“Ngapain kamu pulang ke sini lagi?!"
Sambutan dari perempuan paruh baya bernama Madam Donna menggema di ruangan itu. Ia adalah ibu mertua dari Joandra Marta Dinata.
Joandra terdiam mendengar pertanyaan penuh nada hardikan tersebut. Ini merupakan kali pertama Joandra mendengar ibu mertuanya berkata begitu kasar padanya.
Joandra baru saja pulang karena urusannya yang padat semalamam. Dan seperti biasanya dia langsung masuk ke dalam rumah yang lumayan megah itu. Ya, itu adalah kediaman Mertuanya. Namun, saat Joandra mengulurkan tangannya untuk menyalami ibu mertuanya, ibu mertuanya itu malah menghardiknya dan menepis tangannya dengan kasar.
Kejadian ini adalah untuk yang pertama kalinya setelah 3 bulan lamanya dia ikut tinggal di kediaman mertuanya itu.
Seorang wanita yang baru muncul dan sedang membawa sebuah nampan ditangannya, tampak menatap iba namun tak mengeluarkan suara sama sekali. Wanita itu adalah Jessica Pitaloka, adik ipar Joandra. Dia tampak terus berjalan mendekat ke arah meja.
Melihat ibu mertuanya tak menyambut uluran tangannya, Joandra berganti menyalami tangan ayah mertuanya Andi Raharja. Laki-laki paruh baya itu tersenyum, lalu menyambut uluran tangan Menantunya dan Joandra langsung mencium tangan yang terlihat tak lagi begitu kuat.
“Siapa yang menyuruhmu duduk?!”
Joandra yang baru akan duduk di atas kursi sofa tepat di samping ayah mertuanya, kembali berdiri cepat dengan wajah piasnya. Wajah itu tampak benar-benar sedang terkejut besar. Tapi Joandra hanya diam tak menjawab. Pikirannya sedang berkecamuk meraba-raba keadaan dan posisinya saat ini di keluarga besar itu.
“Minum Abang Ipar,” Jessica yang sejak tadi melihat semua perlakuan kasar ibunya terhadap Joandra langsung menawarkan kopi yang sedang dibawanya. Suasana di sana benar-benar tegang dan mencekam.
“Berani sekali Kau! Memangnya Kau siapa?!”
Bukan hanya Joandra yang kena hardikan, saat ini adik ipar Joandra yang baru selesai mengatur beberapa gelas kopi yang tampak masih mengepulkan asap itu juga langsung terkena imbasnya ketika dia menawarkan.
Madam Donna yang terlihat begitu marah langsung merampas cangkir yang akan diberikan Jessica kepada Joandra, dan langsung menyiram air kopi yang panas itu ke atas lengan Jessica.
Spontan Joandra langsung menepis lengan adik iparnya. Alhasil tangannya sendiri yang kini langsung menampung air kopi siraman dari Madam Donna.
Joandra memang merasakan tangannya begitu panas. Tapi dia lebih terkejut ketika melihat tangan adik iparnya ikut terkena siraman itu. Spontan lengannya menyambar tissue dan mengelap tangan putih yang sudah memerah akibat siraman kopi panas itu barusan. Sungguh, Joandra tak menyangka jika ibu mertuanya akan melampiaskan kemarahannya pada adik iparnya seperti saat ini. Bibir Joandra terkunci rapat tak mampu berkata apa pun ketika hari ini mendapati perlakuan ibu mertuanya yang tak manusiawi.
“Ya ampun, Bu. Kenapa kamu seperti ini?” tanya tuan Andi ikut terkejut dan langsung bangkit dari duduknya.
“Kamu diam! Ada hak apa kamu berani berbicara di sini?!” tukas Madam Donna dengan wajah sangarnya, membuat tuan Andi terdiam tak berkutik.
Joandra kembali terdiam ketika mendengar seruan ibu mertua terhadap ayah mertuanya barusan. Dan itu juga membuat benak Joandra semakin penuh tanda tanya.
Jessica tampak melangkah mundur. Sama dengan Joandra yang juga terlihat mundur selangkah dari tempatnya semula.
“Kau kembali ke belakang sana!” hardik Madam Donna menunjuk Jessica dengan tatapannya yang menyalang. “Dan Kau, kenapa kau masih ada di sini?!”
