Share

30. Perasaan Apa Ini?

Author: Afnasya
last update Last Updated: 2023-04-28 19:38:24

Ramdan menyeringai di kursi kebesarannya. Dia menautkan kedua jemari dan menatap tajam tembok di depannya. Lalu, memejamkan mata sejenak dan membiarkan pikiran liarnya bekerja. Dia membayangkan orang yang selama ini dicari sudah ada di depan mata. Lalu, tanpa ampun dia membalaskan semua sakit hatinya sebelum melihat penjahat itu mati perlahan.

Ramdan kembali membuka mata saat mendengar pintu diketuk. Dia menoleh dan mempersilakan orang di belakang pintu masuk. Melihat Deni yang datang, Ramdan segera menyuruhnya duduk.

"Hem. Ada apa?"

"Maaf, Pak. Ada telepon dari Pak Harsa. Katanya mau membahas tentang isi perjanjian yang harus direvisi."

Ramdan menerima ponsel yang disodorkan Deni, lantas menjawab panggilan. "Selamat siang, Pak Harsa. Ada yang bisa saya bantu?"

"Siang juga, Pak Akhtar. Maaf, kapan Bapak ada waktu? Saya mau membahas soal isi perjanjian yang Bapak coret tempo hari?"

"Dalam waktu dekat ini saya tidak bisa bertemu orang dulu. Nanti konsultasi sama wakil saya saja."

"Tapi,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pesona Suami yang Diremehkan   31. Kelesah Hati Ramdan

    "Sampai suatu ketika aku melihat Dandi menyeret seorang gadis ke kamar dan menodainya. Aku berusaha mencegah dan mengancam akan melaporkannya ke Papa. Tapi, apa yang aku dapat, Ramdan? Dia malah semakin di atas awan karena Papa membelanya."Ramdan menggeram kesal mendengar ucapan Elea. Dia mengepalkan tangan dengan tatapan tajam tepat mengarah kepada sang istri. Namun, melihat wajah lelah wanita yang ada di depannya, Ramdan menghela napas panjang, berusaha menetralisir amarah yang sempat membuncah. Sementara di ranjang, Elea kembali menghapus air mata yang sempat luruh membasahi pipi."Sekarang aku tak peduli dengan risiko yang harus aku tanggung, Ramdan. Aku sudah muak dengan semua perintah konyol Papa. Aku hidup selama ini dengan menyimpan luka dan ketakutan. Wajah gadis yang menangis di bawah kaki Dandi terus saja menghantuiku. Aku sangat bersalah kepadanya, Ramdan."Elea menutupi wajah dengan kedua telapak tangannya. Dia terguguk dengan bahu yang bergetar hebat, merasakan sesak ya

    Last Updated : 2023-04-29
  • Pesona Suami yang Diremehkan   32. Luka Elea

    Ramdan mengulas senyum sambil menatap hamparan hijau di depannya. Lalu, menghidu teh yang ada di tangannya sebelum menyesap perlahan. Dia puas setelah kerja sama dengan perusahaan milik Stefan kembali terjadi. Saat sedangenikmati kesendiriannya, Edrik mendekat sambil membawa ponsel milik Ramdan."Maaf mengganggu, Tuan Muda. Ada telepon dari rumah sakit. Katanya Mbak Elea sudah boleh pulang karena kondisinya membaik."Ramdan mendengkus kesal sebelum meletakkan cangkir di meja. Dia menoleh ke arah Edrik dan menadahkan tangan, bermaksud meminta ponselnya. Usai mendapatkan benda itu, dia menempelkannya ke telinga."Iya? Baik, satu jam lagi saya ke sana. Terima kasih."Ramdan bangkit dari duduk dan memegang ponselnya sebelum berjalan ke kamar. Tak lama, dia menuruni tangga sambil mengancingkan kemejanya. Melihat Edrik yang berdiri di ujung tangga, dia melirik sekilas sebelum berkata."Sebentar lagi aku akan berhenti merendahkan diri di hadapan Harsa, Ed. Penjahat itu sudah ditemukan, itu a

