Beranda / Pernikahan / Pesona Suami yang Diremehkan / 74. Makan Malam yang Gagal

Share

74. Makan Malam yang Gagal

Penulis: Afnasya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-11 18:09:48

"Kamu kenapa, Elea?" tanya Ramdan sambil mengempaskan tubuh di tepi ranjang.

Elea langsung memeluk erat Ramdan. Raut ketakutan tampak jelas di wajahnya. Melihat itu, Ramdan mengusap pelan punggung istrinya. Usai tenang, Elea melerai pelukan dan menatap suaminya.

"Maaf, aku ... aku mimpi buruk tadi. Aku benar-benar ketakutan, soalnya ... soalnya ...."

"Sudah, Elea. Itu hanya mimpi buruk, tak akan pernah jadi kenyataan. Sebaiknya kamu bangun dan cuci muka. Kita mau makan malam."

Elea mengangguk sekilas sebelum turun dari ranjang dan keluar kamar Alina. Ketika hendak berjalan menuju tangga, Ramdan menyusul dan memegangi pinggangnya.

"Sepertinya kita harus pindah ke lantai bawah agar kamu tidak naik turun tangga begini. Aku takut kalau meninggalkanmu sendiri."

"Sepertinya ide yang bagus."

"Oke, aku akan bilang Edrik untuk menyiapkan kamar di dekat kolam renang."

Elea tersenyum tipis sebelum meneruskan langkah menuju kamar. Setelahnya, dia beranjak ke kamar mandi untuk membasuh muka, kemud
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pesona Suami yang Diremehkan   75. Salah Sangka

    Ramdan hendak mendekati Gwen, tetapi suara klakson segera menyadarkannya bahwa ada seseorang yang menunggu di dalam mobil. Dia segera membuka pintu dan menatap Elea sebelum berkata."Tunggu sebentar. Aku harus menolong seseorang."Ramdan kembali menutup pintu sebelum mendekat dan menyeruak kerumunan. Melihat Gwen tergeletak dengan kaki dan kepala berdarah, Ramdan segera berjongkok."Tolong bantu saya bawa dia ke mobil."Seorang pria berbaju hijau mengangguk sebelum membantu Ramdan membopong Gwen menuju mobil. Setelah mengucapkan terima kasih, Ramdan bergegas melajukan mobil menuju rumah sakit. Sepanjang perjalanan, kabin mobil hanya diisi dengan hening. Elea sesekali melirik Ramdan yang fokus menatap jalanan dengan wajah mengeras. Ada banyak pertanyaan yang bercokol di tempurung kepalanya, tetapi tak berani mengatakannya karena takut Ramdan akan marah.Sesampainya di rumah sakit, Ramdan memanggil petugas medis agar membawa Gwen ke ruang UGD. Usai mendengar penjelasan dari dokter, dia

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-12
  • Pesona Suami yang Diremehkan   76. Pesan Aneh

    Keesokan harinya, Ramdan terjaga lebih dulu. Dia tersenyum tipis sebelum mengecup kening istrinya. Lalu, beringsut turun dari ranjang dan beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelahnya, dia keluar dan terkejut melihat istrinya sudah tidak ada di ranjang. Usai memakai baju, dia keluar kamar dan melihat Elea menangis sambil memeluk Alina. Ramdan bergegas mendekat dan mengambil pelukan Elea sambil menatap ibunya."Mau berangkat sekarang, Ma?""Ya, penerbangannya masih dua jam lagi. Tapi, kamu tahu sendiri jalanan seperti apa di jam sibuk seperti ini.""Jangan pergi, Ma. Elea masih mau tidur sambil dengar cerita Mama."Alina mengusap lembut pipi Elea sambil tersenyum tipis. "Mama pasti akan pulang setelah semua urusan di sana selesai, Sayang. Semua tugas Mama biar diambil alih Akhtar, ya?""Tapi Ramdan terlalu sibuk dengan kerjaannya.""Itu tidak akan terjadi sekarang. Mama janji Akhtar pasti akan berubah memprioritaskan kamu, Sayang. Bukan begitu, Akhtar?"Alina menatap taja

