"Mah ... Aku harus segera ke sana," ucap Lila. Wanita itu merasakan ada sesuatu hal yang buruk yang akan terjadi."Tapi di sana ....""Aku harus ke sana, Mah," ulang Lila sembari beranjak dari duduknya. Dia terlihat khawatir.Helena menatap wajah sang menantu. "Kalau begitu Mamah ikut," sahutnya. Tentu saja Helena tak akan membiarkan menantunya pergi seorang diri.Kedua wanita itu pun segera pergi meninggalkan kediaman Davidson dan Lilara. Mereka langsung menuju ke kantor perusahaan DR yang kini sedang terdapat banyak orang.Sementara itu, Gladys melangkahkan kakinya semakin dekat dengan David. Wanita itu memasang ekspresi sedih di hadapan para wartawan."Kamu seharusnya malu!" ucap Gladys sembari menunjuk wajah David. Dia berdiri sekitar tiga meter dari sang direktur."Apa sih maunya?" gumam Cindy merasa kesal dengan tingkah wanita itu."Tenanglah, Cindy," ucap David. Namun pria itu sebenarnya yang paling harus menahan kemarahannya. Terlihat jelas di wajahnya bahwa dia tak suka denga
Kilatan kamera para wartawan terus saja menyorot seperti sambaran petir. Wajah Lucas semakin pucat ketakutan. Anak laki - laki itu menatap bingung kemudian memeluk ibunya yang sedang mengklaim bahwa Davidson adalah ayah biologis putranya.Kamera juga menyorot pada David yang kaget atas pernyataan menghebohkan dari Gladys. Pria itu terdiam dengan ekspresi yang tak dapat diartikan."Kita pernah pacaran, bukan? Kamu sendiri juga mengakuinya. Dan sekarang saat kamu tahu bahwa aku melahirkan anakmu, kamu mau lepas tanggung jawab, begitu?" teriak Gladys dengan air mata.David terdiam. Pikirannya melayang ke masa lalunya saat dia bersama Gladys. Kenangan - kenangan indah kini tiba - tiba terlintas di dalam otaknya. Memanggil memori bahwa Gladys dulunya merupakan gadis yang paling berharga dan selalu dia lindungi. Juga ... dia jaga kehormatannya."Tidak mungkin!" bantah pria itu lagi. Dia ingat betul bahwa dia belum pernah menyentuh Gladys sampai sejauh itu. Hal yang paling lancang yang perna
"Mas David ... Kenapa kamu tega menyembunyikan anak kamu dengan mantan kekasihmu?" tanya Lila dengan tatapan sedih dan kecewa.David membulatkan kedua matanya. Tak percaya bahwa sang istri juga akan mempercayai ucapan dari Gladys.Sementara itu, Gladys menatap wanita cantik yang pernah dia temui satu kali. Wanita yang pernah menolong anaknya yang tersesat di mall.'Jadi dia istrinya David? Benar - benar menyebalkan! Pantas saja penampilannya terlihat begitu mewah. Ternyata dia menghabiskan uang dari David!' gumam Gladys dalam hati. Tatapan iri kini dia tujukan pada Lilara.Kehadiran Lila tentu saja menjadi pusat perhatian. Apa lagi wanita itu terlihat begitu anggun dan kini mempertanyakan soal anak kecil yang datang memanggil sang direktur DR sebagai ayahnya."Lila ...." gumam David masih tak percaya. Bahkan Farhan dan Cindy juga kaget mendengar pertanyaan dari atasan mereka. Tak disangka bahwa Lila seolah memihak pada Gladys."Mas David ... Aku tanya, kenapa Mas David menyembunyikan
Tatapan semua orang kini tertuju pada Lilara yang berhasil menggandeng anak kecil tersebut. Kini Lucas berada dalam genggaman Lila. Gladys pun menatap wanita cantik di hadapannya.Sementara itu, David menatap tak percaya pada sang istri yang malah terlihat membela masa lalunya. Rasa sesak sekaligus amarah mulai merambati hatinya."Jika demikian, Lucas mau kan menuruti permintaan Kakak?" tanya Lila dengan lembut."Iya," jawab Lucas dengan polosnya. Anak laki - laki itu langsung patuh pada Lilara dari pada dengan ibu kandungnya."Baiklah!" Lila menegakkan badannya. Dia menatap ke para wartawan. Air mata pun dia hapus agar dirinya terlihat tegar."Mas David, aku masih nggak bisa percaya ini. Anak tak bersalah ini menjadi korban keegoisan orang tuanya ...." ucap Lila dengan lantang.David tersentak. Istrinya menatapnya dengan tatapan tegas. Helena pun juga mengangguk mengiyakan ucapan menantunya. Sedangkan Gladys tak dapat menyembunyikan lagi senyumannya."Sebagai bentuk tanggung jawab su
