Share

Pengakuan

Penulis: FitriElmu
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-04 10:28:14

"Ka-kamu... haha, jangan bercanda Nin. A-apa yang kamu katakan, kamu gak serius kan sama ucapanmu?"

Devan tertawa canggung dan bingung. Indira? Nina bercanda. Bagaimana mungkin dia Indira, Indira sudah pergi.

Nina menggeleng. Melangkah mendekat ke Devan. Menyentuh lengan pria itu. Bulir bening mengalir sejak dia mengatakan pengakuan tersebut.

"Aku tidak bercanda, Van. Aku memang Indira. Wanita mu dulu."

Devan menggeleng.

"Gak mungkin. Indira sudah meninggal. Dia sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu. Bagaimana bisa kamu mengaku-aku jadi dia? Hah! Indira juga wajahnya tidak seperti kamu. Jangan mengada-ngada."

"Hiks... aku masih hidup. Siapa yang mengatakan padamu kalau aku sudah meninggal? Dodikah? Atau Taki?"

"Ba-bagaimana kamu tahu mereka?"

"Karena aku ini Indira! Harus dengan cara apa agar kamu percaya, Van? Hiks... wajahku memang berubah. Dan itu gara-gara pria brengsek itu. Hiks.. hiks..." Nina menutup wajahnya dengan kedua tela
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Petaka Satu Malam   Tekad Licik

    "Sial! Kenapa dia tak mempercayaiku? Percuma sekali aku nangis-nangis dihadapannya tadi," rutuk Nina. Dia menghempas kasar pantatnya di ranjang. Menggigit jemarinya dan mata bergerak ke kanan dan kiri, berfikir."Apa aku kurang meyakinkan? Kenapa dia seolah tak tergerak. Huh! Apa wanita bodoh itu berhasil merasuki Devan? Sial! Aku pikir dia masih mencintai Indira. Nyatanya bulshit! Dasar pria, saat dia berhasil menemukan pengganti, begitu mudah melupakan orang yang dicintainya. Lalu aku harus apa, kalau dia saja tak peduli dengan kehadiran Indira lagi? Aish! Menyebalkan!" Omelnya.Percuma, padahal dia tadi sudah memberi obat tidur pada penghuni rumah untuk membuat mereka lelap, demi melancarkan aksinya, tapi malah reaksi Devan di luar perkiraannya."Argh! Sial! Kalau sudah begini, aku harus bagaimana? Mengembalikan wajah yang dulu? Itu sangat tidak mungkin. Aish! kenapa tidak dari dulu aku mengakuinya, pasti sikap Adam tidak akan seperti ini."Nina men

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-04
  • Petaka Satu Malam   Sebuah Pesan

    "Ma, kok papa dari tadi diam aja sih."Kiara mengikuti arah pandang Rara, menatap pria yang sudah beberapa bulan ini menjadi suaminya."Mungkin papa lagi puasa ngomong sayang," jawabnya sembari tersenyum. Senyum terpaksa lebih tepatnya."Hehe. Rara kira papa sakit gigi. Papa sih diam aja. Rara tanyain malah kaget. Papa aneh," tambah bocah itu.Kiara tersenyum. Mengusap pelan bahu Rara. Namun netranya tak lepas dari mobil Devan yang melaju keluar gerbang."Yuk, lanjut lagi sarapannya. Abis itu berangkat sekolah," ajak Kiara, menggandeng jemari mungil Rara dan menuntunnya masuk rumah. Rara mengangguk semangat.Memang aneh, Kiara perhatikan Devan sedari tadi diam saja. Cenderung melamun malah. Setiap dia tanya, pria itu seperti kaget. Aneh sekali. Padahal niatnya Kiara mau meledeki pria itu perkara tespeck yang dia temukan di depan kamar tadi malam. Tapi, melihat Devan seperti itu, selera untuk menggoda Devan menguap begitu saja.

