Wajah David sudah tak ramah lagi. Pria itu benar-benar marah dengan tindakan Gladys yang tak bermoral. Akan tetapi semua tuduhan itu kini malah tertuju padanya. Hingga dua hari ini Gladys tak juga menampakkan dirinya di kantor."Jadi dia tidak datang lagi?" tanya David pada salah satu bawahannya yang dia perintahkan untuk menjemput Gladys."Iya, Pak. Menurut teman-temannya dia sakit," jawab pria itu.David menatap datar padanya. Membuat pria itu ketakutan akan sikap dinginnya. "Kalau begitu kita buat pengumuman. Lagi pula aku tidak bersalah. Rekaman itu memang tidak ada, tapi bukan aku yang menghapusnya."Bawahan David terdiam, tak berani memberikan tanggapan. Lalu pria itu melirik ke arah Farhan yang juga diam menunggu perintah dari sang direktur."Kamu sudah menyiapkannya, Farhan?" tanya David."Sudah, Pak. Besok pers akan datang. Beberapa dari mereka dari media online," jawab Farhan."Bagus. Aku tidak mau orang-orang di luar perusahaan ikut menilai dengan seenaknya tentang diriku d
Kedatangan David yang memasuki kantor perusahaannya menjadi pusat perhatian bagi para wartawan. Pria itu pun segera duduk pada kursi yang telah disediakan untuknya. Kini dia menghadap pers untuk memberikan konfirmasi mengenai skandalnya. Tak lupa dia juga menyiapkan beberapa bukti yang telah didapat. Semua kamera wartawan mulai menyorot wajah tampan sang direktur muda. Pria itu tampak begitu tenang dan kini waktunya memberikan penjelasan. Farhan pun duduk di sebelahnya untuk membantu memberikan bukti dan keseksian, begitu juga dengan Cindy sebagai perwakilan perusahaan. "Pak David, apakah benar Anda melakukan tindakan tidak senonoh bersama salah satu karyawan wanita Anda?" Pertanyaan itu pun akhirnya disampaikan. David tak memberikan senyuman apa pun. Aura dinginnya benar-benar terasa oleh orang-orang yang berada di sekitarnya. Pria itu pun menarik napas sebelum memberikan jawaban. "Seperti yang kita ketahui, foto yang tersebar sudah semakin luas. Bahkan sudah dihapus pun masih
"Mah ... Aku harus segera ke sana," ucap Lila. Wanita itu merasakan ada sesuatu hal yang buruk yang akan terjadi."Tapi di sana ....""Aku harus ke sana, Mah," ulang Lila sembari beranjak dari duduknya. Dia terlihat khawatir.Helena menatap wajah sang menantu. "Kalau begitu Mamah ikut," sahutnya. Tentu saja Helena tak akan membiarkan menantunya pergi seorang diri.Kedua wanita itu pun segera pergi meninggalkan kediaman Davidson dan Lilara. Mereka langsung menuju ke kantor perusahaan DR yang kini sedang terdapat banyak orang.Sementara itu, Gladys melangkahkan kakinya semakin dekat dengan David. Wanita itu memasang ekspresi sedih di hadapan para wartawan."Kamu seharusnya malu!" ucap Gladys sembari menunjuk wajah David. Dia berdiri sekitar tiga meter dari sang direktur."Apa sih maunya?" gumam Cindy merasa kesal dengan tingkah wanita itu."Tenanglah, Cindy," ucap David. Namun pria itu sebenarnya yang paling harus menahan kemarahannya. Terlihat jelas di wajahnya bahwa dia tak suka denga
