Petaka Di Lorong Kampus

Petaka Di Lorong Kampus

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-19
Oleh:  SunnyBells09  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat. 2 Ulasan-ulasan
104Bab
1.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Renata Kusuma Wardhani, seorang mahasiwi baru yang sedang menjalani masa orientasi kampus merasa ada keanehan setiap kali dia bertatap muka dengan Seno, kakak tingkatnya yang dia temui di hari pertamanya menginjakan kaki di kampus tersebut, terlebih tatapan mata Seno yang seakan menyeret Renata jauh ke sebuah ruang hampa yang tak berujung. Renata semakin penasaran akan sosok Seno, kala Dylan, sang ketua BEM kampus melarang Renata untuk menyebut nama Seno di area kampus mereka. Hingga suatu hari Yoke dan Nadia, sahabat Renata, mengatakan bahwa sebenarnya Seno adalah kakak tingkat mereka yang sudah meninggal akibat terjatuh dari lantai atas gedung fakultas teknik 3 tahun yang lalu. Benarkah kematian Seno murni akibat kecelakaan? Ataukah ada orang yang sengaja mencelakainya hingga tewas? Dan apa hubunganya kematian Seno dengan Dylan?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Bab 1. Bertemu Seno

“Renata Kusuma Wardhani.” Renata menoleh kesana kemari saat mendengar seseorang memanggil namanya secara lengkap, namun tak dilihatnya siapapun disana, dia pun kini berjalan cepat kearah toilet, dan mencari sosok seseorang yang mungkin saja mengenalnya, namun kembali nihil, tak dilihatnya satu orang pun disana. Akhirnya Renata menganggap itu hanyalah ilusinya sendiri dan kembali menuggu sahabatnya keluar dari toilet, namun dia merasakan udara di sekitarnya menjadi lebih dingin. “Sial, tau gini tadi gue bawa jaket dari rumah, padahal cuacanya cerah, ga ada tanda-tanda mau hujan, kenapa dingin begini ya?” gumamnya seorang diri. Renata terus merutuki dirinya yang mau saja mengantar dan menunggui Yoke yang sedang menuntaskan hajatnya di toilet, Renata melihat ada kursi panjang di lorong itu, dia pun kemudian melangkah dan duduk dengan menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, tak berapa lama matanya pun terasa berat oleh kantuk yang mendadak menyerangnya. “Renata.” Sayup-sayup kem

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Dita Rahmawati
alur cerita bagus sekaliii . semangat terus yah kak
2024-04-12 03:23:18
0
user avatar
h.d.k_pyo
Ceritanya seru.. ditunggu kelanjutannya thor
2023-10-28 23:17:53
0
104 Bab

Bab 1. Bertemu Seno

“Renata Kusuma Wardhani.” Renata menoleh kesana kemari saat mendengar seseorang memanggil namanya secara lengkap, namun tak dilihatnya siapapun disana, dia pun kini berjalan cepat kearah toilet, dan mencari sosok seseorang yang mungkin saja mengenalnya, namun kembali nihil, tak dilihatnya satu orang pun disana. Akhirnya Renata menganggap itu hanyalah ilusinya sendiri dan kembali menuggu sahabatnya keluar dari toilet, namun dia merasakan udara di sekitarnya menjadi lebih dingin. “Sial, tau gini tadi gue bawa jaket dari rumah, padahal cuacanya cerah, ga ada tanda-tanda mau hujan, kenapa dingin begini ya?” gumamnya seorang diri. Renata terus merutuki dirinya yang mau saja mengantar dan menunggui Yoke yang sedang menuntaskan hajatnya di toilet, Renata melihat ada kursi panjang di lorong itu, dia pun kemudian melangkah dan duduk dengan menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, tak berapa lama matanya pun terasa berat oleh kantuk yang mendadak menyerangnya. “Renata.” Sayup-sayup kem
Baca selengkapnya

Bab 2. Tidak Ada Yang Tau

Baru saja Renata hendak bertanya kembali, tapi dilihatnya Yoke sudah keluar dari toilet, dan berjalan menghampirinya.“Lo disini ternyata Re, gue nyariin juga”“Gue nungguin lo dari tadi, lo lama amat di toiletnya, oia.. kenalin nih kakak senior kita”Renata menoleh kembali ke arah Seno untuk mengenalkanya kepada Yoke, namun saat itu tak di lihatnya sosok Seno dimanapun, Renata jadi celingukan sendiri.“Lo nyari siapa sih Re?”“Kak Seno, tadi dia ada disini ngajak gue ngobrol”“Mana?”Mata Renata berusaha mencari sosok Seno yang tiba-tiba lenyap dari pandanganya. “Tadi di sini kok... udah pergi kali ya?”Yoke menganggkat satu tanganya dan ditempelkan ke dahi Renata. “Ngga panas,” ucapnya.“Ihh... apaan sih Ke.” Renata menepis tangan Yoke.“Ngecek doang Re, lagian nih ya... gue liat lo tuh dari tadi sendirian, berdiri bengong mangap gitu, kaya ayam nunggu antrian mau di potong”Mendengar Yoke menyamakanya dengan ayam membuat Renata melupakan tentang Seno dan menatap sebal ke arah Yoke.
Baca selengkapnya

