"Tak mengijinkanku pergi? Kau tak bisa seperti itu, aku saja tak pernah melarangmu pergi!" protesnya tak terima. "Kenapa aku tak bisa? Aku suamimu. Entah ada perjanjian atau pun tidak, selama kita terikat tali pernikahan. Aku tetap berhak melarangmu pergi jika tak berkenan!" Larena membuka mulut tanpa suara. "Jean akan memastikan keamananmu, dia cukup profesional. Jadi kau tak perlu khawatir!" "Aku masih bisa menjaga diri, lagipula aku tak biasa dikawal seperti itu!" "Jean ikut atau kau tak pergi sama sekali!" tegas Arfeen membuat Larena bungkam. Ia ingin protes lagi, namun sepertinya keberadaan Jean bisa membuatnya sedikit tenang. Ia juga khawatir jika teman-temannya akan merundungnya. Lagi pula ia kan owner dari La Viva. Tak heran jika bisa memiliki seorang bodyguard. "Baik!"Arfeen mengulas senyum. "Istriku memang manis!" pujinya mencubit ujung hidung yang mancung itu. "Kau kan masih terluka, memangnya tetap harus ikut outbound?""Ini wajib untukku. Ketua BEM yang menetapka
"Arfeen, aku tak bisa bernafas!" keluh Larena. Arfeen mengendurkan pelukan namun tak melepaskan. Mereka berpelukan hingga terlelap. Selama beberapa hari Arfeen sengaja beristirahat di rumah. Jordi yang mewakili aktifitasnya di kantor mau pun Federasi. "Dia terluka dan tak mau dirawat di rumah sakit! Anak itu ... apakah dia sengaja ingin menghabisi dirinya sendiri?" seru Marvin ketika mendengar kabar tentang keponakannya. "Setahuku Arfeen memang belum memberitahu kepada istri dan keluarganya bahwa dia adalah anggota keluarga Mahesvara!" saut Tantra dengan seringai. "Dia lebih memilih tinggal di rumah mertua sebagai menantu tak berguna? Aku heran dengan anak itu! Apakah hidup di jalanan sudah membuatnya lemah?" "Tapi tak dipungkiri, meski Larena lebih tua dari Arfeen. Wanita itu memang menjadi salah satu wanita tercantik di kota. Dia itu ratu kecantikan. Saat ini La Viva menjadi perusahaan kosmetik nomor satu di negeri ini!" imbuh Tantra. "Aku cukup tahu seperti apa keponak
Arfeen menatap dalam wanita itu, ada rasa takut yang bisa ia lihat dari ekspresi sang istri. "Apa kau memiliki pengalaman buruk saat naik bis?" tanya Arfeen menerka.Larena membalas tatapan itu. "Dari mana kau tahu?""Tampak jelas dari wajahmu, tapi jika kau tak mau cerita juga tak apa!" Larena menggeleng pelan, "Dulu saat kami terpuruk, aku harus naik bis untuk ke sekolah. Di dalam bis itu ... ada seorang pria tak dikenal yang menggangguku terus. Kondisi bis cukup sepi, kami duduk di paling belakang. Bis itu tidak berhenti di sekolah, tapi melaju terus. Pria itu nyaris melecehkanku, sopirnya juga diam saja seolah tak peduli!" Arfeen memungut tangannya, menggenggam lembut. "Mungkin saat itu kau salah naik bis, tak apa. Yang penting kau selamat kan?" Larena mengangguk. "Aku berteriak dan mencoba lari, kebetulan ada polisi patroli yang melintas dan melihatku yang meminta tolong di jendela."Saat menceritakan itu tampak masih ada trauma yang bisa Arfeen rasakan pada sang istri. Ia p
Arfeen tak menggubris ocehan Devon. Selamabocah itu tidak bertindak keterlaluan lagi, ia tidak akan mempermasalahkan. Akan tetapi jika Devon masih terus mencari masalah dengannya, ia pasti akan bertindak dengan tegas. Arfeen memasuki bis. Mencari tempat duduk yang kosong. Ketika ia duduk, Ervan menyingkirkannya. "Ini tempat dudukku, minggir!" Tak ingin ribut ia pun mengalah, mencari tempat duduk lain. Dan ketika hendak duduk di tempat kosong lainnya, Romi mencegah. "Hei, ini milikku!" Pemuda itu mendudukan diri lebih dulu. Devon memasuki bis dan duduk di tempat yang kosong lainnya. Sekarang semua tempat duduk sudah penuh. Lalu ia akan duduk di mana? Berdiri? "Hei, kau duduk saja di lantai. Biasanya juga begitu kan?" "Orang rendahan ya duduknya di tempat yang paling rendah!" timpal Keysha disertai tawa yang disambut oleh yang lainnya. Frita yang duduk di depan menoleh, ia melihat Arfeen yang berdiri sementara bis sudah hendak berangkat. Jadi ia pun bangkit menghampiri Dito
