sekali."Awas!" pekik seseorang dan mendorong Kiara ke pinggir jalan, membuat mereka jatuh terjerembab. Rupanya mobil tadi sengaja menabrak Kiara, melihat rencananya gagal, dia berbalik tanpa sempat mereka sadari."Kamu, tak apa kan?" ucap seseorang itu. Kiara meringis, perutnya sakit, pinggangnya juga. Rasa nyeri yang menjalar."Awass!" pekik orang itu begitu melihat mobil itu sudah dekat dengan mereka.Dan brak!Rasanya sakit, gelap ... gelap ... dan gelap..Rumah sakit lagi-lagi menjadi tempat kunjungan mereka. Dalam situasi yang lebih menegangkan dari yang pertama. Usai kejadian tersebut, Kiara dan seseorang itu di lar

  • Petaka Satu Malam   Kabar

    "Ma, Rara berangkat dulu," pamit Rara.Devamn juga mendekat dan mencium keningnya. Tak lupa berpamitan dengan baby di perut sang istri."Papa berangkat sayang. Jangan nakalin mama yah," ucapnya. Kiara tersenyum. Melambaikan tangannya, dan memandang mereka hingga menghilang dari pandangan.Setelah itu dia masuk ke dalam. Masih ada waktu beberapa jam sampai menunggu waktu istirahat mereka. Ya, mereka tak bisa izin begitu saja. Jadi harus memanfaatkan waktu yang sedikit itu. Kalau malam hari, pastilah Devan tidak mengizinkannya. Karena itulah mereka pilih siang saja. Meski sebenarnya waktu sempit itu mana cukup untuk obat kangen, tapi tak apalah. Daripada tidak sama sekali.Tapi dia tadi meminta kelonggaran pada suaminya untuk memberi jam tambahan istirahat pada kedua sahabatnya tersebut.Sekarang dia beres-beres rumah dulu.-------Alarm berbunyi mengganggu indera pendengaran. Membangunkan Kiara dari tidur sejenaknya. Dia bergegas beranj

  • Petaka Satu Malam   Dendam Nina

    Riris hanya menjagai mereka sampai Devan pulang. Devan juga sekarang pulangnya lebih awal. Kerinduan akan istri dan putri serta calon anaknya lah yang membuatnya selalu kangen rumah.Seperti biasa, setelah Devan datang, Riris langsung berpamitan pulang. Dia wanita yang tangguh. Meski begitu, Devan tak bisa membiarkannya pulang sendiri. Jadi dia menyuruh Satrio untuk mampir menjemput Riris."Gagal," ujar Devan pada Kiara."Maksudnya?" tanya Kiara. Dia menyantolkan jas suaminya ke hanger, lalu duduk di samping Devan dengan mengelus perut buncitnya. Kebiasaan yang akhir-akhir ini kerap tanpa dia sadari. Kebiasaan ibu hamil tua."Iya. Satrio ternyata sudah menyukai wanita lain," tukasnya."Oh, begiut. Ya gimana. Mungkin belum jodohnya kali.""Iya juga sih. Tapi takutnya dokter Sarah sudah terlanjur berharap bagaimana?"Kiara tersenyum. Memijit bahu Devan."Dia akan baik-baik saja. Aku kenal Sarah dengan baik," ujarnya."Semoga saja

  • Petaka Satu Malam   Kehidupan Setelahnya

    Sepeninggal Nina, kehidupan rumah tangga Devan dan Kiara kembali harmonis. Apalagi Rara juga kini sudah sembuh dan kembali bersekolah seperti biasa. Ada Riris yang selalu mengawasi mereka. Dan selama ini Nina tak pernah menampakkan dirinya. Entah masih hidup atau sudah mati wanita itu. Tak ada yang peduli, dan tak ada yang berniat untuk mencari. Yang penting mereka berjaga-jaga saja dari segala kemungkinan, dengan cara mengawasi sekitar. Takutnya tiba-tiba wanita itu muncul untuk membalas dendam.Kandungan Kiara juga sudah semakin besar. Sekarang menginjak usia tujuh bulan. Saat-saat paling riskan, karena banyak juga ibu hamil yang melahirkan di usia segitu.Kehidupan normal berjalan lancar. Senyum Kiara kini tak henti terukir setiap waktu. Impiannya untuk menjalani kehidupan wanita hamil pada umumnya, kini dia rasakan. Limpahan kasih sayang dari suaminya, anaknya, sahabatnya, dan pokoknya kini semua terasa membahagiakan.Devan pun kini lebih sering berjal

  • Petaka Satu Malam   Penjagaan

    Keesokan harinya, benar yang dikatakan Satrio. Dia mengantar seorang wanita muda yang kira-kira berusia dua puluh delapan tahunan."Namanya Riris. Meski perawakannya kecil, jangan salah. Dia ini jago taekwondo loh," ujar Satrio. Riris menundukkan kepala, tersenyum menyapa pada tuan rumah."Justru, kecil-kecil cabe rawit. Hehe," ujar Devan. Kiara langsung menyenggolnya."Hehe.. iya sayang. Kan cuma bercanda. Sayangku, cintaku tetep kamu kok," ucapnya mengedipkan sebelah matanya. Satrio merotasikan bola matanya malas."Jangan heran ya Ris. Jangan mual juga. Mereka emang kadang bucinnya kelewatan," tukas Satrio."Gak papa. Itu kan memang wajar bagi pasangan suami istri.""Nah loh. Makanya jangan jomblo mulu. Sana, nikah!""Kampret. Mentang-mentang ya. Kalau saja kemarin Kiara aku culik paling juga udah nangis-nangis," tutur Satrio."Heh! Cari mati?" desahnya kesal.Satrio malah tertawa."Sudah. Katanya mau cek up. Biar aku temani R

  • Petaka Satu Malam   Pengusiran

    Pantat Devan sangat sakit. Tentu saja. Dia menghantam lantai dengan keras. Meski begitu, marahnya mengalahkan segalanya. Dia menatap tajam Indira yang gemetar ketakutan."Siapa yang menumpahkan minyak disini?" tatapnya tajam. Rahang Devan sampai mengeras saking emosinya dia.Indira menunduk. Takut."Jawab! Siapa!" bentaknya. Kalau tidak ingat wanita ini sedang hamil, ingin rasanya dia menghajar wanita iblis ini."De-Devan ... aku tidak bermaksud ....""Oo... jadi kamu. Apa maksudmu? Kau ingin mencelakai Kiara, hah!""Bu-bukan begitu. Aku hanya ....""Lalu ini apa? Kau berniat bukan? Untung saja aku yang terkena. Kalau Kiara ... ah, sungguh aku tidak bisa membayangkan. Kamu keterlaluan ya Ra. Apa sih yang membuat kamu setega ini melakukannya pada Kiara? Aku tak habis pikir dengan jalan pikirmu?" Indira mengangkat wajahnya. Balik menatap tajam Devan."Kau pikir kenapa? Itu karena aku benci wanita itu! Dia yang merebut kamu

DMCA.com Protection Status