"Apakah Bu Lila akan menerima anak dari hubungan gelap Pak David?" Pertanyaan itu terdengar dari salah satu karyawan yang mendengar ucapan istri sang bos."Bu Lila terlalu baik ... Kalau aku jelas sudah aku maki-maki suamiku kalau ketahuan begitu. Tapi Bu Lila memang berbeda levelnya dengan kita. Padahal Bu Lila sendiri memegang dua perusahaan."David dan Lila meninggalkan kantor juga meninggalkan opini yang kembali mencuat. Keduanya kembali menjadi bahan perbincangan. Sementara itu, Lila, David, dan Helena kini berada di dalam satu mobil yang sama. Sementara Lucas ada di mobil pertama bersama Dokter Budi, dan Gladys ada di mobil kedua dengan diawasi oleh Farhan dan dua orang penjaga lainnya yang merupakan orang - orang David."Kamu sengaja melakukannya, kan?" David bertanya sembari menoleh ke belakang, menatap wajah cantik sang istri.Lila sendiri sedang mengusap air matanya yang sudah mulai mengering. Wanita itu mengusap lembut dengan tisu. Sementara Helena duduk di sampingnya dan
Rumah sakit kota kini menjadi ramai karena kedatangan tamu istimewa mereka. David dan Lucas kini menjalani beberapa pemeriksaan sebelum dilakukannya tes DNA seperti yang sudah dicetuskan oleh Lila.Dan tanpa mereka ketahui, masalah direktur utama DR kini menjadi trending topik dalam pencarian. Orang-orang menjadi penasaran dengan hasil tes DNA antara sang direktur dengan anak kecil menggemaskan yang memanggilnya Papah.Saat dua orang laki-laki berbeda generasi itu sedang menjalani beberapa pemeriksaan, Gladys bertambah panik. Wanita itu duduk di salah satu sudut rumah sakit untuk menenangkan diri.'Tenang, Gladys. Kamu bisa mengubah hasil tesnya. Lucas pasti akan menjadi anak dari David dan berhak atas perusahaan miliknya.' Gladys mulai membuat tekad di dalam hatinya.Wanita itu kini berada dalam pengawasan orang - orang sang direktur. Dia tak dapat kabur. Namun tentu saja dia memiliki rencana lain.Ponsel Gladys berdering ketika wanita itu sedang menunggu putranya keluar dari ruangan
Setelah pemeriksaan selesai, baik Lucas dan David keluar hampir secara bersamaan. Pria tampan dan dingin itu berjalan lebih dulu dari pada Lucas. Lila pun segera berjalan menghampiri suaminya dan bocah kecil yang berjalan di belakang David dengan langkah takut-takut."Bagaimana, Mas?" tanya Lila penasaran."Kita hanya tinggal menunggu hasilnya. Dan untuk prosesnya akan diawasi secara ketat. Jadi tidak akan ada yang bisa memanipulasi hasilnya. Jika terbukti ada yang berani memanipulasinya, maka biarkan hukum yang bertindak tegas," ujar David dengan ekspresi dinginnya saat menatap ke arah Gladys yang hendak menjemput putranya.Gladys terlihat diam di tempat. Sementara Lucas yang tidak mengerti dengan arti kata manipulasi hanya diam ketakutan beberapa langkah di belakang David. Anak laki - laki itu benar - benar tak tahu apa yang harus dia lakukan selanjutnya agar tidak mendapatkan amarah dari sang ibu.Lila menatap ke arah Lucas yang pucat ketakutan. Dalam usianya yang masih kecil, anak
Gladys menoleh menatap sang ibu yang sedang menenangkan Lucas yang menangisi dalam diam di pelukannya. Terlihat tatapan tak suka darinya."Siapa pun dia, dia pasti hanya wanita biasa yang juga sama - sama memeras kekayaan David," ujarnya sebelum akhirnya melangkah naik ke lantai dua meninggalkan sang ibu dan juga Lucas."Oma ...." cicit Lucas sembari mendongak menatap wajah sang nenek."Cup, cup, cup. Kamu jangan takut, Lucas. Mana yang sakit? Biar Oma obatin," ucap sang nenek dengan kelembutannya yang penuh dengan kasih sayang.Lucas pun menuruti ucapan sang nenek. Anak kecil itu memang tergolong penurut. Dia juga selalu saja mematuhi ucapan sang ibu meski ibunya sering menyakiti dirinya ketika mulai marah."Untung tidak terluka," ucap sang nenek sembari mengusap lembut telinga memerah Lucas."Oma ... Apa Mamah nggak suka sama Lucas?" tanya anak kecil itu dengan tatapan sedih yang menyayat hati. Sang nenek lagi - lagi memeluknya."Kamu jangan bilang seperti itu, Lucas ....""Tapi Mam