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-05
  • Petaka Satu Malam   Orientasi Dodi

    Hening.Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir Devan. Netranya terarah ke wanita yang tertunduk di depannya. Nina sempat terisak tadi, namun Devan biarkan saja. Dia bingung untuk bersikap. Tak peduli dengan pasang mata yang mengarah ke mereka. Karena pada kenyataannya mereka juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dan untung saja cafe tidak terlalu ramai. Ini kan bukan jam istirahat kerja."Jelaskan," ucap Devan datar. Dia palingkan wajahnya ke arah lain.Perlahan Nina mengangkat wajahnya. Bulir bening sisa tangisnya tadi masih membekas."Van ... aku...""Huft."Nina kembali terdiam. Helaan napas berat Devan terasa menusuknya. Dia menarik napas panjang. Memberi kesempatan pada otaknya untuk merancang rencana. Ini kesempatan bagus bukan. Devan mengajak ketemuan berarti pria itu masih penasaran dengan dirinya. Dan kali ini dia tidak akan membiarkannya lepas lagi.Minuman yang mereka pesan dibiarkan tak terjamah. Ada hal lain

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-05
  • Petaka Satu Malam   Kegilaan

    Indira menatap ngeri pada setruman listrik yang di pegang Dodi. Tapi sayang, tubuhnya sudah sangat melemah. Karena sedari tadi mendapat perlakuan kasar dari Dodi, tamparan berkali-kali mendarat di pipi mulusnya. Jambakan kasar di rambut panjangnya. Juga makian dan juga celaan mampir dan melukai perasaannya. Entahlah, dia tak dapat berfikir jernih lagi. Tetes dari di sudut bibirnya belum kering. Panasnya pipi yang terkena tamparan belum mendingin. Dia tak tahu harus berbuat apalagi untuk melawan Dodi. Lakbannya memang sudah di buka. Tapi ikatan di tangan dan kakinya belum di lepas. Dia kini justru malah di ikat di kursi.Devan, ia justru teringat Devan. Berharap Devan akan menolongnya, meski rasanya sekedar angan. Mungkinkah adegan yang sering dia lihat di tv itu akan jadi kenyataan? Ah, mustahil sekali. Pasti saat ini Devan akan mengiranya sedang lelap tidur."Bagaimana? Masih tak menyadari kesalahanmu, wanita bodoh!" Seringai Dodi seraya menampilkan sengatan perci

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-06
  • Petaka Satu Malam   Bisakah Kita Kembali?

    Berhari-hari Indira kehilangan kesadarannya. Dia bangun di hari ke empat. Tapi, semenjak itu dia mengalami trauma yang amat sangat. Kejadian itu sangat membekas. Jangankan melihat benda tajam, mendengar derik hujan saja dia sudah ketakutan. Untung saja dia di tangani dokter yang mumpuni. Terapi dan segala macam dijalaninya. Tentunya dengan biaya sepenuhnya dari Dodi. Dan semenjak itu pula pemuda itu tidak pernah menampakkan diri. Dia hanya mengutus seorang wanita paruh baya untuk menjagai Indira. Wanita yang kini dia aku sebagai ibunya.Wajah Indira rusak dan tak dapat di kenali lagi. Setelah perawatan fisik dan psikis selesai, dia di bawa ke Singapura untuk operasi wajahnya. Dan cukup sulit untuk mengembalikan ke wajah aslinya. Karena luka yang di deritanya cukup parah.Indira pulih, tapi dengan wajah barunya. Dan kini dia kembali untuk merebut hati Devan kembali. Sayangnya, dia masih tak mempunyai keberanian untuk mengungkapkan identitas dirinya yang as

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-06
  • Petaka Satu Malam   Bertingkah Aneh

    Sekolah Rara. Rombongan anak-anak dan orang tua keluar dari gerbang sekolah. Ini sudah jam pulang. Diantara rombongan itu, terlihat Kiara menggandeng tangan Rara. Mereka tertawa-tawa entah apa yang dibicarakan. "Mama! Itu papa!"Devan tersenyum kecil. Melambaikan tangannya. Senyum sumringah Rara terlukis jelas. Dia berlari kecil menghampirinya dan Kiara yang mengikuti dari belakang."Papa!" Pekiknya, memeluk kaki Devan. Devan dengan sigap meraih tubuh mungil Rara dan menggendongnya, tersenyum pada sang istri yang menghampirinya."Kok? Ada apa? Tumben kesini tanpa diminta?""Ya gak papalah sayang. Pengen ngerasain lah jemput istri sama anak.""Kantor?""Tenang aja. Gak lagi sibuk kok. Lagian kan aku bossnya."Kiara mengangguk paham. Devan membawa Rara ke dalam mobil di ikuti Kiara. Rara duduk di kursi belakang, memainkan ponsel Kiara. Sementara Kiara duduk di samping Devan."Langsung pulang?" .Kiara mengangguk.

