Gladys menoleh menatap sang ibu yang sedang menenangkan Lucas yang menangisi dalam diam di pelukannya. Terlihat tatapan tak suka darinya."Siapa pun dia, dia pasti hanya wanita biasa yang juga sama - sama memeras kekayaan David," ujarnya sebelum akhirnya melangkah naik ke lantai dua meninggalkan sang ibu dan juga Lucas."Oma ...." cicit Lucas sembari mendongak menatap wajah sang nenek."Cup, cup, cup. Kamu jangan takut, Lucas. Mana yang sakit? Biar Oma obatin," ucap sang nenek dengan kelembutannya yang penuh dengan kasih sayang.Lucas pun menuruti ucapan sang nenek. Anak kecil itu memang tergolong penurut. Dia juga selalu saja mematuhi ucapan sang ibu meski ibunya sering menyakiti dirinya ketika mulai marah."Untung tidak terluka," ucap sang nenek sembari mengusap lembut telinga memerah Lucas."Oma ... Apa Mamah nggak suka sama Lucas?" tanya anak kecil itu dengan tatapan sedih yang menyayat hati. Sang nenek lagi - lagi memeluknya."Kamu jangan bilang seperti itu, Lucas ....""Tapi Mam
Setelah mengirimkan pesan perintah untuk bawahannya, Farhan. Segera beranjak dari tempat duduknya. Pria itu mendekati sang bos."Pak David ...." panggil Farhan dengan hati-hati.David mendongak. "Ada apa, Han?" tanya pria itu dengan ekspresi datarnya.Farhan terkesiap."Ada masalah?" tebak sang bos sembari meletakkan dokumen di atas meja."I-iya, Pak. Ada masalah yang serius.""Katakan!"Farhan menelan ludahnya susah payah. "Dokter Budi menghilang dan keadaan lab berantakan," jawabnya."Apa??" David tentu saja terkejut mendengar kabar tersebut. Apa lagi Dokter Budi merupakan orang yang jujur yang dia dan sang istri percayai."Saya sudah memerintahkan orang untuk mencarinya. Saya yakin Dokter Budi pasti tahu apa yang harus dilakukan untuk menjaga data soal hasil tes DNA Anda," ujar Farhan.David terdiam dengan tangan mengepal di depan wajahnya. Suasana tiba - tiba menjadi tegang."Maafkan saya ...." cicit Farhan sembari menundukkan kepalanya, merasa bersalah."Ini bukan salahmu. Pasti
Gladys mengamati sekitar. Ternyata anak buah David sudah mengepung rumahnya tanpa dia ketahui. Karena tangisan keras Lucas membuat kedua telinganya tak dapat menangkap suara dari luar."Kenapa kalian menggangguku?" tanya Gladys dengan tatapan tajam.Pria tadi menoleh ke arah rekan - rekannya. "Tangkap dia!" ucapnya memberikan perintah."Baik," sahut beberapa orang yang bersamanya.Segera saja mereka menangkap Gladys dengan mudah dan menjatuhkan genggaman tangan wanita itu pada koper serta putranya terlepas."Lepas! Dasar sialan!" umpat Gladys sembari meronta, berusaha melepaskan diri."Tidak. Anda harus ikut!" sahut pria tersebut."Om! Om jangan bawa Mamah Lucas ...." Anak kecil itu mulai merengek sembari memegangi kaki pria yang membawa sang ibu."Jangan ikut campur, Anak Kecil. Kamu harus diam di sini!" tegas salah satu pria sembari menahan Lucas dan membuat genggaman tangan mungil itu terlepas dari kaki rekannya."Tapi jangan bawa Mamah Lucas, Om. Jangan ...." Lucas mulai merengek
