David pun menatap ke kamera. Pria itu terlihat lebih berwibawa. Apa lagi tuduhan yang sempat mengecamnya pun tak terbukti."Saya hanya ingin mengatakan bahwa saya dan Gladys memang pernah memiliki hubungan di masa lalu. Hanya saja saya selalu menjaga batasan dengannya. Saya tidak akan pernah menyentuh wanita yang tidak sah untuk saya sentuh. Dan ... untuk Gladys, kamu harus merenungkan kesalahan kamu! Jangan memanfaatkan anak kamu yang sudah memiliki ayah kandung sendiri. Dan aku mengenal mantan suamimu." David berujar dengan tegas.Gladys terkesiap. Dia lupa lagi akan hal tersebut. Tristan merupakan teman sekampusnya dan David. Tentu saja pria itu kenal. Hanya saja dia tak tahu bagaimana cara David mengetahui bahwa Tristan adalah mantan suaminya sekaligus ayah biologis Lucas."Sekarang juga sebaiknya kamu harus bertanggung jawab. Apa lagi bukti - bukti sudah ada di depan mata. Kau juga yang berlari ke arahku saat di lift, bukan aku yang menggodamu," lanjut David dengan ekspresi datar
"Hahhh ...." Terdengar helaan napas lega dari David. Pria itu menyandarkan punggungnya pada kursi kerjanya di dalam ruangan.Kini dia bisa sedikitnya bersantai setelah selesai melewati masalah yang diakibatkan oleh Gladys. Mantan kekasihnya itu akan diawasi secara ketat setelah semua bukti kejahatannya terungkap."Pak David," panggil Farhan dengan sopan sembari berdiri di hadapan bosnya."Hm?" David mendongak menatap asisten kepercayaannya itu yang telah banyak membantunya."Saya mendapatkan informasi bahwa berita tentang Anda masih menjadi trending topik, hanya saja kali ini lebih ke arah positif. Di sisi lain, Gladys yang mulai mendapatkan cercaan di internet," jelas Farhan yang kini memegang tabletnya.David menoleh ke sisi lain, menatap ke luar pada dinding kaca yang memperlihatkan gedung - gedung tinggi di sebelah gedung perusahaannya."Biarkanlah. Yang penting aku sudah meluruskan masalahku. Dan juga, Lila tidak akan mendapatkan cemoohan dari orang - orang berpikiran dangkal yan
"Kamu yakin mau di rumah saja?" tanya David. Tatapannya tertuju pada Lilara yang sedang duduk di hadapannya, menikmati sarapan pagi mereka.Wanita itu menatap suaminya lalu tersenyum manis. "Iya, Mas. Hari ini aku mau di rumah saja. Aku mau menghabiskan waktu bermalas - malasan di rumah," jawab Lila.David menautkan alisnya. Mendengar kata malas - malasan merupakan hal pertama kali yang dia dengar dari mulut sang istri."Tumben kamu bilang mau malas - malasan, Sayang?" tanya David.Lila terkekeh pelan. "Ya bagaimana, ya? Setelah kejadian kemarin mungkin orang - orang jadi tahu soal Mas David. Jadi lebih baik di rumah saja," jawabnya."Iya juga. Tapi itu nggak akan jadi masalah. Kamu tinggal mau pergi ke mana? Bilang saja padaku. Aku akan mengurusnya," sahut David dengan percaya diri. Pria itu pun meraih segelas air putih dan meneguknya."Di rumah dulu saja, Mas."David menatap wajah sang istri. "Baiklah ...." Akhirnya dia mengalah. Setidaknya dia bisa bermanja - manja dengan Lilara se
David menggendong kucing putih kecil itu dengan lembut, bersama Lilara, mereka berdua membawanya ke klinik hewan terdekat. Dengan mobil pribadinya, sang direktur kini menuju ke sebuah petshop dan juga klinik hewan terdekat. David duduk di bangku penumpang bersama istrinya. Lalu si kucing kecil diam menurut dalam pangkuannya dengan beralaskan kain."Jadi kita ke klinik, Tuan?" tanya sopir pribadi David."Ya. Tolong antarkan kami ke klinik hewan terdekat. Lalu setelah itu kami mau membelikan dia makan," jawab David sekaligus memberikan perintah."Baik, Tuan. Dan saya tahu tempat yang tepat. Di sana sudah jadi satu antara klinik dan petshop-nya," ucap sang sopir."Kalau begitu antarkan kami ke sana, Pak," sahut David."Tapi, Maaf, Tuan. Bukankah sebaiknya saya saja atau kepala pelayan yang melakukannya?" Sang sopir merasa heran."Tidak usah. Lagi pula aku sendiri ingin keluar bersama Lila," jawab David lagi dengan santainya."Baiklah kalau begitu, Tuan. Saya akan mengantarkan Anda berdua