Bab 3. Keanehan Renata

Renata masih terus memikirkan ucapan Dylan yang melarangnya menyebut nama Seno, karena Dylan tidak menjelaskan alasanya melarang Renata seperti itu. Bahkan dengan santainya Dylan meninggalkan Renata sendirian di ruang UKM.“Sial, dasar ketua BEM ga ada ahlak, maen tinggal-tinggal aja”Renata kembali ke aula dan bergabung bersama kelompoknya, dari kejauhan dia melihat Dylan yang sedang bercengkrama dengan teman sesama senior. Hingga kegiatan ospek selesai hari itu, Renata tak mendapat kesempatan lagi untuk berbicara dengan Dylan.“Hei, Renata... gimana tadi? Lo dikasih hukuman apa sama ketua BEM?”Renata hanya melirik sekilas ke arah Nadia tanpa menjawab pertanyaanya. Nadia terus mengekori langkah Renata menuju parkiran kampus mereka.“Re... ditanyain malah diem, Kak Dylan ga ngasih hukuman puasa ngomong kan?”“Lo pasti nanya begitu karena pengen dapet info buat dijadiin bahan gosip kan? ngaku lo!”“Engga Re... lo negatipan banget ma gue, padahal gue tulus loh bertemen sama lo biarpun
Baca selengkapnya

Bab 4. Ada Gosip

Keesokan harinya Renata kembali datang ke kampus lebih pagi, kali ini dia membawa bekal makanan yang Mba Iyus siapkan sesuai instruksi maminya yang mengikuti sang suami tugas di luar pulau Jawa, meninggalkan anak semata wayang mereka dibawah pengawasan orang-orang kepercayaan kedua orangtua Renata.“Re, kita ke kantin yuk, kata Nadia dia udah nunggu kita.” Yoke langsung menarik tangan Renata begitu melihat kemunculan sang sohib.“Gue dibawain bekal sama Mba Iyus, ini juga disuruh mami... katanya harus jaga kesehatan dan salah satunya dengan mengkonsumsi makanan rumah yang sehat”“Mami lo kan jauh di Makasar, ga bakal ngeliat, lagian emang lo ga pengen denger gosip baru di kampus kita? Ratu gosip udah nungguin kita di kantin buat ngasih tau berita terupdate”Dengan malas renata menyeret kakinya mengikuti langkah Yoke, dan benar saja, disana sudah ada Nadia yang sedang menyantap semangkok mi ayam. Mereka berdua pun mendekat ke arah dimana Nadia duduk.“Perut lo ga papa tuh pagi-pagi mak
Baca selengkapnya

Bab 5. Terkuaknya Kisah

Renata membiarkan rambutnya acak-acakan, dia tak ingin membereskanya dengan masuk ke toilet, lebih baik dia rapihkan dengan jari dan pergi dari tempat itu untuk masuk ke kelasnya. Tak dihiraukanya Seno yang terus memanggil-manggil namanya.Namun tetap saja Renata tak dapat memfokuskan dirinya untuk mengikuti pelajaran yang disampaikan sang dosen. Dia terus memikirkan segala kemungkinan tentang Seno, tapi juga dengan cepat menyangkal pemikiranya sendiri, begitu seterusnya yang Renata pikirkan, hingga kemudian ada bunyi beep berasal dari ponselnya.[“Re, ada yang mau gue ceritain, pulang kuliah lo bisa ga dateng ke rumah gue?”]Renata membaca pesan singkat dari Nadia, untunglah tak lama kemudian dosen mengakhiri kelasnya dan berlalu meninggalkan para mahasiswanya yang sedang bersiap pindah ke kelas selanjutnya, ada juga yang bersiap pulang. Seperti halnya Renata, ini adalah kelas terakhirnya untuk hari ini, dia membereskan buku-bukunya dan mendial nomor Nadia tanpa beranjak dari tempatn
Baca selengkapnya

Bab 6. Lorong Tak Bertepi

“Ini gila sih, masa sih Seno ternyata orang yang udah meninggal?.” Renata berjalan mondar mandir di kamarnya sambil terus bergumam sendiri, saat kembali dari rumah Nadia tadi memang Renata langsung pulang dan langsung mengunci diri dalam kamarnya. “Aku harus mencari tau sendiri, aku ga percaya Seno sudah meninggal,” gumam Renata namun sesaat kemudian dia termenung. “Tapi mata Seno memancarkan aura aneh sih, aku kadang takut kalo ngeliat matanya” Renata masih saja bermonolog. Hingga sebuah hembusan angin dingin menerpa wajahnya, Renata tersentak dan langsung menoleh ke arah AC kamarnya, di raihnya remote AC dan dia memeriksanya. Saat dia melihat tidak ada yang salah dari setinganya, dia pun mengabaikan apa yang baru saja terjadi. “Aku bukan anak indigo yang bisa melihat keberadaan makhluk tak kasat mata, jika aku bisa melihat Seno berarti Seno adalah manusia” Renata masih gelisah memikirkan semua apa yang di katakan sahabatnya, terkadang dia merebahkan dirinya di atas ranjang, sesaa
Baca selengkapnya

Bab 7. Maaf Dylan...