Suara itu kembali menggema sambil jemari telunjuknya mengarah ke arah Joandra. Tatapan mematikan kali ini membuat Joandra menelan salivanya kasar.
“Ada apa ini?”
Claudia Puspita berjalan turun dari tangga lantai 2. Wanita itu tampak masih memakai piyama tidurnya sambil mengucek matanya. Tampaknya istri Joandra memang baru bangun dari tidurnya setelah semalaman mereka heboh akibat pemberitaan yang sangat mengejutkan itu.
“Kau lihat suamimu yang tak berguna ini? Berani sekali dia pulang ke sini! Apa setelah Bankrut dia masih ingin numpang makan gratis di sini?! Heh! Dengar ya! Rumah ini bukan rumah penampungan!”
Madam Donna terus mencecer perkataan pedasnya itu sambil menunjuk-nunjuk ke arah Joandra.
Hening. Joandra mengernyitkan keningnya. Baru hari ini dia mendengar cacian dan hinaan begitu telak dari ibu mertuanya. Selama ini dia selalu memberikan uang ratusan juta setiap bulannya pada keluarga istrinya itu. Namun, ketika kabar kebangkrutan yang dialami Joandra menyebar dan sampai di telinga mertuanya, ia langsung tak dianggap sama sekali. Kemarin masih menjadi raja, sekarang langsung berubah menjadi gelandangan di mata ibu mertuanya.
Claudia terdiam sesaat. “Ayo kita ke atas!” terdengar perintah Claudia sambil matanya melihat ke arah sang suami.
Keributan itu berakhir. Joandra segera mengikuti langkah istrinya ke lantai atas. Ekor mata Jessica tampak melihat sekilas ke arah kakak dan abang iparnya.
“Joan, apa benar Perusahaanmu bangkrut? Mustahil bisa bankrut tiba-tiba begini kan?! Kenapa kamu bisa menjual Perusahaanmu semendadak itu?!”
Begitu tiba di dalam kamar, rentetan pertanyaan dilempar oleh Claudia pada Joandra.
“Iya Clau. Saham tiba-tiba anjlok. Proyekku yang di Kamboja dan Vietnam juga gagal. Bahkan bisnis di Singkawang juga bermasalah. Semua saham terpaksa aku jual. Jika aku tak segera melakukan hal itu, pasti semua Karyawan pusat dan cabang akan terkena imbasnya. Pemecatan secara besar-besaran pasti akan terjadi. Syukur aku segera menjualnya. Setidaknya masa depan semua Karyawan masih terjamin.”
Joandra menjabarkan semua itu sambil menatap fokus ke arah manik istrinya. Dia ingin melihat dan mencari sesuatu dari bola mata wanita yang sudah 3 bulan ini resmi menjadi istrinya.
“Jadi, bagaimana dengan masa depanku, Joan?! Apa kamu masih sanggup memberikan aku 100 juta rupiah saja dalam satu bulan?!” Claudia bertanya sarkas dan terlihat tak sabar.
“Untuk sementara waktu ini ... mungkin belum bisa. Aku mohon pengertianmu, Clau. Sabar ya. Aku akan berusaha untuk segera mencari pekerjaan yang sesuai.”
“Apa? Sabar?! Lalu aku harus belanja pakai apa? Daun?!”
“Memangnya uang yang kemarin-kemarin aku berikan sudah kamu habiskan semuanya?” tanya Joandra dengan kedua alisnya yang terlihat saling bertautan. Bahkan 3 bulan belakangan ini dia memberikan total 1 miliar lebih pada istri yang belum pernah disentuhnya sampai saat ini.
Memang kedengaran sangat aneh. Tapi kenyataannya memang itu yang terjadi. Alasan Claudia adalah dia belum siap untuk punya anak. Dia adalah model yang ternama, dan dia lebih mengutamakan tubuh serta karirnya saat ini. pernikahannya dengan Joandra saat itu juga hanya untuk menunjang karirnya, dan itu jelas karena Joandra akan menjadi tonggak yang kokoh untuk kehidupannya. Itu dibidang keuangan tentunya.