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-07
  • Petaka Satu Malam   Sang Pemilik Rahim

    Devan menggeliat pelan saat mendengar dering ponselnya. Menarik tangannya yang menjadi sandaran bagi Kiara. Terasa kebas, tapi tak masalah.Dia beringsut dan bersandar di head board ranjang. Meletakkan kepala Dinda di pangkuannya. Waniat itu menggeliat, mungkin merasa terganggu. "Stt... stt...."Devan menepuk-nepuk pelan punggung Kiara membuatnya nyaman kembali.Barulah dia ambil ponselnya dan menjawab telepon."Hmm, ada info apa?"Ya, informannya lah yang menelepon dirinya. Kesal sebenarnya karena tidurnya menjadi terganggu."Saya dapat info baru pak terkait wanita itu." "Benarkah? Tunggu sebentar."Devan membenarkan duduknya. Dia kembali semangat mendengar penuturan dari informannya. Mengambil headset yang kebetulan berada di atas nakas dan memasangkannya di ponsel dan telinga kirinya. Khawatir Kiara akan terbangun dan mendengar percakapannya."Bagaimana?" tanyanya lagi, antusias."Jadi setelah saya lacak. Wani

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-07
  • Petaka Satu Malam   Kecanggungan Nyata

    Canggung. Itulah yang terjadi semenjak Nina mengutarakan siapa dirinya. Setiap kali bertemu, Devan lebih sering membuang pandangan. Bukan karena membenci.Bahkan tadi pas makan malam, Devan tak berucap sepatah katapun pada Nina. Dia hanya melirik canggung. Untung saja hanya ada dirinya dan Rara di meja makan. Kiara makan di kamar. Karena tiba-tiba dia tak enak badan."Pa, tadi di sekolah Rara punya temen baru," tutur Rara sambil memainkan boneka dinosaurus yang lama tak disentuhnya. Dia dipangku papanya dan mereka kini di tengah setelah makan malam."Oh ya? Siapa namanya?""Dino. Haha, lucu ya pa. Masak namanya Dino. Kayak Dinosaurus aja," ujarnya, tertawa kecil. Tangannya tak henti memencet-mencet boneka empuk tersebut.Devan mengacak pelan rambut Rara. Aneh-aneh saja pemikiran putri kecilnya itu."Gak boleh gitu sayang. Nama itu bukan buat ledekan," nasehatnya."Gak kok pa. Pas dia perkenalan, Rara tiba-tiba aja kepikiran Dinosa

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-08

Bab terbaru

  • Petaka Satu Malam   Ending Scene

    Delapan bulan berlalu. Setelah kejadian tersebut, keluarga kecil Devan kembali seperti semula. Ditambah satu anggota keluarga, bayi laki-laki yang tampan dan menggemaskan. Reyvaldo Erlangga, namanya.Tingkah menggemaskan bocah tersebut membuat suasana rumah semakin berwarna. Rara apalagi, dia bahkan selalu bersemangat untuk bermain-main dengan adiknya. Sepulang sekolah, dia langsung mencari adiknya,mencium gemas pipi Er yang sama-sama gembul seperti dirinya.Tak ada lagi pengganggu bernama Indira. Dia telah lama pergi akibat dari kelakuannya sendiri. Dendamnya berakhir menjadi bumerang untuk dirinya. Bayi Indira sendiri kini di rawat oleh Tasya yang memang menginginkan seorang adik untuk Dino. Siapa tahu bisa menjadi pancingan pada Yudi.Untung saja, bayi Indira yang dinamakan Keyra Vanesha normal, meskipun dimasa kehamilan dirinya ibunya tak pernah merawat dirinya. Organ tubuhya lengkap dan sehat. Usia Keyra dan Erlangga sama, hanya berjarak satu hari saj

  • Petaka Satu Malam   Kesabaran Satrio

    Berhubung usia kandungan Kiara masih tujuh bulan, maka bayinya mengalami lahir prematur  dan harus di rawat dalam ruang khusus, bersama dengan bayi Indira yang juga mengalami hal yang sama. Untung saja ada Sarah, dokter yang mereka kenal dan bisa di percayai merawatnya.Kiara masih lemas. Luka di kepalanya masih terasa nyeri, begitu pula dengan di perutnya, karena terpaksa harus melakukan operasi cesar. "Kemana Dodi?" tanyanya lemas. "Dia di ruang sebelah sayang," jawab Devan. Dia bahagia karena akhirnya istrinya melewati masa kritisnya meski wajahnya masih sangat pucat dan lemas."Bawa aku kesana, Van. Aku ingin melihatnya," ujarnya."Tidak. Jangan sekarang. Kamu masih lemah sayang. Nanti saja ya, kalau sudah mendingan.""Tapi aku ...""Stt...""Tak ada tapi-tapian. Ya, istirahat dulu. Nanti kalau sudah mendingan, aku anterin ke ruangan Dodi ya?"Kiara akhirnya mengangguk, tersenyum lemah."Tapi kamu sudah memaafkannya kan?"