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-13
  • Pesona Suami yang Diremehkan   77. Teror Kembali Datang

    Ramdan berlari menyusuri lorong rumah sakit sampai di depan ruang perawatan Gwen. Dia mengatur napas sejenak sebelum membuka pintu. Namun, ruangan itu kosong dan rapi seperti tidak pernah ditinggali sebelumnya. Ramdan masuk dan menuju kamar mandi, tetapi wanita itu tak ada di sana. Dia mendesah frustasi dan menyugar rambut sebelum mengempaskan tubuh ke sofa."Ke mana dia?"Ramdan kembali bangkit dari sofa dan keluar ruangan. Dia mencari seseorang yang bisa dimintai keterangan. Di ujung lorong, dia bertemu dengan seorang tenaga medis dan segera menanyakan keberadaan Gwen."Pasien memaksa pulang, Pak. Dia sudah dijemput sama keluarganya tadi."Ramdan membeliak mendengar ucapan perawat di depannya. Usai mengucapkan terima kasih, dia kembali ke mobil dan melajukannya tanpa tujuan. Usai berputar selama setengah jam, dia berhenti sejenak dan mulai menghubungi Gwen. Namun, panggilannya diabaikan. Dia menggeram kesal sebelum kembali mencoba menghubungi. Kali ini panggilannya terjawab."Gwen,

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-13
  • Pesona Suami yang Diremehkan   78. Masuk Jebakan

    "Apa maksud ka--"Telepon langsung terputus. Ramdan mencoba menghubungi nomor tadi, tetapi sudah tidak aktif lagi. Dia mendesah frustasi sebelum kembali merebah di samping Elea. Dia berusaha abai dengan ucapan sang penelepon sebelum memejamkan mata.Keesokan harinya, Elea terjaga lebih dulu. Saat melihat suaminya masih terpejam, dia mencium pipinya. "Bangun, Ramdan. Cepetan siap-siap sebelum terlambat ke bandaranya."Ramdan perlahan membuka mata sebelum balik mencium pipi sang istri dan beringsut turun dari ranjang menuju kamar mandi. Usai mandi, dia bergegas berpakaian dan keluar kamar sambil menggandeng Elea. Lalu, menerima koper yang disodorkan Edrik sebelum memeluk erat istrinya."Aku akan secepatnya pulang, Elea. Aku akan kasih kabar kalau sudah sampai sana.""Ya, aku tahu. Aku juga akan kasih kabar kalau ada apa-apa."Ramdan melerai pelukan sebelum mengecup sekilas bibir istrinya. Setelahnya, dia berlalu ke mobil dan melajukannya meninggalkan rumah. Setibanya di tempat parkir ba

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-13
  • Pesona Suami yang Diremehkan   79. Harapan untuk Bahagia

    Ramdan terjaga setelah merasakan sinar matahari menyentuh kulitnya. Dia beringsut duduk, tetapi nyeri yang membebat kepala membuatnya kembali merebah. Dia menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan sebelum memejamkan mata sejenak, menggali ingatan tentang kejadian semalam. Namun, hanya sakit yang membebat kepalanya. Dia kembali membuka mata, menyesuaikan cahaya yang masuk ke mata. Dia mengedarkan pandangan dan mengernyit heran, karena ruangan itu bukanlah kamarnya.Mendadak ranjang di sebelahnya bergoyang. Ramdan menoleh dan terkejut melihat Gwen terlelap. Perlahan, perasaan Ramdan berkecamuk hebat. Instingnya berkata ada yang tidak beres dengan dirinya. Dia mencoba duduk, tetapi tangan wanita itu dengan kurang ajarnya meraba dadanya. Dia menoleh dan melihat Gwen membuka mata sambil tersenyum."Pagi, Pak.""Lepaskan tanganmu, Gwen! Apa yang sudah kamu lakukan!"Gwen beringsut duduk sambil mendekap erat selimut untuk menutupi dadanya. Dia tersenyum dan masih berusaha untuk meny