    Last Updated : 2023-04-30
  • Pesona Suami yang Diremehkan   33. Wanita Penggoda

    Ramdan membeliak ketika Elea melumat bibirnya. Dia berusaha untuk menolak dengan memegang kedua lengan wanita itu. Namun, Elea malah mengalungkan kedua tangannya ke leher Ramdan dan memperdalam ciuman. Ramdan menahan napas sejenak sebelum menangkup wajah wanita itu dan menjauhkannya."Mbak ... kita enggak se--" Ucapan Ramdan terputus karena Elea melepaskan tangan Ramdan dan kembali menciumnya. Wanita itu sama sekali tidak memberikan kesempatan Ramdan untuk berbicara. Untuk sesaat, pria itu tergoda dan mulai membalas melumat bibir sang istri. Lalu, saat mulai kehabisan napas karena nafsu yang membuncah, Ramdan bergegas melepaskan Elea."Maaf, Mbak."Ramdan segera berlalu ke kamar dengan perasaan berkecamuk. Perasaan bersalah langsung menguasai dirinya ketika mengingat kejadian barusan. Dia berjalan mendekati ranjang sambil menjambak rambut karena frustasi. Memang tak ada salahnyawncium istri sendiri. Namun, akan beda rasanya jika tak ada cinta yang hadir, melainkan hanya nafsu semata.

    Last Updated : 2023-05-01
  • Pesona Suami yang Diremehkan   34. Setelah Penantian Panjang

    Elea masih berusaha menghilangkan panas dari wajahnya dengan membasuh wajah menggunakan air di wastafel. Namun, berapa kali pun dia berusaha, hasilnya tetap sama. Dia mengdengkus sebelum beralih ke lemari pendingin dan mengambil es batu. Lalu, mengusapnya perlahan ke wajah. Memang panasnya akan berkurang, tetapi jika dia hentika kegiatan itu pasti akan kembali terasa panas."Akh, panas!" seru Elea sambil mengipasi wajah dengan kedua tangannya. "Gimana lagi biar panas ini pergi!"Ramdan yang sejak tadi bergeming di meja makan sambil menatap layar ponsel segera mendekati istrinya. Dia duduk di samping wanita itu dan mulai mengipasi wajahnya menggunakan kertas koran."Maaf."Satu kata yang sanggup diucapkan Ramdan. Dia bingung harus berbuat apa agar panas akibat perbuatannya mengelap wajah Elea menggunakan lap bekas sambal tadi hilang. Melihat pria yang duduk di sampingnya sambil terus mengipasi wajahnya, Elea mencebik."Dimaafin. Tapi, syaratnya kamu harus turuti semua permintaanku, Ram

    Last Updated : 2023-05-03
  • Pesona Suami yang Diremehkan   35. Gagal

    Ramdan kembali ke bandara untuk menjemput seseorang sesuai arahan Harsa. Dia menunggu di pintu kedatangan dan mengedarkan pandangan. Tak lama berselang, muncul seorang pria dengan postur tinggi besar yang memakai kacamata hitam. Kaos putih serta celana jins hitam membungkus tubuhnya yang kekar. Untuk sejenak, dia menatap lekat pria itu sebelum memberanikan diri untuk mendekat."Bapak Dandi Hadiwilaga?" tanya Ramdan. "Saya Ramdan. Orang yang ditugaskan Pak Harsa untuk menjemput."Dandi menelisik Ramdan dari ujung kepala sampai ujung kaki, kemudian menyeringai. Lalu, menyerahkan koper yang dibawanya kepada Ramdan sebelum berjalan lebih dulu. Ramdan mendengkus kesal sebelum mengekor sampai ke mobil dan segera membukakan pintu untuk Dandi. Setelahnya, dia memasukkan koper ke bagasi dan berlari memutari mobil sebelum duduk di balik kemudi."Bawa aku ke kafe yang ada di dekat kantor Papa.""Siap, Pak."Dandi tersenyum tipis sebelum menatap keluar jendela. Dia menikmati perjalanan sambil ses