  • Petaka Satu Malam   Tentang Dodi

    Wajah itu, wajah yang sempat dia cintai. Si pemilik hati nya yang sempat membuatnya berbunga-bunga. Sungguh, tubuhnya lemas. Dalam hati terdalamnya, jujur, Nadia masih ada rasa pada Dodi. Dan melihatnya kini berbaring lemah di hadapannya, membuatnya sakit.Taki belum menyadari perubahan wajah Nadia. Setelah Dodi di bawa ke rungan yang berbeda dengan Kiara, dia yang menjagai sahabat eratnya tersebut dengan di temani Nadia."Huft, baru saja lo sembuh Di ... baru saja lo bilang bakal membuka lembaran baru, dan ternyata ada kejadian ini," desah Taki."Tapi gue bangga sama lo, meski kesal juga sama lo. Lo lebih mentingin nyawa istri sahabat lo sendiri di bandingkan dengan nyawa lo sendiri. Semoga setelah ini, perasaan bersalah lo sama Devan bisa berkurang," tambahnya lagi.Taki tersenyum kecut. Setelah mendengar kabar mengenai kekisruhan yang di sebabkan oleh Indira, diam-diam Dodi selalu mengawasi Kiara. Demi menebus kesalahannya pada Devan beberapa tahun silam

  • Petaka Satu Malam   Rencana Nina

    Untuk ke dua kalinya, berita buruk. "Ya ampun nak. Apalagi yang terjadi?" paniknya.Dia berdiri di pinggir jalan, tak lama, dia menyeberang tergesa. Namun sebuah mobil melaju kencang ke arahnya. Cepat dan tanpa sempat dia sadari.Kakinya seakan menancap di tanah tak bisa dia gerakkan sama sekali."Awas!" pekik seseorang dan mendorong Kiara ke pinggir jalan, membuat mereka jatuh terjerembab. Rupanya mobil tadi sengaja menabrak Kiara, melihat rencananya gagal, dia berbalik tanpa sempat mereka sadari."Kamu, tak apa kan?" ucap seseorang itu. Kiara meringis, perutnya sakit, pinggangnya juga. Rasa nyeri yang menjalar."Awass!" pekik orang itu begitu melihat mobil itu sudah dekat dengan mereka.Dan brak!Rasanya sakit, gelap ... gelap ... dan gelap..Rumah sakit lagi-lagi menjadi tempat kunjungan mereka. Dalam situasi yang lebih menegangkan dari yang pertama. Usai kejadian tersebut, Kiara dan seseorang itu di lar

  • Petaka Satu Malam   Kabar

    "Ma, Rara berangkat dulu," pamit Rara.Devamn juga mendekat dan mencium keningnya. Tak lupa berpamitan dengan baby di perut sang istri."Papa berangkat sayang. Jangan nakalin mama yah," ucapnya. Kiara tersenyum. Melambaikan tangannya, dan memandang mereka hingga menghilang dari pandangan.Setelah itu dia masuk ke dalam. Masih ada waktu beberapa jam sampai menunggu waktu istirahat mereka. Ya, mereka tak bisa izin begitu saja. Jadi harus memanfaatkan waktu yang sedikit itu. Kalau malam hari, pastilah Devan tidak mengizinkannya. Karena itulah mereka pilih siang saja. Meski sebenarnya waktu sempit itu mana cukup untuk obat kangen, tapi tak apalah. Daripada tidak sama sekali.Tapi dia tadi meminta kelonggaran pada suaminya untuk memberi jam tambahan istirahat pada kedua sahabatnya tersebut.Sekarang dia beres-beres rumah dulu.-------Alarm berbunyi mengganggu indera pendengaran. Membangunkan Kiara dari tidur sejenaknya. Dia bergegas beranj