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-14
  • Pesona Suami yang Diremehkan   80. Perkenalan Awal dengan Sang Anak

    Ramdan mengulas senyum saat mendengar penjelasan dokter mengenai kondisi calon buah hatinya. Elea juga melakukan hal yang sama sambil menggenggam erat jemari suaminya. Mereka bersitatap sejenak sebelum kembali mengulas senyum dan menatap sang dokter kandungan."Trimester kedua ini bisa dibilang level antara aman dan tidak. Jadi, tetap harus berhati-hati, ya, Bu.""Iya, Dok." Elea bergeming sejenak sambil melirik suaminya. Setelahnya, dia mencondongkan tubuh ke depan dan berbicara lirih kepada sang dokter. "Dok, kalau misalkan begituan sudah pasti aman, kan, ya?"Dokter di depan Elea mengernyit heran sebelum terkekeh dan mengangguk lemah. "Aman, Bu. Tapi tetap harus kontrol diri. Jangan terlalu kencang juga, bisa berbahaya nantinya."Melihat lirikan sang dokter yang diarahkan kepadanya, Ramdan mendesah lirih sebelum membuang pandangan ke sembarang arah. Setelahnya, dia mengucapkan terima kasih dan bergegas menggandeng Elea meninggalkan ruangan. Sepanjang lorong rumah sakit, Ramdan bung

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-14
  • Pesona Suami yang Diremehkan   81. Ketemu

    "Mau apa kamu telepon? Katakan cepat atau aku tutup teleponnya!""Bisa kita ketemu, Pak.""Buat apa lagi? Belum cukupkah apa yang telah kamu lakukan ke saya kemarin, Gwen!""Saya mau minta bayaran, Pak. Masa Bapak sudah pakai saya, tapi tidak dibayar malah langsung pergi gitu aja. Enak di Bapak, rugi di saya.""Sialan! Terus berapa yang kamu minta?""Enggak banyak, cukup dua ratus juta. Kecil, kan, bagi Bapak?""Sialan! Kamu memerasku, Gwen!""Anggap saja begitu. Besok saya ambil di kantor, ya, Pak. Terima kasih banyak."Telepon terputus. Ramdan menggeram kesal sebelum membuang semua buku dan berkas yang ada di meja. "Sialan! Beraninya wanita jalang itu memerasku!"Ramdan kembali membuka layar ponsel dan menghubungi seseorang. Setelah panggilan diangkat, dia langsung memberikan perintah."Bawa wanita yang bernama Gwen Karisma ke hadapanku secepatnya!"Ramdan menutup telepon dan memukul meja, meluapkan kekesalan setelah merasa dipermainkan. Dia menggeram kesal sebelum mengatur napas ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-14
  • Pesona Suami yang Diremehkan   82. Fitnah Kejam

    "Ada sedikit urusan kantor yang harus aku selesaikan malam ini juga, Elea. Kembalilah tidur!"Ramdan bergegas membuka pintu dan keluar. Lalu, berjalan tergesa menuju halaman belakang, tempat di mana ruang rahasianya berada. Ketika sampai di depan pintu, dia menatap dua penjaga di depannya."Silakan, Bos. Dia ada di dalam, masih utuh dan tidak kurang suatu apa pun."Ramdan mengangguk sekilas sebelum masuk. Di tengah ruangan dengan penerangan yang minim, dia bisa melihat sosok Gwen yang duduk di kursi dengan wajah menunduk. Kedua tangan dan kaki wanita itu diikat pada kayu sementara mulutnya dilakban.Ramdan makin mendekat, kemudian mencengkeram erat dagu Gwen dan memaksanya untuk mendongak. Dia menyeringai sebelum menampar pipi wanita itu. Perlahan, Gwen membuka mata dan terkesiap melihat Ramdan sudah berudir di depannya dengan wajah penuh amarah. Wanita itu menggeleng dan berusaha untuk berbicara, tetapi suaranya tak keluar.Ramdan tergelak sebelum melepas paksa lakban yang menutup mu