“400 juta mau sampai mana, Joan? Aku harus tampil sempurna dengan segala fasilitas dan merek Branded! Belum lagi aku harus ke salon dan harus perawatan juga. Apa matamu tak melihat wajah dan tubuhku ini yang sangat sempurna?!”
“Astaga Claudia ... 400 juta itu banyak sayang. 1 bulan itu hanya 30 hari kan?”
“Menurutku saja itu masih kurang!”
Joandra terdiam. Tak menyangka jika dalam keadaannya yang sudah terpuruk seperti saat ini istrinya itu bukannya prihatin, malah menyerangnya seperti ini.
“Maaf kalau bulan ini aku belum bisa memberikan uang lagi padamu. Aku akan berusaha untuk mencari pekerjaan dulu. Jika nanti aku sudah mendapatkan pekerjaan dan bisa menghasilkan uang, aku janji akan memberikannya padamu.”
“Apa?! Mana bisa! Suami seperti apa kamu?!”
Claudia yang emosi tampak menghardik dan menghentakkan sebelah kakinya kuat ke atas keramik tempatnya berdiri. Memasang wajah masamnya dan langsung berjalan keluar dengan suara pintu yang menggelegar.
Joandra terduduk di sisi ranjang. Meski selama ini Claudia menolak disentuh, Joandra tak masalah sama sekali. Tapi, begitu melihat perubahan dan sikap kasar Claudia kepadanya hari ini, Joandra mulai menyadari segalanya. Dan seketika sebelah bibirnya tampak menyungging ke arah atas.
Sebenarnya satu minggu belakangan ini Joandra merasakan sesuatu yang tak biasa. Dan rasa itu muncul tepat ketika Claudia mengundang teman-temannya untuk mengadakan Reuni di kediamannya. Tak sengaja Joandra melihat Claudia dan seorang pria keluar dari dalam kamar mereka. Meski Claudia mengatakan jika itu hanya temannya, tapi Joandra tak percaya begitu saja.
Sejak detik itu, timbul perasaan curiga yang sangat besar di benak Joandra.
Dan hari ini, Joandra kembali dikejutkan dengan semua perlakuan yang baru didapatkannya pertama kali. Ternyata informasi kebankrutannya sudah mengubah sifat dan sikap orang disekelilingnya dengan begitu fantastis!
Joandra mulai berdiri sambil menggeleng pelan, karena kabar yang ia ‘rangkai’ itu justru malah menampilkan wajah-wajah yang selama ini tertutupi oleh topeng palsu!
Hai... semoga suka dan jangan lupa difollow ya. Mohon dukungannya, Thanks.
Joandra turun ke bawah dan langsung menuju ke ruang makan. Di sana semua tampak sedang duduk menikmati sarapan mereka. Kecuali Jessica yang tampak sibuk dengan pekerjaannya. “Silakan sarapan Abang Ipar,” kata Jessica mulai memindahkan nasi goreng yang tersisa sedikit di atas mangkuk besar di atas meja makan itu. Joandra tersenyum mendapati sikap adik iparnya itu yang belum berubah sampai saat ini. Sama seperti sikap ayah mertuanya yang saat ini tak terlihat di sana. Mungkin pria paruh baya itu sudah berangkat ke luar kota lagi. Ya, ayah mertua Joandra memang bekerja di luar kota, dan itu yang membuat Madam Donna menjadi yang paling berkuasa di kediaman megah itu. “Terima kasih, Jess.” Joandra melangkah mendekat dan mulai menggeser kursi makan di samping istrinya. “Enak saja mempersilakan orang makan! Emang kamu berhak?!” bentak Madam Donna membuat Jessica langsung tersentak, kembali teringat dengan kejadian sebelumnya. “Siapa yang suruh kamu makan di sini?!” Kali ini gantian Joan