Kilatan kamera para wartawan terus saja menyorot seperti sambaran petir. Wajah Lucas semakin pucat ketakutan. Anak laki - laki itu menatap bingung kemudian memeluk ibunya yang sedang mengklaim bahwa Davidson adalah ayah biologis putranya.Kamera juga menyorot pada David yang kaget atas pernyataan menghebohkan dari Gladys. Pria itu terdiam dengan ekspresi yang tak dapat diartikan."Kita pernah pacaran, bukan? Kamu sendiri juga mengakuinya. Dan sekarang saat kamu tahu bahwa aku melahirkan anakmu, kamu mau lepas tanggung jawab, begitu?" teriak Gladys dengan air mata.David terdiam. Pikirannya melayang ke masa lalunya saat dia bersama Gladys. Kenangan - kenangan indah kini tiba - tiba terlintas di dalam otaknya. Memanggil memori bahwa Gladys dulunya merupakan gadis yang paling berharga dan selalu dia lindungi. Juga ... dia jaga kehormatannya."Tidak mungkin!" bantah pria itu lagi. Dia ingat betul bahwa dia belum pernah menyentuh Gladys sampai sejauh itu. Hal yang paling lancang yang perna
"Mas David ... Kenapa kamu tega menyembunyikan anak kamu dengan mantan kekasihmu?" tanya Lila dengan tatapan sedih dan kecewa.David membulatkan kedua matanya. Tak percaya bahwa sang istri juga akan mempercayai ucapan dari Gladys.Sementara itu, Gladys menatap wanita cantik yang pernah dia temui satu kali. Wanita yang pernah menolong anaknya yang tersesat di mall.'Jadi dia istrinya David? Benar - benar menyebalkan! Pantas saja penampilannya terlihat begitu mewah. Ternyata dia menghabiskan uang dari David!' gumam Gladys dalam hati. Tatapan iri kini dia tujukan pada Lilara.Kehadiran Lila tentu saja menjadi pusat perhatian. Apa lagi wanita itu terlihat begitu anggun dan kini mempertanyakan soal anak kecil yang datang memanggil sang direktur DR sebagai ayahnya."Lila ...." gumam David masih tak percaya. Bahkan Farhan dan Cindy juga kaget mendengar pertanyaan dari atasan mereka. Tak disangka bahwa Lila seolah memihak pada Gladys."Mas David ... Aku tanya, kenapa Mas David menyembunyikan
Tatapan semua orang kini tertuju pada Lilara yang berhasil menggandeng anak kecil tersebut. Kini Lucas berada dalam genggaman Lila. Gladys pun menatap wanita cantik di hadapannya.Sementara itu, David menatap tak percaya pada sang istri yang malah terlihat membela masa lalunya. Rasa sesak sekaligus amarah mulai merambati hatinya."Jika demikian, Lucas mau kan menuruti permintaan Kakak?" tanya Lila dengan lembut."Iya," jawab Lucas dengan polosnya. Anak laki - laki itu langsung patuh pada Lilara dari pada dengan ibu kandungnya."Baiklah!" Lila menegakkan badannya. Dia menatap ke para wartawan. Air mata pun dia hapus agar dirinya terlihat tegar."Mas David, aku masih nggak bisa percaya ini. Anak tak bersalah ini menjadi korban keegoisan orang tuanya ...." ucap Lila dengan lantang.David tersentak. Istrinya menatapnya dengan tatapan tegas. Helena pun juga mengangguk mengiyakan ucapan menantunya. Sedangkan Gladys tak dapat menyembunyikan lagi senyumannya."Sebagai bentuk tanggung jawab su
"Apakah Bu Lila akan menerima anak dari hubungan gelap Pak David?" Pertanyaan itu terdengar dari salah satu karyawan yang mendengar ucapan istri sang bos."Bu Lila terlalu baik ... Kalau aku jelas sudah aku maki-maki suamiku kalau ketahuan begitu. Tapi Bu Lila memang berbeda levelnya dengan kita. Padahal Bu Lila sendiri memegang dua perusahaan."David dan Lila meninggalkan kantor juga meninggalkan opini yang kembali mencuat. Keduanya kembali menjadi bahan perbincangan. Sementara itu, Lila, David, dan Helena kini berada di dalam satu mobil yang sama. Sementara Lucas ada di mobil pertama bersama Dokter Budi, dan Gladys ada di mobil kedua dengan diawasi oleh Farhan dan dua orang penjaga lainnya yang merupakan orang - orang David."Kamu sengaja melakukannya, kan?" David bertanya sembari menoleh ke belakang, menatap wajah cantik sang istri.Lila sendiri sedang mengusap air matanya yang sudah mulai mengering. Wanita itu mengusap lembut dengan tisu. Sementara Helena duduk di sampingnya dan