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-15

Bab terbaru

  • Pesona Suami yang Diremehkan   118. Awal Bahagia

    Elea bergeming sesaat begitu tiba di depan area pemakaman. Dia menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan sebelum menatap Ramdan."Kamu mau temani aku lagi, kan, Ramdan?""Kamu mau bertemu siapa di tempat seperti ini, Elea?"Elea tersenyum sekilas sebelum mengeluarkan sebuah foto dari dalam tas selempangnya. Lalu, menyerahkan foto itu kepada Ramdan. Pria itu mengernyit heran sebelum menatap istrinya."Ini siapa, Elea?""Dialah ibu kandungku, Ramdan. Kumala Permatasari, wanita kedua yang hadir dalam pernikahan Papa dan Mama. Aku tahu Ibu dimakamkan di sini setelah membaca buku Mama. Aku juga menemukan foto itu dalam bukunya."Elea menunduk dalam sambil menghela napas panjang. Lalu, kembali menatap Ramdan dan melanjutkan ucapannya. "Benar kata Mama, wajahku sama dengan Ibu. Makanya Mama sangat membenciku karena selalu mengingatkannya pada Ibu."Ramdan mengusap lembut bahu sang istri sebelum merengkuh dan mengecup keningnya. "Semuanya sudah berlalu, Elea. Yang terpenting sekarang

  • Pesona Suami yang Diremehkan   117. Akhir Sang Pendosa

    "Ada apa, Ramdan? Kenapa kamu menatapku begitu? Apa ada sesuatu yang terjadi?"Berondongan pertanyaan dari Elea membuat Ramdan kelu. Dia membelokkan mobil dan kembali menuju kediaman Ramlan."Tunggu di sini, Elea. Biar aku titipkan Aldrin sebentar ke Mama.""Tapi, ada apa, Ramdan? Pasti ada sesuatu yang terjadi, kan?"Ramdan bungkam dan segera mengambil Aldrin sebelum membawanya masuk ke rumah. Usai menyerahkan sang anak kepada Alina dan menceritakan apa yang terjadi, Ramdan kembali menuju mobil. Lalu, tergesa melajukannya menuju suatu tempat. Selama perjalanan, dia hanya bungkam meskipun Elea terus mendesaknya untuk berbicara.Mobil berhenti di depan bangunan yang mengingatkan Elea dengan kepergian Dina. Dia mematung di tempat duduk sebelum menatap Ramdan penuh tanya. "Sebenarnya ini ada apa, Ramdan? Kenapa kamu bawa aku ke sini? Siapa yang sakit?"Ramdan menghela napas panjang sebelum menggenggam erat jemari sang istri. Dia kembali menghela napas dan memegang kedua lengan Elea sebe

  • Pesona Suami yang Diremehkan   116. Hangatnya Dekapan

    Elea mematut diri di cermin. Dia mengulas senyum sambil menelisik penampilan dirinya. Gaun hitam berlengan pendek dengan rok sedikit mengembang sebatas lutut itu tampak pas membungkus tubuhnya. Dia berbalik dan kembali menatap pantulan dirinya di cermin.Sementara itu, Ramdan yang sejak tadi menatap dari sofa sambil memangku Aldrin hanya mampu menggeleng lemah melihat sikap istrinya."Mau sampai kapan kamu berdiri di depan cermin, Elea? Kita sudah hampir telat.""Maafkan aku, Ramdan. Aku cuma tidak pede bertemu dengan keluargamu. Makanya aku harus totalitas dan mempersiapkan semuanya.Ramdan terkekeh sambil bangkit dari duduk. Dia mendekati Elea dan memeluk pinggangnya. Lalu, menyematkan kecupan di pipinya sebelum menatap Aldrin yang melihatnya."Lihat, Nak. Mama kamu sekarang jadi genit. Haruskah Papa memberinya hukuman nanti?"Aldrin tersenyum tipis sehingga membuat Ramdan dan Elea tergelak. Elea berbalik dan merapatkan tubuhnya kepada sang suami, kemudian membisikkan kalimat."Aku