  • Petaka Satu Malam   Dendam Nina

    Riris hanya menjagai mereka sampai Devan pulang. Devan juga sekarang pulangnya lebih awal. Kerinduan akan istri dan putri serta calon anaknya lah yang membuatnya selalu kangen rumah.Seperti biasa, setelah Devan datang, Riris langsung berpamitan pulang. Dia wanita yang tangguh. Meski begitu, Devan tak bisa membiarkannya pulang sendiri. Jadi dia menyuruh Satrio untuk mampir menjemput Riris."Gagal," ujar Devan pada Kiara."Maksudnya?" tanya Kiara. Dia menyantolkan jas suaminya ke hanger, lalu duduk di samping Devan dengan mengelus perut buncitnya. Kebiasaan yang akhir-akhir ini kerap tanpa dia sadari. Kebiasaan ibu hamil tua."Iya. Satrio ternyata sudah menyukai wanita lain," tukasnya."Oh, begiut. Ya gimana. Mungkin belum jodohnya kali.""Iya juga sih. Tapi takutnya dokter Sarah sudah terlanjur berharap bagaimana?"Kiara tersenyum. Memijit bahu Devan."Dia akan baik-baik saja. Aku kenal Sarah dengan baik," ujarnya."Semoga saja

  • Petaka Satu Malam   Kehidupan Setelahnya

    Sepeninggal Nina, kehidupan rumah tangga Devan dan Kiara kembali harmonis. Apalagi Rara juga kini sudah sembuh dan kembali bersekolah seperti biasa. Ada Riris yang selalu mengawasi mereka. Dan selama ini Nina tak pernah menampakkan dirinya. Entah masih hidup atau sudah mati wanita itu. Tak ada yang peduli, dan tak ada yang berniat untuk mencari. Yang penting mereka berjaga-jaga saja dari segala kemungkinan, dengan cara mengawasi sekitar. Takutnya tiba-tiba wanita itu muncul untuk membalas dendam.Kandungan Kiara juga sudah semakin besar. Sekarang menginjak usia tujuh bulan. Saat-saat paling riskan, karena banyak juga ibu hamil yang melahirkan di usia segitu.Kehidupan normal berjalan lancar. Senyum Kiara kini tak henti terukir setiap waktu. Impiannya untuk menjalani kehidupan wanita hamil pada umumnya, kini dia rasakan. Limpahan kasih sayang dari suaminya, anaknya, sahabatnya, dan pokoknya kini semua terasa membahagiakan.Devan pun kini lebih sering berjal

  • Petaka Satu Malam   Penjagaan

    Keesokan harinya, benar yang dikatakan Satrio. Dia mengantar seorang wanita muda yang kira-kira berusia dua puluh delapan tahunan."Namanya Riris. Meski perawakannya kecil, jangan salah. Dia ini jago taekwondo loh," ujar Satrio. Riris menundukkan kepala, tersenyum menyapa pada tuan rumah."Justru, kecil-kecil cabe rawit. Hehe," ujar Devan. Kiara langsung menyenggolnya."Hehe.. iya sayang. Kan cuma bercanda. Sayangku, cintaku tetep kamu kok," ucapnya mengedipkan sebelah matanya. Satrio merotasikan bola matanya malas."Jangan heran ya Ris. Jangan mual juga. Mereka emang kadang bucinnya kelewatan," tukas Satrio."Gak papa. Itu kan memang wajar bagi pasangan suami istri.""Nah loh. Makanya jangan jomblo mulu. Sana, nikah!""Kampret. Mentang-mentang ya. Kalau saja kemarin Kiara aku culik paling juga udah nangis-nangis," tutur Satrio."Heh! Cari mati?" desahnya kesal.Satrio malah tertawa."Sudah. Katanya mau cek up. Biar aku temani R

  • Petaka Satu Malam   Pengusiran

    Pantat Devan sangat sakit. Tentu saja. Dia menghantam lantai dengan keras. Meski begitu, marahnya mengalahkan segalanya. Dia menatap tajam Indira yang gemetar ketakutan."Siapa yang menumpahkan minyak disini?" tatapnya tajam. Rahang Devan sampai mengeras saking emosinya dia.Indira menunduk. Takut."Jawab! Siapa!" bentaknya. Kalau tidak ingat wanita ini sedang hamil, ingin rasanya dia menghajar wanita iblis ini."De-Devan ... aku tidak bermaksud ....""Oo... jadi kamu. Apa maksudmu? Kau ingin mencelakai Kiara, hah!""Bu-bukan begitu. Aku hanya ....""Lalu ini apa? Kau berniat bukan? Untung saja aku yang terkena. Kalau Kiara ... ah, sungguh aku tidak bisa membayangkan. Kamu keterlaluan ya Ra. Apa sih yang membuat kamu setega ini melakukannya pada Kiara? Aku tak habis pikir dengan jalan pikirmu?" Indira mengangkat wajahnya. Balik menatap tajam Devan."Kau pikir kenapa? Itu karena aku benci wanita itu! Dia yang merebut kamu

DMCA.com Protection Status