Rumah sakit kota kini menjadi ramai karena kedatangan tamu istimewa mereka. David dan Lucas kini menjalani beberapa pemeriksaan sebelum dilakukannya tes DNA seperti yang sudah dicetuskan oleh Lila.Dan tanpa mereka ketahui, masalah direktur utama DR kini menjadi trending topik dalam pencarian. Orang-orang menjadi penasaran dengan hasil tes DNA antara sang direktur dengan anak kecil menggemaskan yang memanggilnya Papah.Saat dua orang laki-laki berbeda generasi itu sedang menjalani beberapa pemeriksaan, Gladys bertambah panik. Wanita itu duduk di salah satu sudut rumah sakit untuk menenangkan diri.'Tenang, Gladys. Kamu bisa mengubah hasil tesnya. Lucas pasti akan menjadi anak dari David dan berhak atas perusahaan miliknya.' Gladys mulai membuat tekad di dalam hatinya.Wanita itu kini berada dalam pengawasan orang - orang sang direktur. Dia tak dapat kabur. Namun tentu saja dia memiliki rencana lain.Ponsel Gladys berdering ketika wanita itu sedang menunggu putranya keluar dari ruangan
Setelah mengetahui siapa yang membuat masalah dengannya, David tentu saja tak tinggal diam. Pria itu memanggil Tristan, orang yang pernah merebut mantan kekasihnya dulu dan berhasil menghancurkan rencana pernikahannya. Dia sendiri mengenal Tristan sebagai anak seorang pemilik perusahaan yang cukup terkenal.Setelah membuat jadwal dan undangan, akhirnya David bisa menemui Tristan. David segera pergi ke Singapura. Dua orang yang sudah lama tak berjumpa itu pun kembali saling berhadapan dengan atmosfer yang penuh dengan ketegangan."Jadi, apa maksud dari semua ini, Pak Tristan?" David langsung memberikan pertanyaan inti meski masih tetap mencoba bersikap sopan pada pria di hadapannya.Tristan melihat laporan yang ditunjukkan asisten kepercayaan David padanya. Kedua alisnya pun saling bertaut. "Saha memang tidak menyukai Anda, Pak David. Tapi saya tidak punya waktu untuk melakukan tindakan kotor seperti ini." Tristan mulai berkilah."Mohon jangan berkilah, Pak Tristan," tekan David menco
Lila menaikkan kedua alisnya. "Aku nggak bentak Mas David ....""Tapi terdengar begitu. Kenapa kamu menyuruhku mandi? Padahal aku capek, Sayang. Aku hanya ingin bermanja - manja denganmu dulu," ujar David dengan ekspresi sedihnya yang berubah menjadi kesal.Lila menatap heran suaminya yang salah sangka. Melihat pertengkaran kecil tersebut, Shiro memilih pergi. Sementara Lila masih menatap suaminya. Dia merasa takut jika David kembali bersikap kasar dan dingin seperti saat mereka masih menikah kontrak."Maaf ...." David menunduk. Pria itu merasa bersalah. Dia pun memeluk sang istri."Aku seharusnya tidak bersikap seperti ini. Maafkan aku, Sayang ...." sesalnya sembari mencium kening Lila dan memeluk lembut wanitanya itu.Lila menghela napas. Sepertinya memang David terlalu banyak pikiran. Wajar saja. Pria itu bekerja tanpa henti. Apa lagi David semakin sibuk selain ikut mengurus anak pertama mereka. Sebelumnya juga dia sering menghadapi masalah dan mungkin saja David sudah jengah."Aku