Renata belum sempat mencerna apa yang terjadi dengan dirinya saat beberapa pria berdatangan dengan memegang senjata di tangan masing-masing. “Mau apa kalian? Pergi! Jangan ganggu aku!” Pria-pria berbadan tegap tersebut tak menggubris omongan Renata, bahkan mereka malah menertawakannya, Renata tak mampu melihat wajah-wajah mereka dengan jelas. “Pergiiii! jangan ganggu aku!” Karena ketakutan, Renata berusaha berlari kembali, namun tangan kekar para pria tersebut berhasil menangkap tubuh Renata. “Tidaakkk.... jangan sakiti aku, tolooooonggg” Teriakan Renata seolah memantul dalam lorong tersebut, tak ada siapapun disana yang bisa menolongnya, Renata terus meronta dan berteriak meminta tolong. “Tolooooong....” Renata melihat tangan kekar mereka hendak menyentuhnya, Renata sudah bersiap untuk menangkis dan melawan sebisanya, hingga yang dia rasakan adalah tepukan lembut di pipinya. “Renata... Renata bangun Re” Terdengar lirih sebuah suara yang lembut memanggil Renata yang masih be
Baca selengkapnya

Bab 8. Permintaan Seno

Dylan mengantarkan Renata sampai di rumahnya, dan malam ini baik Yoke maupun Nadia memutuskan untuk menginap di rumah Renata, Dylan pun berpamitan pulang setelah sebelumnya membuat Renata setuju untuk bertemu denganya di cafe ataupun menginjinkanya untuk kembali mengunjungi Renata di rumahnya, dan memintanya untuk bicara hanya berdua saja.Malam ini ketiga gadis tersebut tidur dalam satu kamar, walaupun ranjang Renata berukuran single tetapi kamarnya lumayan besar, hingga Mba Iyus bisa menyiapkan extra bed untuk Yoke dan Nadia.“Re, lo istirahat aja, tidur di ranjang, biar gue sama Nadia tidur di bawah, di extra bed”“Iya Re, lagian extra bednya empuk ko” Nadia menimpali perkataan Yoke.Yoke dan Nadia sudah mengatur posisi ternyamannya, dan merebahkan diri. Melihat kedua temanya bersiap untuk tidur, Renata pun ikut merebahkan diri di ranjangnya, meskipun sebenarnya dia sangat ingin menceritakan pada Yoke dan Nadia tentang hal yang dialaminya saat di ruang UKM, namun dia memutuskan unt
Baca selengkapnya

Bab 9. Rencana

Akhirnya dengan terpaksa Renata menyanggupi permintaan Seno, dia terus memutar otak bagaimana menyelidiki kasus Seno. Namun selalu saja pikiranya berakhir buntu, dia tak bisa menemukan ide apapun untuk membantu Seno mengingat kembali masa lalunya. “Kau pulanglah dulu Seno, aku harus beristirahat, semoga besok pagi otakku bisa kupakai untuk mencari ide cemerlang untuk mengungkapkan kasusmu” Tanpa menunggu jawaban Seno, Renata langsung beranjak dan kembali lagi ke dalam kamarnya. Disana dia melihat kedua sahabatnya masih tertidur pulas. ‘Apa aku minta bantuan dua orang ini aja ya?’ pikir Renata. Renata pun memutuskan untuk menceritakan semuanya pada Yoke dan Nadia esok hari, dia segera naik ke atas ranjang dan berusaha untuk kembali tidur. Namun matanya seperti susah untuk diajak kerjasama, semakin dia berusaha semakin matanya terjaga. Alhasil itu membuat Renata terus berguling ke kanan dan ke kiri, menimbulkan suara berisik yang membuat Yoke terbangun. “Re? Lo ga bisa tidur ya?” R
Baca selengkapnya

Bab 10. Saingan Seno

Pagi ini Renata cs kembali membahas masalah Seno, walaupun mereka telah bangun namun ketiganya masih setia rebahan di kasur, belum ada satupun yang keluar kamar.“Non... Non Rena, bangun non, sarapanya sudah siap”Seperti biasa Mba Iyus selalu membangunkan Renata untuk sarapan.“Iya mba, ini sudah bangun kok dari tadi” sebelum Renata sempat membuka mulutnya, Yoke terlebih dahulu menjawab dengan tereakanya yang membahana, Mba Iyus yang berdiri di depan pintu sampai harus menutup kedua telinganya.Hari ini sesuai janjinya pada Seno, Renata bertekad akan berusaha mencari informasi mengenai Seno ataupun orang-orang yang terlibat kejadian di hari Seno ditemukan tewas. Renata tak banyak bicara saat mereka menyantap sarapan yang disediakan Mba Iyus, hanya sesekali Nadia terdengan berbicara seputar gosip kampus, Yoke pun terlihat enggan mengeluarkan suaranya, dia hanya makan sambil tanganya sibuk memainkan ponsel.“Ke, kamu serius amat ngeliatin hp, lagi chatingan sama siapa?”“Ah.. lo kepo b
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status