    Last Updated : 2023-05-03
  • Pesona Suami yang Diremehkan   36. Menghabiskan Malam Bersama

    "Itu, Pak. Maksud saya Dani, teman saya. Dia punya utang sama saya, tapi selalu mangkir setiap kali ditagih. Saya jadi kesal.""Hah, cepetan jalan! Bawa aku pulang, Ramdan! Badanku lengket semua!""Siap, Pak."Ramdan melajukan mobil menyusuri jalanan menuju kediaman Hadiwilaga. Setibanya di sana, dia segera membukakan pintu, kemudian memarkir mobil sebelum berlalu ke dalam. Dia berjalan mengelilingi rumah sambil mengedarkan pandangan. Namun, keberadaan Dandi di rumah itu tak kunjung diketemukan. Dia menggeram kesal sambil menyugar rambut untuk meluapkan kekesalannya."Aaargh! Ke mana dia pergi!"Ramdan menghela napas panjang sebelum berbalik dan melangkah menuju garasi. Setelahnya, dia menaiki motor dan melajukannya ke rumah. Amarah yang membuncah membuatnya enggan untuk pulang. Dia membelokkan motor menuju kelab malam. Setibanya di sana, dia langsung menuju meja bar dan memesan satu gelas minuman beralkohol."Sialan! Ke mana larinya penjahat itu! Aaargh!" seru Ramdan sambil menggebra

    Last Updated : 2023-05-04
  • Pesona Suami yang Diremehkan   37. Kecurigaan Elea

    Ramdan membuka mata saat merasa ingin berkemih. Dia menggeliat sebelum terkejut saat melihat Elea yang terpejam sambil memeluknya erat. Dengan perlahan, dia melepaskan tangan Elea yang melingkari perutnya. Lalu, menggeser tubuhnya perlahan sebelum turun dari kursi."Kamu sudah bangun, Ramdan?" tanya Elea sambil menguap dan beringsut duduk.Ramdan tak menggubris pertanyaan sang istri dan terus berlalu menuju kamar mandi untuk berkemih. Setelahnya, dia membuka baju dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Sejuknya air yang membasahi sedikit mengurangi kalut dalam hatinya. Dia menyudahi mandi dan terkejut saat lupa tak membawa handuk. Dia menggeram kesal sebelum memberanikan diri untuk memanggil istrinya. Ramdan membuka sedikit pintu kamar mandi dan melongok keluar. Melihat Elea masih bergeming di kursi tamu, dia menghela napas panjang sebelum memanggilnya."Ehm, Elea! Bisakah ambilkan handuk saya!"Elea menoleh dan segera menuruti perintah Ramdan. Saat membawa handuk dan berjalan mend

    Last Updated : 2023-05-05
  • Pesona Suami yang Diremehkan   38. Kesalahan Fatal

    Elea membawa langkah beratnya menuju kamar Ramdan. Dia menarik napas panjang sebelum mengembuskannya perlahan, kemudian membuka pintu dan mengedarkan pandangan. Sesaat dia tertegun melihat betapa rapinya kamar orang yang selama ini menjadi sopir pribadi ayahnya itu. Elea terus membawa masuk langkahnya menuju meja kecil yang terletak di samping ranjang Ramdan. Dia membuka setiap laci perlahan sambil sesekali menoleh ke arah pintu. Memastikan Ramdan tak muncul mendadak dan mengacaukan penyelidikannya.Saat masih mencari sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk, mendadak deru motor Ramdan terdengar. Wanita itu terkesiap dan segera keluar kamar. Namun, dia membeliak ketika melihat Ramdan menatapnya tajam saat keluar dari kamar.Ramdan mendengkus kesal sambil mengikis jarak. Amarahnya membuncah saat melihat gelagat tak biasa yang dipancarkan istrinya. Dia langsung menarik tengkuk Elea dan menatapnya tajam."Apa yang kamu lakukan di kamarku, Elea!""A-aku ... aku cuma beresin kamar kamu aja."