"Mas, aku dengar Gladys ditangkap. Apakah itu benar?" tanya Lila saat suaminya kini berjalan mendekatinya.David menatap sang istri dengan tatapan lembut. Dengan setelan piyama satu berwarna merah maroon, pria itu memeluk Lila yang sedang duduk di depan cermin sembari memakai perawatan kulit yang aman untuk ibu hamil."Ya. Dia ditangkap karena telah melukai Dokter Budi," jawab David membenarkan.Pria itu mengusap lembut kepala Lilara dan menciumnya dengan penuh kasih sayang. Aroma harum yang lembut membuatnya tenang. Lila pun mendongak menatap wajah suaminya. "Lalu bagaimana dengan Lucas?" tanya Lila dengan ekspresi khawatir.David memutar tubuh Lila agar menghadapnya lalu berjongkok di hadapan sang istri. Dengan sebuah senyuman yang lembut dan manis, pria itu meraih tangan Lila dan menciumnya pelan."Dia baik - baik saja. Anak kecil itu sudah bersama neneknya sekarang dan sedang diawasi supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan," jawab David dengan senyuman lembut.Lila menatap
David pun menatap ke kamera. Pria itu terlihat lebih berwibawa. Apa lagi tuduhan yang sempat mengecamnya pun tak terbukti."Saya hanya ingin mengatakan bahwa saya dan Gladys memang pernah memiliki hubungan di masa lalu. Hanya saja saya selalu menjaga batasan dengannya. Saya tidak akan pernah menyentuh wanita yang tidak sah untuk saya sentuh. Dan ... untuk Gladys, kamu harus merenungkan kesalahan kamu! Jangan memanfaatkan anak kamu yang sudah memiliki ayah kandung sendiri. Dan aku mengenal mantan suamimu." David berujar dengan tegas.Gladys terkesiap. Dia lupa lagi akan hal tersebut. Tristan merupakan teman sekampusnya dan David. Tentu saja pria itu kenal. Hanya saja dia tak tahu bagaimana cara David mengetahui bahwa Tristan adalah mantan suaminya sekaligus ayah biologis Lucas."Sekarang juga sebaiknya kamu harus bertanggung jawab. Apa lagi bukti - bukti sudah ada di depan mata. Kau juga yang berlari ke arahku saat di lift, bukan aku yang menggodamu," lanjut David dengan ekspresi datar
"Hahhh ...." Terdengar helaan napas lega dari David. Pria itu menyandarkan punggungnya pada kursi kerjanya di dalam ruangan.Kini dia bisa sedikitnya bersantai setelah selesai melewati masalah yang diakibatkan oleh Gladys. Mantan kekasihnya itu akan diawasi secara ketat setelah semua bukti kejahatannya terungkap."Pak David," panggil Farhan dengan sopan sembari berdiri di hadapan bosnya."Hm?" David mendongak menatap asisten kepercayaannya itu yang telah banyak membantunya."Saya mendapatkan informasi bahwa berita tentang Anda masih menjadi trending topik, hanya saja kali ini lebih ke arah positif. Di sisi lain, Gladys yang mulai mendapatkan cercaan di internet," jelas Farhan yang kini memegang tabletnya.David menoleh ke sisi lain, menatap ke luar pada dinding kaca yang memperlihatkan gedung - gedung tinggi di sebelah gedung perusahaannya."Biarkanlah. Yang penting aku sudah meluruskan masalahku. Dan juga, Lila tidak akan mendapatkan cemoohan dari orang - orang berpikiran dangkal yan
"Kamu yakin mau di rumah saja?" tanya David. Tatapannya tertuju pada Lilara yang sedang duduk di hadapannya, menikmati sarapan pagi mereka.Wanita itu menatap suaminya lalu tersenyum manis. "Iya, Mas. Hari ini aku mau di rumah saja. Aku mau menghabiskan waktu bermalas - malasan di rumah," jawab Lila.David menautkan alisnya. Mendengar kata malas - malasan merupakan hal pertama kali yang dia dengar dari mulut sang istri."Tumben kamu bilang mau malas - malasan, Sayang?" tanya David.Lila terkekeh pelan. "Ya bagaimana, ya? Setelah kejadian kemarin mungkin orang - orang jadi tahu soal Mas David. Jadi lebih baik di rumah saja," jawabnya."Iya juga. Tapi itu nggak akan jadi masalah. Kamu tinggal mau pergi ke mana? Bilang saja padaku. Aku akan mengurusnya," sahut David dengan percaya diri. Pria itu pun meraih segelas air putih dan meneguknya."Di rumah dulu saja, Mas."David menatap wajah sang istri. "Baiklah ...." Akhirnya dia mengalah. Setidaknya dia bisa bermanja - manja dengan Lilara se