Setelah mengirimkan pesan perintah untuk bawahannya, Farhan. Segera beranjak dari tempat duduknya. Pria itu mendekati sang bos."Pak David ...." panggil Farhan dengan hati-hati.David mendongak. "Ada apa, Han?" tanya pria itu dengan ekspresi datarnya.Farhan terkesiap."Ada masalah?" tebak sang bos sembari meletakkan dokumen di atas meja."I-iya, Pak. Ada masalah yang serius.""Katakan!"Farhan menelan ludahnya susah payah. "Dokter Budi menghilang dan keadaan lab berantakan," jawabnya."Apa??" David tentu saja terkejut mendengar kabar tersebut. Apa lagi Dokter Budi merupakan orang yang jujur yang dia dan sang istri percayai."Saya sudah memerintahkan orang untuk mencarinya. Saya yakin Dokter Budi pasti tahu apa yang harus dilakukan untuk menjaga data soal hasil tes DNA Anda," ujar Farhan.David terdiam dengan tangan mengepal di depan wajahnya. Suasana tiba - tiba menjadi tegang."Maafkan saya ...." cicit Farhan sembari menundukkan kepalanya, merasa bersalah."Ini bukan salahmu. Pasti
Gladys mengamati sekitar. Ternyata anak buah David sudah mengepung rumahnya tanpa dia ketahui. Karena tangisan keras Lucas membuat kedua telinganya tak dapat menangkap suara dari luar."Kenapa kalian menggangguku?" tanya Gladys dengan tatapan tajam.Pria tadi menoleh ke arah rekan - rekannya. "Tangkap dia!" ucapnya memberikan perintah."Baik," sahut beberapa orang yang bersamanya.Segera saja mereka menangkap Gladys dengan mudah dan menjatuhkan genggaman tangan wanita itu pada koper serta putranya terlepas."Lepas! Dasar sialan!" umpat Gladys sembari meronta, berusaha melepaskan diri."Tidak. Anda harus ikut!" sahut pria tersebut."Om! Om jangan bawa Mamah Lucas ...." Anak kecil itu mulai merengek sembari memegangi kaki pria yang membawa sang ibu."Jangan ikut campur, Anak Kecil. Kamu harus diam di sini!" tegas salah satu pria sembari menahan Lucas dan membuat genggaman tangan mungil itu terlepas dari kaki rekannya."Tapi jangan bawa Mamah Lucas, Om. Jangan ...." Lucas mulai merengek
"Mas, aku dengar Gladys ditangkap. Apakah itu benar?" tanya Lila saat suaminya kini berjalan mendekatinya.David menatap sang istri dengan tatapan lembut. Dengan setelan piyama satu berwarna merah maroon, pria itu memeluk Lila yang sedang duduk di depan cermin sembari memakai perawatan kulit yang aman untuk ibu hamil."Ya. Dia ditangkap karena telah melukai Dokter Budi," jawab David membenarkan.Pria itu mengusap lembut kepala Lilara dan menciumnya dengan penuh kasih sayang. Aroma harum yang lembut membuatnya tenang. Lila pun mendongak menatap wajah suaminya. "Lalu bagaimana dengan Lucas?" tanya Lila dengan ekspresi khawatir.David memutar tubuh Lila agar menghadapnya lalu berjongkok di hadapan sang istri. Dengan sebuah senyuman yang lembut dan manis, pria itu meraih tangan Lila dan menciumnya pelan."Dia baik - baik saja. Anak kecil itu sudah bersama neneknya sekarang dan sedang diawasi supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan," jawab David dengan senyuman lembut.Lila menatap
David pun menatap ke kamera. Pria itu terlihat lebih berwibawa. Apa lagi tuduhan yang sempat mengecamnya pun tak terbukti."Saya hanya ingin mengatakan bahwa saya dan Gladys memang pernah memiliki hubungan di masa lalu. Hanya saja saya selalu menjaga batasan dengannya. Saya tidak akan pernah menyentuh wanita yang tidak sah untuk saya sentuh. Dan ... untuk Gladys, kamu harus merenungkan kesalahan kamu! Jangan memanfaatkan anak kamu yang sudah memiliki ayah kandung sendiri. Dan aku mengenal mantan suamimu." David berujar dengan tegas.Gladys terkesiap. Dia lupa lagi akan hal tersebut. Tristan merupakan teman sekampusnya dan David. Tentu saja pria itu kenal. Hanya saja dia tak tahu bagaimana cara David mengetahui bahwa Tristan adalah mantan suaminya sekaligus ayah biologis Lucas."Sekarang juga sebaiknya kamu harus bertanggung jawab. Apa lagi bukti - bukti sudah ada di depan mata. Kau juga yang berlari ke arahku saat di lift, bukan aku yang menggodamu," lanjut David dengan ekspresi datar