    Last Updated : 2023-05-06

Latest chapter

  • Pesona Suami yang Diremehkan   118. Awal Bahagia

    Elea bergeming sesaat begitu tiba di depan area pemakaman. Dia menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan sebelum menatap Ramdan."Kamu mau temani aku lagi, kan, Ramdan?""Kamu mau bertemu siapa di tempat seperti ini, Elea?"Elea tersenyum sekilas sebelum mengeluarkan sebuah foto dari dalam tas selempangnya. Lalu, menyerahkan foto itu kepada Ramdan. Pria itu mengernyit heran sebelum menatap istrinya."Ini siapa, Elea?""Dialah ibu kandungku, Ramdan. Kumala Permatasari, wanita kedua yang hadir dalam pernikahan Papa dan Mama. Aku tahu Ibu dimakamkan di sini setelah membaca buku Mama. Aku juga menemukan foto itu dalam bukunya."Elea menunduk dalam sambil menghela napas panjang. Lalu, kembali menatap Ramdan dan melanjutkan ucapannya. "Benar kata Mama, wajahku sama dengan Ibu. Makanya Mama sangat membenciku karena selalu mengingatkannya pada Ibu."Ramdan mengusap lembut bahu sang istri sebelum merengkuh dan mengecup keningnya. "Semuanya sudah berlalu, Elea. Yang terpenting sekarang

  • Pesona Suami yang Diremehkan   117. Akhir Sang Pendosa

    "Ada apa, Ramdan? Kenapa kamu menatapku begitu? Apa ada sesuatu yang terjadi?"Berondongan pertanyaan dari Elea membuat Ramdan kelu. Dia membelokkan mobil dan kembali menuju kediaman Ramlan."Tunggu di sini, Elea. Biar aku titipkan Aldrin sebentar ke Mama.""Tapi, ada apa, Ramdan? Pasti ada sesuatu yang terjadi, kan?"Ramdan bungkam dan segera mengambil Aldrin sebelum membawanya masuk ke rumah. Usai menyerahkan sang anak kepada Alina dan menceritakan apa yang terjadi, Ramdan kembali menuju mobil. Lalu, tergesa melajukannya menuju suatu tempat. Selama perjalanan, dia hanya bungkam meskipun Elea terus mendesaknya untuk berbicara.Mobil berhenti di depan bangunan yang mengingatkan Elea dengan kepergian Dina. Dia mematung di tempat duduk sebelum menatap Ramdan penuh tanya. "Sebenarnya ini ada apa, Ramdan? Kenapa kamu bawa aku ke sini? Siapa yang sakit?"Ramdan menghela napas panjang sebelum menggenggam erat jemari sang istri. Dia kembali menghela napas dan memegang kedua lengan Elea sebe

  • Pesona Suami yang Diremehkan   116. Hangatnya Dekapan

    Elea mematut diri di cermin. Dia mengulas senyum sambil menelisik penampilan dirinya. Gaun hitam berlengan pendek dengan rok sedikit mengembang sebatas lutut itu tampak pas membungkus tubuhnya. Dia berbalik dan kembali menatap pantulan dirinya di cermin.Sementara itu, Ramdan yang sejak tadi menatap dari sofa sambil memangku Aldrin hanya mampu menggeleng lemah melihat sikap istrinya."Mau sampai kapan kamu berdiri di depan cermin, Elea? Kita sudah hampir telat.""Maafkan aku, Ramdan. Aku cuma tidak pede bertemu dengan keluargamu. Makanya aku harus totalitas dan mempersiapkan semuanya.Ramdan terkekeh sambil bangkit dari duduk. Dia mendekati Elea dan memeluk pinggangnya. Lalu, menyematkan kecupan di pipinya sebelum menatap Aldrin yang melihatnya."Lihat, Nak. Mama kamu sekarang jadi genit. Haruskah Papa memberinya hukuman nanti?"Aldrin tersenyum tipis sehingga membuat Ramdan dan Elea tergelak. Elea berbalik dan merapatkan tubuhnya kepada sang suami, kemudian membisikkan kalimat."Aku