David menggendong kucing putih kecil itu dengan lembut, bersama Lilara, mereka berdua membawanya ke klinik hewan terdekat. Dengan mobil pribadinya, sang direktur kini menuju ke sebuah petshop dan juga klinik hewan terdekat. David duduk di bangku penumpang bersama istrinya. Lalu si kucing kecil diam menurut dalam pangkuannya dengan beralaskan kain."Jadi kita ke klinik, Tuan?" tanya sopir pribadi David."Ya. Tolong antarkan kami ke klinik hewan terdekat. Lalu setelah itu kami mau membelikan dia makan," jawab David sekaligus memberikan perintah."Baik, Tuan. Dan saya tahu tempat yang tepat. Di sana sudah jadi satu antara klinik dan petshop-nya," ucap sang sopir."Kalau begitu antarkan kami ke sana, Pak," sahut David."Tapi, Maaf, Tuan. Bukankah sebaiknya saya saja atau kepala pelayan yang melakukannya?" Sang sopir merasa heran."Tidak usah. Lagi pula aku sendiri ingin keluar bersama Lila," jawab David lagi dengan santainya."Baiklah kalau begitu, Tuan. Saya akan mengantarkan Anda berdua
Setelah mengetahui siapa yang membuat masalah dengannya, David tentu saja tak tinggal diam. Pria itu memanggil Tristan, orang yang pernah merebut mantan kekasihnya dulu dan berhasil menghancurkan rencana pernikahannya. Dia sendiri mengenal Tristan sebagai anak seorang pemilik perusahaan yang cukup terkenal.Setelah membuat jadwal dan undangan, akhirnya David bisa menemui Tristan. David segera pergi ke Singapura. Dua orang yang sudah lama tak berjumpa itu pun kembali saling berhadapan dengan atmosfer yang penuh dengan ketegangan."Jadi, apa maksud dari semua ini, Pak Tristan?" David langsung memberikan pertanyaan inti meski masih tetap mencoba bersikap sopan pada pria di hadapannya.Tristan melihat laporan yang ditunjukkan asisten kepercayaan David padanya. Kedua alisnya pun saling bertaut. "Saha memang tidak menyukai Anda, Pak David. Tapi saya tidak punya waktu untuk melakukan tindakan kotor seperti ini." Tristan mulai berkilah."Mohon jangan berkilah, Pak Tristan," tekan David menco
Lila menaikkan kedua alisnya. "Aku nggak bentak Mas David ....""Tapi terdengar begitu. Kenapa kamu menyuruhku mandi? Padahal aku capek, Sayang. Aku hanya ingin bermanja - manja denganmu dulu," ujar David dengan ekspresi sedihnya yang berubah menjadi kesal.Lila menatap heran suaminya yang salah sangka. Melihat pertengkaran kecil tersebut, Shiro memilih pergi. Sementara Lila masih menatap suaminya. Dia merasa takut jika David kembali bersikap kasar dan dingin seperti saat mereka masih menikah kontrak."Maaf ...." David menunduk. Pria itu merasa bersalah. Dia pun memeluk sang istri."Aku seharusnya tidak bersikap seperti ini. Maafkan aku, Sayang ...." sesalnya sembari mencium kening Lila dan memeluk lembut wanitanya itu.Lila menghela napas. Sepertinya memang David terlalu banyak pikiran. Wajar saja. Pria itu bekerja tanpa henti. Apa lagi David semakin sibuk selain ikut mengurus anak pertama mereka. Sebelumnya juga dia sering menghadapi masalah dan mungkin saja David sudah jengah."Aku