Jordi membawa makanan itu ke hadapan Arfeen. "Saya akan memastikan keamanan Anda selama di sini!" ujarnya kemudian meninggalkan ruangan. Di Mahesvara Group. "Tuan Muda sedang tidak di sini, sepertinya akan aman jika kita mengadakan pertemuan!" usul Jay. "Ya, dan kita sangat beruntung karena adikku itu memilih orang baru sebagai sekretarisnya. Meski kita akan sulit mendapatkan informasi karena semuanya dikendalikan oleh Jordi. Tapi sepertinya ... kita bisa memberikan penawaran kepada pria itu!" "Jordi tampak begitu loyal terhadap Tuan Muda. Dia akan sulit dibujuk!" Lyra menyimpulkan senyum licik. "Kata siapa?" Ada ide brilian yang sedang menari-nari di otaknya. Ia yakin dengan cara ini Jordi akan berpaling dari Arfeen. GRAND ALDAMA RESORT Arfeen memasuki aula yang sudah dipenuhi oleh semua anggota yang ikut outbound ini. Frita sudah menyiapkan satu kursi untuknya, jadi ia tak mengkhawatirkan apa pun. Beberapa mahasiswi pun mulai berbisik. "Kudengar hari itu Frita meny
Sedikit menerobos arah berlawanan untuk mencari jalan lain. Jean berusaha tak menimbulkan korban tak bersalah. Ia akhirnya menemukan tikungan dua arah yang tak terlalu ramai kendaraan. Saat itulah ia bisa mengendarai dengan kecepatan tinggi untuk lolos dari pengejarnya. Saat ini ia tak bisa mengambil resiko yang bisa membuat sang Nyonya celaka atau pun terluka. Jadi ia memilih untuk menghindar. Namun ia juga tak akan membiarkan sang penyerang lolos. Ia menghubungi salah satu temannya lalu memberitahu apa yang sedang terjadi. Juga nomor polisi mobil yang mengejarnya, beserta ciri-cirinya. "Siapa yang kau hubungi?" tanya Larena. "Teman, Nyonya. Dia bisa membantu kita mencari tahu siapa orang di belakang itu!""Kenapa orang itu ingin mencelakaiku? Aku merasa sama sekali tak memiliki musuh!" ucapnya heran. "Saat ini bisnis Anda yang paling berkembang di antara yang lainnya, sudah pasti ada beberapa pihak yang tidak suka, Nyonya.""Tapi aku bersaing secara sehat, kualitas dan kuantita
"Pesan dari istri tercinta?" tanya Frita menghampiri. "Tapi kenapa raut wajahmu seperti itu? Apakah ada yang mengirim foto dia sedang bersama pria lain?" "Larena bukan wanita sepertimu, Frita. Meski aku bukan yang pertama di hatinya, tapi aku adalah pria pertama untuknya!" sahutan Arfeen membuat wajah Frita memerah karena malu. Arfeen sedang membandingkan dirinya yang suka berpetualang ranjang dengan Larena yang masih virgin ketika menikah. Tentu saja ada rasa tersinggung dan sedih. Ketika ia merasa jatuh cinta pada Jordi. Ketika mereka menghabiskan malam panas, dirinya sudah tidak virgin. Apakah itu juga yang membuat Jordi tidak bisa menempatkan dirinya sebagai prioritas?Karena sebelumnya sudah banyak tangan yang menyentuh tubuhnya. Dan jika nanti Jordi bertemu gadis yang jauh lebih baik dan masih virgin, apakah ia akan dicampakan?Arfeen menyimpan kembali handphonenya. Ia memilih untuk duduk sementara Rio dan Joni menyelesaikan tugasnya. "Yo!" Devon menghampiri, pandangannya te
Jordi berjalan perlahan ke arah suara dering handphone yang mulai ia hafal itu. Apakah mungkin gadis itu bersembunyi? Ingin bermain petak umpet begitu maksudnya! Tapi tidak mungkin! Jordi berjalan dengan begitu waspada. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Frita adalah gadis yang blak-blakan, jadi ia tidak akan mungkin melakukan permainan seperti ini. Mata elangnya menangkap bayangan yang tak biasa di balik pohon, dan itu bukan bayangan seorang wanita karena ia sudah sangat hafal seperti apa postur tubuh Frita. Namun ia akan mengikuti permainan ini. "Frita, jangan main-main! Kau tahu aku tidak suka permainan anak kecil!"ujarnya melangkah pelan-pelan. Ia sengaja berjalan dengan sangat santai, ketika sampai di sisi pohon seseorang mengayunkan tongkat bisbol ke arahnya. Dengan sigap Jordi menangkap tongkat itu, pandangannya bertemu dengan sang penyerang. Sayangnya pria yang menyerangnya menggunakan masker wajah sehingga ia hanya bisa melihat matanya saja. Tanpa pikir panjang i