David dan Lila akhirnya memutuskan untuk mulai memelihara kucing putih kecil yang diperkirakan usianya sudah dua bulan. Lila yang begitu senang dengan hewan berbulu itu pun merasa terhibur ketika si anak kucing mau makan dengan lahap setelah mereka bawa pulang kembali."Akh, gemes banget, Mas. Dia akhirnya mau makan," ucap Lila dengan senyuman ceria."Dia kelaparan. Sekarang dia juga sudah bersih," ucap David yang baru saja selesai membersihkan tubuh si kucing."Makasih, Mas!" Lila langsung memeluk suaminya setelah pria itu memperlakukan kucing putih itu dengan baik. Tak disangka sang direktur ternyata cukup ahli dalam merawat binatang peliharaan."Sama - sama. Yang penting dia sehat. Sekarang kamu mandi, dan ganti baju. Biar kucingnya di sini." David memeluk pinggang sang istri."Iya, Mas ... Dadah kucing kecil nanti kita main lagi," ucap Lila seperti anak kecil. Bahkan wanita itu melambaikan tangan padanya."Ya ampun ... Dasar anak kecil," ejek David."Nggak boleh?""Boleh, dong. Ap
Saat David sedang asyik berkencan dengan istrinya, di tempat lain terlihat pasangan yang juga sedang menikmati waktu cuti mereka setelah bekerja keras sebelumnya."Kenapa kamu diam saja?" tanya sang pria berkacamata yang kini sedang menyetir.Di sampingnya, seorang gadis manis sedang duduk diam. Rambutnya yang pendek terlihat begitu lembut bergerak saat perlahan dia menoleh ke arah sang pria."Eummm. Memangnya mau cerita apa?" tanya gadis itu sembari tersipu malu.Farhan menoleh menatapnya tepat saat pria itu menghentikan mobilnya di lampu merah. Sebuah senyuman dia berikan pada kekasihnya, Cindy."Apa saja. Aku akan mendengarkannya," jawab Farhan.Kedua pandangan mata mereka saling bertemu. "Perasaan dari tadi aku udah cerita, sekarang biarkan aku yang mendengarkan cerita Mas Farhan," sahut Cindy kemudian.Farhan terkekeh pelan. "Padahal aku lebih suka mendengar suaramu dari pada suaraku sendiri.""Gombal ...." kekeh Cindy sembari menampar lengan atas Farhan dan membuat pria itu tert
Waktu yang ditentukan telah tiba, kini istri sang direktur DR kembali bekerja sebagai pendampingnya. Dengan keadaan dan kesehatan yang sudah stabil, Lila mulai bekerja di dalam ruangan yang sama dengan David lagi. Tak ada yang berubah, suasana serta tata letak di dalam ruangan itu masih sama seperti saat terakhir kali ditinggalkan olehnya."Hahhh. Aku kangen duduk di sini ...." desah Lila pelan saat duduk pada kursi kerjanya yang empuk.David menggeleng pelan melihat tingkah sang istri yang terkadang memang seperti anak kecil. Pria itu pun berjalan mendekati meja Lila dan berdiri tepat di depannya."Berjanjilah kalau capek harus berhenti dan istirahat," ucap pria itu sembari mengusap lembut pucuk kepala Lilara.Lila tersenyum menerima perhatian dari suaminya. "Iya, Mas ...." kekehnya pelan.David tiba - tiba menangkup wajah mungil Lila dengan kedua tangannya. Dia tatap lekat - lekat wajah cantik itu. "Aku serius," tegasnya.Lila kembali tersenyum. "Iya, aku tahu, Mas. Tapi aku juga in
Semakin bertambahnya hari, usia kehamilan Lilara semakin bertambah pula. Perutnya pun bertambah besar dengan bayi sehat di dalam kandungannya yang rutin melakukan pemeriksaan. Sesuai dengan perjanjian, Lilara sudah kembali bekerja di perusahaan. Dan kini wanita itu selalu mendampingi suaminya.Saat ini, usia kandungan Lila telah mencapai empat belas minggu, sudah memasuki tahap trimester kedua. Lila dan David kini sedang berada di ruangan, hanya berdua. Suasana begitu tenang saat keduanya serius dalam pekerjaan masing - masing.Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Lila duduk dengan tenang. Melihat Lila seperti itu, David merasa ada yang berbeda dan bertanya kepadanya."Ada apa, Sayang?" tanya pria itu dengan tatapan lurus tertuju pada wajah cantik istrinya."Emmm. Soal Lucas, Mas," jawab Lila."Kenapa dengan anak itu?" David kembali bertanya.Lila membalas tatapan suaminya. "Apa dia baik - baik saja, ya? Secara ibunya dipenjara," tanya wanita itu terdengar khawatir.David meletakkan be