Share

Akal Bulus Nina

"Rara kangen," ujar Kiara, begitu Rara pindah di gendongan sang papa, dan Devan menoleh, mengangguk.

"Ya udah, ke ruangan aja," ajaknya. Kiara mengikuti langkah Devan ke ruangannya.

"Tadi dari mana?"

"Ninjau proyek."

"Sama emm, Satrio?"

Devan mengangguk. Mendudukkan Rara di sofa dalam ruangannya.

"Bagaimana proyeknya? Lancar?"

Kiara menghempaskan pantatnya di samping Rara.

"Syukurlah. Kini semua pedagang sudah menandatangani persetujuan."

"Kok bisa?" Reflek Kiara. Devan sontak menoleh, agak kesal juga sih saat pertanyaan itu muncul. Dia menghela napas.

"Ya bisa dong. Kan aku udah bilang dari awal. Pasti semuanya lancar," ucapnya agak ngegas. Kiara yang menyadari intonasi Devan agak menaik, nyengir.

"Hehe, maksudnya gimana caranya sayang. Kan waktu itu hampir delapan puluh persen mereka nolak."

Devan melonggarkan dasinya dan melepas dua kancing kemejanya bagian atas. Gerah, padahal ac nya sudah dia nyalakan.

"Tentunya usaha keras dong, Yang. Aku juga menjamin mereka bisa menempati mall
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status