  • Pesona Suami yang Diremehkan   115. Isi Hati Dina

    Teruntuk Elea, Satu nama yang sangat aku sayang, tetapi juga sangat aku benci. Setiap kali melihat wajahnya, aku selalu teringat akan sosok Kumala Permatasari, wanita lugu dan polos yang aku kenal baik, tetapi malah menusukku dari belakang. Aku membencinya sama seperti membenci ibunya.Ingin rasanya memutar waktu dan menolak kehadiran Kumala di dekat Harsa, tapi nasi sudah menjadi bubur. Aku hanya bisa pasrah, apa lagi saat pria tua itu memintaku untuk merawat anak mereka. Ingin berontak, tapi aku bisa apa?Namanya Elea. Dia sebenarnya anak yang cantik dan baik, tapi entah mengapa setiap kali dekat dengannya, hanya ada kebencian dalam dada. Perlahan aku menutup mata atas semua perbuatannya. Aku tak peduli dengannya sehingga membuatnya jadi seorang pembangkang hanya untuk menarik perhatian. Amarah dan kecewa sudah terlanjur tertanam dalam dada, sehingga aku memutuskan untuk pergi dari rumah.Elea, maafkan Mama. Pernah pada satu titik, di mana kamu terjatuh dari tangga tempo hari. Mama

  • Pesona Suami yang Diremehkan   114. Cinta Tak Terucap

    Elea gelisah duduk di samping kemudi. Dia meremas kuat jemarinya sebelum melirik Ramdan. Berita yang dibawa pria itu mau tidak mau menyentak hatinya. Dia makin gelisah di tempat duduk saat melihat jalanan yang padat."Bisakah kita cari jalan lain, Ramdan?""Tenang, Elea. Mereka pasti menunggu kita.""Tapi aku tak akan bisa tenang sebelum melihatnya. Apa yang harus aku lakukan sekarang, Ramdan?"Ramdan meraih jemari Elea dan menggenggamnya erat, kemudian mengecupnya. Dia menoleh dan mengusap kepala sang istri, berusaha untuk menenangkannya. Setelah empat puluh lima menit berlalu, jalanan mulai terurai. Ramdan menekan pedal gas dan melajukan mobilnya menuju suatu tempat. Setibanya di sana, Elea segera turun dan berlari menyusuri lorong sebelum tiba di suatu ruangan.Elea bergeming sesaat ketika menatap ruangan di depannya. Sepi yang melingkupi ruangan itu makin menambah hawa dingin yang terasa. Dia menarik napas panjang sebelum mengembuskannya perlahan, kemudian tangannya terulur untuk

  • Pesona Suami yang Diremehkan   113. Yang Tak Diketahui Aleta

    Ramdan segera menyerahkan Aldrin kepada Elea sebelum menghampiri pintu. Lalu, menarik pergelangan tangan Aleta agar menjauhi kamar. Dia juga menatap Alina dan Ramlan bergantian sebelum kembali memaku pandangan kepada adiknya."Apa yang kalian lakukan di sini?""Aku tahu wanita pembohong itu sudah kembali, makanya aku minta diantar Mama sama Papa ke sini." Aleta berdecih sambil menatap Ramdan yang hanya memakai celana pendek dan bertelanjang dada. "Cuma gara-gara pangkal paha, kamu berani memaafkannya, Kak?""Aleta! Jaga ucapan kamu! Mau sampai kapan kamu membenci Elea? Dia juga berbohong karena diancam.""Persetan dengan semua ucapanmu, Kak! Bagiku sekali pembohong tetaplah pembohong. Aku sangat membencinya!"Kompak, keempat orang itu menoleh saat mendengar pintu dibuka. Melihat Elea keluar sambil menggendong Aldrin, senyum terkembang di bibir Alina dan Ramlan."Cucu kita, Ma," ucap Ramlan sambil mendekati Elea. "Mirip sama Akhtar waktu bayi."Alina mengangguk setuju dengan ucapan sua