"Apakah Bu Lila akan menerima anak dari hubungan gelap Pak David?" Pertanyaan itu terdengar dari salah satu karyawan yang mendengar ucapan istri sang bos."Bu Lila terlalu baik ... Kalau aku jelas sudah aku maki-maki suamiku kalau ketahuan begitu. Tapi Bu Lila memang berbeda levelnya dengan kita. Padahal Bu Lila sendiri memegang dua perusahaan."David dan Lila meninggalkan kantor juga meninggalkan opini yang kembali mencuat. Keduanya kembali menjadi bahan perbincangan. Sementara itu, Lila, David, dan Helena kini berada di dalam satu mobil yang sama. Sementara Lucas ada di mobil pertama bersama Dokter Budi, dan Gladys ada di mobil kedua dengan diawasi oleh Farhan dan dua orang penjaga lainnya yang merupakan orang - orang David."Kamu sengaja melakukannya, kan?" David bertanya sembari menoleh ke belakang, menatap wajah cantik sang istri.Lila sendiri sedang mengusap air matanya yang sudah mulai mengering. Wanita itu mengusap lembut dengan tisu. Sementara Helena duduk di sampingnya dan
Rumah sakit kota kini menjadi ramai karena kedatangan tamu istimewa mereka. David dan Lucas kini menjalani beberapa pemeriksaan sebelum dilakukannya tes DNA seperti yang sudah dicetuskan oleh Lila.Dan tanpa mereka ketahui, masalah direktur utama DR kini menjadi trending topik dalam pencarian. Orang-orang menjadi penasaran dengan hasil tes DNA antara sang direktur dengan anak kecil menggemaskan yang memanggilnya Papah.Saat dua orang laki-laki berbeda generasi itu sedang menjalani beberapa pemeriksaan, Gladys bertambah panik. Wanita itu duduk di salah satu sudut rumah sakit untuk menenangkan diri.'Tenang, Gladys. Kamu bisa mengubah hasil tesnya. Lucas pasti akan menjadi anak dari David dan berhak atas perusahaan miliknya.' Gladys mulai membuat tekad di dalam hatinya.Wanita itu kini berada dalam pengawasan orang - orang sang direktur. Dia tak dapat kabur. Namun tentu saja dia memiliki rencana lain.Ponsel Gladys berdering ketika wanita itu sedang menunggu putranya keluar dari ruangan
Setelah pemeriksaan selesai, baik Lucas dan David keluar hampir secara bersamaan. Pria tampan dan dingin itu berjalan lebih dulu dari pada Lucas. Lila pun segera berjalan menghampiri suaminya dan bocah kecil yang berjalan di belakang David dengan langkah takut-takut."Bagaimana, Mas?" tanya Lila penasaran."Kita hanya tinggal menunggu hasilnya. Dan untuk prosesnya akan diawasi secara ketat. Jadi tidak akan ada yang bisa memanipulasi hasilnya. Jika terbukti ada yang berani memanipulasinya, maka biarkan hukum yang bertindak tegas," ujar David dengan ekspresi dinginnya saat menatap ke arah Gladys yang hendak menjemput putranya.Gladys terlihat diam di tempat. Sementara Lucas yang tidak mengerti dengan arti kata manipulasi hanya diam ketakutan beberapa langkah di belakang David. Anak laki - laki itu benar - benar tak tahu apa yang harus dia lakukan selanjutnya agar tidak mendapatkan amarah dari sang ibu.Lila menatap ke arah Lucas yang pucat ketakutan. Dalam usianya yang masih kecil, anak
Gladys menoleh menatap sang ibu yang sedang menenangkan Lucas yang menangisi dalam diam di pelukannya. Terlihat tatapan tak suka darinya."Siapa pun dia, dia pasti hanya wanita biasa yang juga sama - sama memeras kekayaan David," ujarnya sebelum akhirnya melangkah naik ke lantai dua meninggalkan sang ibu dan juga Lucas."Oma ...." cicit Lucas sembari mendongak menatap wajah sang nenek."Cup, cup, cup. Kamu jangan takut, Lucas. Mana yang sakit? Biar Oma obatin," ucap sang nenek dengan kelembutannya yang penuh dengan kasih sayang.Lucas pun menuruti ucapan sang nenek. Anak kecil itu memang tergolong penurut. Dia juga selalu saja mematuhi ucapan sang ibu meski ibunya sering menyakiti dirinya ketika mulai marah."Untung tidak terluka," ucap sang nenek sembari mengusap lembut telinga memerah Lucas."Oma ... Apa Mamah nggak suka sama Lucas?" tanya anak kecil itu dengan tatapan sedih yang menyayat hati. Sang nenek lagi - lagi memeluknya."Kamu jangan bilang seperti itu, Lucas ....""Tapi Mam