Keheningan itu membuat Farhan merasa tidak nyaman. Sang bos belum memberikan respon apa pun atas pengakuannya kerena teledor. Perlahan pria itu mendongak, memberanikan diri untuk menatap dan menghadapi sang atasan.David ternyata diam sembari menatap lurus ke arahnya. Ketegangan semakin bertambah saat kedua mata Farhan bertemu dengan iris kecokelatan Davidson."Kalau kamu memang merasa bersalah dan bertanggung jawab soal masalah ini, maka cari dan tangkap karyawan itu! Kamu harus menyerahkannya padaku dan cari tahu alasannya serta pada siapa dia 'menjual' rahasia perusahaan!" David berujar tegas dan dingin saat memberikan perintah.Farhan menelan ludahnya. Sudah lama sekali dia tak diperlakukan sedingin ini oleh sang bos. Namun dia harus tetap patuh."Baik, Pak.""Aku tidak akan memecatmu. Karena bagaimana pun juga kamu telah membantuku agar aku bisa tiba di rumah sakit tepat waktu," imbuh David sembari menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi kerja.Farhan lagi - lagi terkejut at
Penyelidikan segera dilaksanakan. David memerintahkan anak buahnya terlebih dahulu sebelum melibatkan pihak luar. Apa lagi ini merupakan masalah internal yang memang harus diatasi oleh perusahaan.Di dalam perusahaan yang terlihat baik - baik saja dari luar, para petingginya sedang mencoba membereskan masalah yang ada. David bersama Farhan kini sedang memeriksa beberapa data yang sudah terlanjur tersebar dan sedang mencoba menghentikannya.Farhan sendiri sudah mendapatkan rekaman CCTV yang dia butuhkan. Kini pria itu memeriksa rekaman yang ada. Beberapa video dari beberapa sudut telah dia periksa. Namun tak ada yang mencurigakan. Hingga dia menemukan video di mana saat dirinya sebelum mengantarkan sang bos menuju ke rumah sakit untuk mendampingi sang istri yang melahirkan."I-ini ...." Farhan bergumam sembari membetulkan kacamatanya.Kedua alis pria itu saling bertaut. Kini memorinya tertuju pada saat dia menyerahkan hasil rapat pada salah satu karyawan pria yang dia mintai tolong unt
Farhan menarik napas sebelum menjawab. "Maaf, Pak David. Tapi data itu telah bocor."David membulatkan kedua matanya. "Apa?! Bagaimana bisa?" tanya pria itu dengan ekspresi kaget dan tak percaya.Lila pun mendongak menatap heran ke arah suaminya. Terlihat jelas bahwa David sedang terkejut."Maaf, Pak David. Saya dan juga Cindy sedang menyelidikinya. Kami sedang mencari tahu bagaimana data itu sampai bocor," jawab Farhan terdengar ketakutan.David menghela napas kasar. Pria itu kemudian duduk di samping sang istri, tepatnya pada salah satu sisi tempat tidur. Tangan kanannya menggenggam ponsel, sementara tangan kirinya menyugar rambutnya."Kalau begitu teruslah selidiki. Aku akan segera ke kantor," ucap David kemudian sembari menutup panggilan telepon.Pria itu kini menunduk. Lila yang merasa khawatir segera mendekati suaminya dan meraih lengan kekar pria itu dengan lembut."Mas ... Ada apa?" tanya wanita itu khawatir. Melihat dari respon suaminya, dia menduga adanya masalah yang sedang
Malam itu suhu cukup panas. Bayi mungil David dan Lila mulai rewel karena kegerahan. Beruntung sang ayah dengan sigap menyetel suhu dalam ruangan tersebut agar putranya kembali nyaman."Ternyata dia merasa kegerahan juga," ucap David yang kini berjalan mendekati istri dan anaknya."Iya, Mas. Sekarang cukup sejuk," sahut Lila.Bayi mungilnya masih menangis. Lalu segera saja Lila memberikan ASI padanya. Dan ternyata tak hanya kegerahan saja, bayi kecil itu juga meredakan haus dan lapar."Ternyata lapar juga Adek, ya?" Lila bertanya dengan lembut seolah sedang bertanya langsung pada putranya.David duduk di samping Lila yang sedang menyusui putranya. Tatapan pria itu tertuju pada payudara Lila yang terlihat padat dan berisi. Kini dia menelan ludahnya seolah ikut merasakan kehausan."Kenapa lihatinnya kaya gitu, Mas?" tanya Lila menatap curiga pada suaminya.David tersenyum penuh arti. Pria itu kemudian beralih menatap wajah cantik istrinya."Aku hanya penasaran bagaimana rasanya," gumam