  • Pesona Suami yang Diremehkan   112. Berbagi Kenikmatan

    Ramdan menatap lekat Aleta yang berdiri di ujung anak tangga teratas dengan dipapah Alina. Sedetik kemudian, Ramdan mendesah lirih dan memilih keluar rumah, mengabaikan kalimat permohonan yang dilontarkan sang adik. Dia meneruskan langkah menuju mobil dan melajukannya meninggalkan rumah. Sepanjang perjalanan, kalimat Aleta terus terngiang di kepala."Aku akan datang untuk bersaksi, tapi dengan satu syarat. Jangan pernah menyuruhku untuk berhenti, setelah memintaku untuk memulainya."Ramdan kembali mengulang ucapan itu sambil sesekali memijat pelan pangkal hidungnya. Dia mendesah lirih setelah mengetahui maksud dari perkataan Aleta. Tak ingin ambil pusing dengan permintaan sang adik, Ramdan menggeleng kuat dan segera melajukan mobilnya menuju kediaman Harsa. Ramdan bergegas turun dari mobil dan berjalan tergesa memasuki rumah. Dia segera menaiki tangga ketika mendengar suara tangis Aldrin terdengar. Saat membuka pintu, dia hanya mendapati sang anak yang menangis di ranjang, sedangkan

  • Pesona Suami yang Diremehkan   111. Menyapa Sang Cucu

    Ramdan melajukan mobilnya keluar dari rumah Harsa. Dia mengumbar senyum sepanjang perjalanan saat membayangkan orang tuanya mengetahui bahwa sang cucu yang diketahui sudah meninggal, ternyata masih hidup. Ramdan menekan pedal gas kuat agar segera sampai di rumahnya.Ramdan bergegas memasuki rumah saat melihat mobil orang tuanya sudah terparkir di garasi. Dia menaiki tangga dengan tergesa saat mendengar sayup suara dari lantai atas. Langkah membawanya menuju kamar Aleta, tetapi dia bergeming di depan pintu saat mendengar percakapan ketiganya. Ramdan menajamkan telinga agar bisa mendengar apa yang dibicaraka Aleta dan orang tuanya."Papa dengar kasus kamu mau dibuka kembali, Aleta. Sekarang saatnya kamu untuk beberkan semua fakta karena pasti Akhtar tak main-main dengan bukti yang dia kumpulkan selama ini."Aleta menoleh ke arah Ramlan sebelum menggeleng lemah. "Enggak, Pa. Aleta enggak sanggup beberkan semua cerita pilu itu.""Tapi, ini harus, Sayang. Mau sampai kapan kamu begini terus

  • Pesona Suami yang Diremehkan   110. Dia Anakku

    Ramdan bergeming saat melihat bayi berusia sekitar 3 bulan ada dalam gendongan seorang wanita. Ramdan mengerjap pelan sebelum menoleh kepada Elea. Namun, belum sempat membuka kata, wanita itu masuk. Lalu, menghampiri ranjang dan menyerahkan sang bayi kepada Elea.Ramdan masih bergeming. Namun, dia segera tersadar dan bergegas menghampiri Elea. Dia menggeleng lemah dan mendesah lirih saat tangan bayi itu dicium Elea. Ramdan mengernyit heran dan mengempaskan tubuhnya di tepi ranjang. Dia menatap lekat bayi itu sebelum beralih menatap istrinya."Dia ....""Aldrin Elraja Alaydrus."Ramdan menatap tak percaya Elea yang tersenyum kepadanya. Tangannya terulur mengusap kepala bayi yang ada di gendongan sang istri. Seulas senyum tipis tersemat di bibirnya."Benarkah dia ...."Ramdan menunjuk dirinya sendiri. Dia tak sanggup meneruskan ucapannya karena rasa haru yang menyeruak. Tiga bulan yang lalu saat mendengar sang anak akhirnya meninggal, hatinya hancur. Dunia runtuh bahkan nyaris hilang ka

DMCA.com Protection Status