  • Pesona Suami yang Diremehkan   115. Isi Hati Dina

    Teruntuk Elea, Satu nama yang sangat aku sayang, tetapi juga sangat aku benci. Setiap kali melihat wajahnya, aku selalu teringat akan sosok Kumala Permatasari, wanita lugu dan polos yang aku kenal baik, tetapi malah menusukku dari belakang. Aku membencinya sama seperti membenci ibunya.Ingin rasanya memutar waktu dan menolak kehadiran Kumala di dekat Harsa, tapi nasi sudah menjadi bubur. Aku hanya bisa pasrah, apa lagi saat pria tua itu memintaku untuk merawat anak mereka. Ingin berontak, tapi aku bisa apa?Namanya Elea. Dia sebenarnya anak yang cantik dan baik, tapi entah mengapa setiap kali dekat dengannya, hanya ada kebencian dalam dada. Perlahan aku menutup mata atas semua perbuatannya. Aku tak peduli dengannya sehingga membuatnya jadi seorang pembangkang hanya untuk menarik perhatian. Amarah dan kecewa sudah terlanjur tertanam dalam dada, sehingga aku memutuskan untuk pergi dari rumah.Elea, maafkan Mama. Pernah pada satu titik, di mana kamu terjatuh dari tangga tempo hari. Mama

  • Pesona Suami yang Diremehkan   114. Cinta Tak Terucap

    Elea gelisah duduk di samping kemudi. Dia meremas kuat jemarinya sebelum melirik Ramdan. Berita yang dibawa pria itu mau tidak mau menyentak hatinya. Dia makin gelisah di tempat duduk saat melihat jalanan yang padat."Bisakah kita cari jalan lain, Ramdan?""Tenang, Elea. Mereka pasti menunggu kita.""Tapi aku tak akan bisa tenang sebelum melihatnya. Apa yang harus aku lakukan sekarang, Ramdan?"Ramdan meraih jemari Elea dan menggenggamnya erat, kemudian mengecupnya. Dia menoleh dan mengusap kepala sang istri, berusaha untuk menenangkannya. Setelah empat puluh lima menit berlalu, jalanan mulai terurai. Ramdan menekan pedal gas dan melajukan mobilnya menuju suatu tempat. Setibanya di sana, Elea segera turun dan berlari menyusuri lorong sebelum tiba di suatu ruangan.Elea bergeming sesaat ketika menatap ruangan di depannya. Sepi yang melingkupi ruangan itu makin menambah hawa dingin yang terasa. Dia menarik napas panjang sebelum mengembuskannya perlahan, kemudian tangannya terulur untuk

  • Pesona Suami yang Diremehkan   113. Yang Tak Diketahui Aleta

    Ramdan segera menyerahkan Aldrin kepada Elea sebelum menghampiri pintu. Lalu, menarik pergelangan tangan Aleta agar menjauhi kamar. Dia juga menatap Alina dan Ramlan bergantian sebelum kembali memaku pandangan kepada adiknya."Apa yang kalian lakukan di sini?""Aku tahu wanita pembohong itu sudah kembali, makanya aku minta diantar Mama sama Papa ke sini." Aleta berdecih sambil menatap Ramdan yang hanya memakai celana pendek dan bertelanjang dada. "Cuma gara-gara pangkal paha, kamu berani memaafkannya, Kak?""Aleta! Jaga ucapan kamu! Mau sampai kapan kamu membenci Elea? Dia juga berbohong karena diancam.""Persetan dengan semua ucapanmu, Kak! Bagiku sekali pembohong tetaplah pembohong. Aku sangat membencinya!"Kompak, keempat orang itu menoleh saat mendengar pintu dibuka. Melihat Elea keluar sambil menggendong Aldrin, senyum terkembang di bibir Alina dan Ramlan."Cucu kita, Ma," ucap Ramlan sambil mendekati Elea. "Mirip sama Akhtar waktu bayi."Alina mengangguk setuju dengan ucapan sua