Keheningan itu membuat Farhan merasa tidak nyaman. Sang bos belum memberikan respon apa pun atas pengakuannya kerena teledor. Perlahan pria itu mendongak, memberanikan diri untuk menatap dan menghadapi sang atasan.David ternyata diam sembari menatap lurus ke arahnya. Ketegangan semakin bertambah saat kedua mata Farhan bertemu dengan iris kecokelatan Davidson."Kalau kamu memang merasa bersalah dan bertanggung jawab soal masalah ini, maka cari dan tangkap karyawan itu! Kamu harus menyerahkannya padaku dan cari tahu alasannya serta pada siapa dia 'menjual' rahasia perusahaan!" David berujar tegas dan dingin saat memberikan perintah.Farhan menelan ludahnya. Sudah lama sekali dia tak diperlakukan sedingin ini oleh sang bos. Namun dia harus tetap patuh."Baik, Pak.""Aku tidak akan memecatmu. Karena bagaimana pun juga kamu telah membantuku agar aku bisa tiba di rumah sakit tepat waktu," imbuh David sembari menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kerja.Farhan lagi - lagi terkejut at
Penyelidikan segera dilaksanakan. David memerintahkan anak buahnya terlebih dahulu sebelum melibatkan pihak luar. Apa lagi ini merupakan masalah internal yang memang harus diatasi oleh perusahaan.Di dalam perusahaan yang terlihat baik - baik saja dari luar, para petingginya sedang mencoba membereskan masalah yang ada. David bersama Farhan kini sedang memeriksa beberapa data yang sudah terlanjur tersebar dan sedang mencoba menghentikannya.Farhan sendiri sudah mendapatkan rekaman CCTV yang dia butuhkan. Kini pria itu memeriksa rekaman yang ada. Beberapa video dari beberapa sudut telah dia periksa. Namun tak ada yang mencurigakan. Hingga dia menemukan video di mana saat dirinya sebelum mengantarkan sang bos menuju ke rumah sakit untuk mendampingi sang istri yang melahirkan."I-ini ...." Farhan bergumam sembari membetulkan kacamatanya.Kedua alis pria itu saling bertaut. Kini memorinya tertuju pada saat dia menyerahkan hasil rapat pada salah satu karyawan pria yang dia mintai tolong unt
Farhan menarik napas sebelum menjawab. "Maaf, Pak David. Tapi data itu telah bocor."David membulatkan kedua matanya. "Apa?! Bagaimana bisa?" tanya pria itu dengan ekspresi kaget dan tak percaya.Lila pun mendongak menatap heran ke arah suaminya. Terlihat jelas bahwa David sedang terkejut."Maaf, Pak David. Saya dan juga Cindy sedang menyelidikinya. Kami sedang mencari tahu bagaimana data itu sampai bocor," jawab Farhan terdengar ketakutan.David menghela napas kasar. Pria itu kemudian duduk di samping sang istri, tepatnya pada salah satu sisi tempat tidur. Tangan kanannya menggenggam ponsel, sementara tangan kirinya menyugar rambutnya."Kalau begitu teruslah selidiki. Aku akan segera ke kantor," ucap David kemudian sembari menutup panggilan telepon.Pria itu kini menunduk. Lila yang merasa khawatir segera mendekati suaminya dan meraih lengan kekar pria itu dengan lembut."Mas ... Ada apa?" tanya wanita itu khawatir. Melihat dari respon suaminya, dia menduga adanya masalah yang sedang
Malam itu suhu cukup panas. Bayi mungil David dan Lila mulai rewel karena kegerahan. Beruntung sang ayah dengan sigap menyetel suhu dalam ruangan tersebut agar putranya kembali nyaman."Ternyata dia merasa kegerahan juga," ucap David yang kini berjalan mendekati istri dan anaknya."Iya, Mas. Sekarang cukup sejuk," sahut Lila.Bayi mungilnya masih menangis. Lalu segera saja Lila memberikan ASI padanya. Dan ternyata tak hanya kegerahan saja, bayi kecil itu juga meredakan haus dan lapar."Ternyata lapar juga Adek, ya?" Lila bertanya dengan lembut seolah sedang bertanya langsung pada putranya.David duduk di samping Lila yang sedang menyusui putranya. Tatapan pria itu tertuju pada payudara Lila yang terlihat padat dan berisi. Kini dia menelan ludahnya seolah ikut merasakan kehausan."Kenapa lihatinnya kaya gitu, Mas?" tanya Lila menatap curiga pada suaminya.David tersenyum penuh arti. Pria itu kemudian beralih menatap wajah cantik istrinya."Aku hanya penasaran bagaimana rasanya," gumam