Sehari setelahnya, Lila diperbolehkan pulang. Wanita cantik itu pun berjalan dengan menggendong putranya yang tampan dan menggemaskan."Biarkan Mamah yang gendong. Kamu jalan aja duluan sama David," ujar Helena sembari mengulurkan kedua tangannya."Nggak papa, Mah?" tanya Lila merasa tak enak hati karena membiarkan ibu mertuanya yang menggendong bayinya."Nggak papa. Kamu jalan duluan aja. Mamah juga pengen gendong cucu Mamah," jawab Helena dengan senyuman senang dan terlihat jelas bahwa wanita itu tidak sabar ingin menggendong cucunya untuk pertama kali."Baiklah, Mah. Makasih, ya," ucap Lila sembari menyerahkan putranya pada sang ibu mertua.Lila pun berjalan dengan dituntun oleh suaminya. David begitu protektif pada sang istri yang baru saja melahirkan. Sementara di belakangnya ada ibu beserta salah satu asisten rumah tangga yang membantu membawakan barang - barang mereka.Selama dalam perjalanan pulang, putra kecil David tertidur lelap di pangkuan Lila. Terlihat jelas bahwa bayi m
Semua orang yang datang ikut menatap ke arah bayi yang baru saja lahir itu. Mereka ikut penasaran karena David dan Lila tak juga memberi tahu mereka soal jenis kelamin bayinya.Lila pun melirik sang suami. Terlihat David yang sedang tersenyum karena rasa penasaran dari ibunya. Mungkin menurutnya seru merahasiakan jenis kelamin anaknya pada keluarganya sendiri, bahkan sejak kehamilan Lila yang semakin besar."Coba Mamah perhatikan dia laki - laki atau perempuan?" tanya David sengaja ingin menbuat ibunya menebak."Kok gitu? Mamah penasaran, loh. Lila juga nggak mau kasih tahu Mamah pas hamil," protes Helena."Sudahlah, Mah. Nanti kita juga akan tahu sendiri," ucap Norman sembari mengusap lembut bahu istrinya."Tapi Mamah penasaran, Pah. Mamah kan pengen manggil ganteng apa cantik gitu," protes Helena lagi. Terlihat jelas bahwa wanita itu akan sangat menyayangi cucunya."Mas David, kita kasih tahu Mamah saja kenapa, sih? Yang lainnya juga penasaran, tuh," ucap Lila ikut membujuk suaminya
Peluh mulai membasahi dahi Lilara. Dengan sigap dan sabar David mengelapnya dengan sapu tangannya. Tak lupa pria itu terus berdoa di dalam hati agar persalinan sang istri berjalan dengan lancar.Saat ini dia semakin menyadari bahwa wanita hebatnya juga sedang berjuang untuk melahirkan anak pertama mereka. Wajah Lila yang terlihat pucat, menunjukkan bahwa wanita itu merasakan kesakitan. Jujur saja sebagai suami, David tentu merasa tak tega saat melihat kesakitan istrinya."Ughhhh." Lila kembali mengejan sesuai dengan instruksi Dokter Nimas. Tangan kanannya menggenggam erat tangan David yang duduk di sampingnya.'Kamu pasti bisa, Sayang,' bisiknya dalam hati.Lila kembali mengejan lagi. Karena pembukaan sudah lengkap, maka wanita itu siap untuk melahirkan anaknya. Suasana di dalam ruangan begitu menegangkan. Apa lagi David terus saja merasakan desiran tak mengenakkan sehingga dia terus saja berdoa untuk keselamatan anak dan istrinya. Sebagai pria yang sudah sangat mencintai mantan pemb