  • Pesona Suami yang Diremehkan   112. Berbagi Kenikmatan

    Ramdan menatap lekat Aleta yang berdiri di ujung anak tangga teratas dengan dipapah Alina. Sedetik kemudian, Ramdan mendesah lirih dan memilih keluar rumah, mengabaikan kalimat permohonan yang dilontarkan sang adik. Dia meneruskan langkah menuju mobil dan melajukannya meninggalkan rumah. Sepanjang perjalanan, kalimat Aleta terus terngiang di kepala."Aku akan datang untuk bersaksi, tapi dengan satu syarat. Jangan pernah menyuruhku untuk berhenti, setelah memintaku untuk memulainya."Ramdan kembali mengulang ucapan itu sambil sesekali memijat pelan pangkal hidungnya. Dia mendesah lirih setelah mengetahui maksud dari perkataan Aleta. Tak ingin ambil pusing dengan permintaan sang adik, Ramdan menggeleng kuat dan segera melajukan mobilnya menuju kediaman Harsa. Ramdan bergegas turun dari mobil dan berjalan tergesa memasuki rumah. Dia segera menaiki tangga ketika mendengar suara tangis Aldrin terdengar. Saat membuka pintu, dia hanya mendapati sang anak yang menangis di ranjang, sedangkan

  • Pesona Suami yang Diremehkan   111. Menyapa Sang Cucu

    Ramdan melajukan mobilnya keluar dari rumah Harsa. Dia mengumbar senyum sepanjang perjalanan saat membayangkan orang tuanya mengetahui bahwa sang cucu yang diketahui sudah meninggal, ternyata masih hidup. Ramdan menekan pedal gas kuat agar segera sampai di rumahnya.Ramdan bergegas memasuki rumah saat melihat mobil orang tuanya sudah terparkir di garasi. Dia menaiki tangga dengan tergesa saat mendengar sayup suara dari lantai atas. Langkah membawanya menuju kamar Aleta, tetapi dia bergeming di depan pintu saat mendengar percakapan ketiganya. Ramdan menajamkan telinga agar bisa mendengar apa yang dibicaraka Aleta dan orang tuanya."Papa dengar kasus kamu mau dibuka kembali, Aleta. Sekarang saatnya kamu untuk beberkan semua fakta karena pasti Akhtar tak main-main dengan bukti yang dia kumpulkan selama ini."Aleta menoleh ke arah Ramlan sebelum menggeleng lemah. "Enggak, Pa. Aleta enggak sanggup beberkan semua cerita pilu itu.""Tapi, ini harus, Sayang. Mau sampai kapan kamu begini terus

  • Pesona Suami yang Diremehkan   110. Dia Anakku

    Ramdan bergeming saat melihat bayi berusia sekitar 3 bulan ada dalam gendongan seorang wanita. Ramdan mengerjap pelan sebelum menoleh kepada Elea. Namun, belum sempat membuka kata, wanita itu masuk. Lalu, menghampiri ranjang dan menyerahkan sang bayi kepada Elea.Ramdan masih bergeming. Namun, dia segera tersadar dan bergegas menghampiri Elea. Dia menggeleng lemah dan mendesah lirih saat tangan bayi itu dicium Elea. Ramdan mengernyit heran dan mengempaskan tubuhnya di tepi ranjang. Dia menatap lekat bayi itu sebelum beralih menatap istrinya."Dia ....""Aldrin Elraja Alaydrus."Ramdan menatap tak percaya Elea yang tersenyum kepadanya. Tangannya terulur mengusap kepala bayi yang ada di gendongan sang istri. Seulas senyum tipis tersemat di bibirnya."Benarkah dia ...."Ramdan menunjuk dirinya sendiri. Dia tak sanggup meneruskan ucapannya karena rasa haru yang menyeruak. Tiga bulan yang lalu saat mendengar sang anak akhirnya meninggal, hatinya hancur. Dunia runtuh bahkan nyaris hilang ka

DMCA.com Protection Status