Sehari setelahnya, Lila diperbolehkan pulang. Wanita cantik itu pun berjalan dengan menggendong putranya yang tampan dan menggemaskan."Biarkan Mamah yang gendong. Kamu jalan aja duluan sama David," ujar Helena sembari mengulurkan kedua tangannya."Nggak papa, Mah?" tanya Lila merasa tak enak hati karena membiarkan ibu mertuanya yang menggendong bayinya."Nggak papa. Kamu jalan duluan aja. Mamah juga pengen gendong cucu Mamah," jawab Helena dengan senyuman senang dan terlihat jelas bahwa wanita itu tidak sabar ingin menggendong cucunya untuk pertama kali."Baiklah, Mah. Makasih, ya," ucap Lila sembari menyerahkan putranya pada sang ibu mertua.Lila pun berjalan dengan dituntun oleh suaminya. David begitu protektif pada sang istri yang baru saja melahirkan. Sementara di belakangnya ada ibu beserta salah satu asisten rumah tangga yang membantu membawakan barang - barang mereka.Selama dalam perjalanan pulang, putra kecil David tertidur lelap di pangkuan Lila. Terlihat jelas bahwa bayi m
Semua orang yang datang ikut menatap ke arah bayi yang baru saja lahir itu. Mereka ikut penasaran karena David dan Lila tak juga memberi tahu mereka soal jenis kelamin bayinya.Lila pun melirik sang suami. Terlihat David yang sedang tersenyum karena rasa penasaran dari ibunya. Mungkin menurutnya seru merahasiakan jenis kelamin anaknya pada keluarganya sendiri, bahkan sejak kehamilan Lila yang semakin besar."Coba Mamah perhatikan dia laki - laki atau perempuan?" tanya David sengaja ingin menbuat ibunya menebak."Kok gitu? Mamah penasaran, loh. Lila juga nggak mau kasih tahu Mamah pas hamil," protes Helena."Sudahlah, Mah. Nanti kita juga akan tahu sendiri," ucap Norman sembari mengusap lembut bahu istrinya."Tapi Mamah penasaran, Pah. Mamah kan pengen manggil ganteng apa cantik gitu," protes Helena lagi. Terlihat jelas bahwa wanita itu akan sangat menyayangi cucunya."Mas David, kita kasih tahu Mamah saja kenapa, sih? Yang lainnya juga penasaran, tuh," ucap Lila ikut membujuk suaminya
Peluh mulai membasahi dahi Lilara. Dengan sigap dan sabar David mengelapnya dengan sapu tangannya. Tak lupa pria itu terus berdoa di dalam hati agar persalinan sang istri berjalan dengan lancar.Saat ini dia semakin menyadari bahwa wanita hebatnya juga sedang berjuang untuk melahirkan anak pertama mereka. Wajah Lila yang terlihat pucat, menunjukkan bahwa wanita itu merasakan kesakitan. Jujur saja sebagai suami, David tentu merasa tak tega saat melihat kesakitan istrinya."Ughhhh." Lila kembali mengejan sesuai dengan instruksi Dokter Nimas. Tangan kanannya menggenggam erat tangan David yang duduk di sampingnya.'Kamu pasti bisa, Sayang,' bisiknya dalam hati.Lila kembali mengejan lagi. Karena pembukaan sudah lengkap, maka wanita itu siap untuk melahirkan anaknya. Suasana di dalam ruangan begitu menegangkan. Apa lagi David terus saja merasakan desiran tak mengenakkan sehingga dia terus saja berdoa untuk keselamatan anak dan istrinya. Sebagai pria yang sudah sangat mencintai mantan pemb