Joandra menunduk untuk mengalihkan kotak yang sudah terlungkup tepat di bawah kakinya. Menahan emosinya sekuat tenaga meski nadi-nadi di tangannya sudah terlihat bergerak-gerak tak pada temparnya. Bahkan keringat bulir besar tampak mulai mengalir keluar dari dalam pori-pori seluruh tubuhnya yang memanas secara kilat tanpa bisa diukur dengan derajat.Tiba-tiba Jessica muncul dan berjalan ke arah Joandra. Wanita itu tampak membantu Joandra memunguti beberapa benda yang sudah berhamburan dari dalam kotak yang dilempar oleh Benny tadi.“Dasar adik bodoh! Kamu itu sebaiknya di dalam saja. Masuk sana!” hardik Benny dengan wajah sangarnya.“Dasar anak tak tahu diri! Selamanya hanya menyusahkan dan membuat kesal saja!” bentak Madam Donna sambil bersedekap, menatap geram penuh amarah ke arah Jessica yang sudah berani-beraninya membantu Joandra saat ini.Ingin rasanya Joandra membungkam semua mulut kotor dan kasar itu saat ini juga! Ingin rasanya Joandra menghajar semua mulut dan pandangan yang
Sapaan itu tak dijawab Joandra. Wajah tegas penuh wibawa kini sudah menghiasi wajah penuh senyuman saat berada di kediaman Madam Donna. Terlebih ketika berhadapan dengan Jessica. Gadis muda yang mampu membuat Joandra mengubah segala rencana awalnya, dan sudah mengorbankan harga dirinya demi mengenal lebih jauh tentang siapa adik iparnya tersebut.Pintu mobil mewah itu langsung ditutup sang supir ketika Joandra sudah duduk di dalam. Kedua anggota berseragam hitam itu juga sudah selesai memasukkan barang Joandra di bagasi dan kini sudah duduk rapi di belakang sana. Diam dan menunggu perintah yang selanjutnya dari sang tuan Presdir mereka.Ricko dan Leonal. Mereka berdua adalah orang kepercayaan Joandra selama ini. Segala urusan di perusahaan pusat dan cabangnya hampir 2 bulan ini ditangani oleh kedua orang hebatnya itu. Hanya saat membutuhkan tandatangannya saja Joandra harus turun tangan sendiri.“Apa semuanya aman?!”Suara Joandra bertanya tegas, membuat Ricko dan Leonel yang duduk t
Joandra yang tak perduli langsung masuk ke dalam lift dan langsung naik ke lantai atas di mana ruangan sahabatnya itu berada.“Tuan sudah membuat janji?” tanya sang Sekretaris yang juga sudah sangat dikenal Joandra. Wajah wanita itu terlihat pias melihat Joandra tak menggubrisnya dan langsung melangkah ke arah pintu ruangan khusus CEO.Cklek!Joandra langsung membuka pintu itu tanpa mengetuk sama sekali.Joandra berdiri terpaku menyaksikan ada 4 sahabatnya di dalam sana yang 3 diantaranya sudah dihubungi tadinya. Ada 4 wanita berpakaian kurang bahan yang tampak sedang duduk di samping masing-masing sahabatnya, yang tampaknya sedang menenggak minuman sore-sore seperti ini.“Dika, kamu di sini juga?” tanya Joandra pada sahabatnya Handika yang tadi tak dihubunginya.Tentu saja keempat sahabatnya itu sudah mengetahui, dan mungkin juga sudah membicarakannya sejak tadi.“Lancang sekali Lu masuk tanpa ijin dariku, Jo?!”Davinson berteriak kencang sambil berdiri dari duduknya. Menatap horor k
“Tenang, semua urusan akan dihandle oleh pengganti khusus yang sudah dipilih oleh Tuan Besar pemilik The Lion Bank sendiri. Pria muda bertalenta yang sangat luar biasa.”Mendengar kalimat itu membuat Kakek Raharja mengurut dadanya. Mulai bisa bernapas sedikit lega. Ya, dia harus segera mendapatkan pinjaman kalau tak ingin menjual assetnya secara perlahan. “Apa masih lama?”“Harusnya pengganti khusus Tuan Besar akan datang mengurus masalah ini sebentar lagi. Karena Beliau saat ini sedang ada acara lain dengan kolega penting dari Luar Negeri untuk membahas proyek baru mereka yang akan dibangun di Jepang.”Dada Kakek Raharja langsung terlonjak kaget. Sungguh perkataan Ricko barusan semakin membuat mata Kakek Raharja tidak bisa berkedip. Sama seperti semua pasang mata yang saat ini sedang duduk di sana.‘Ya ampun, seberapa hebat pemilik The Lion Bank itu?! Proyek barunya ada di Negeri Matahari Terbit?! Sungguh ini tidak bisa dipercaya. Dan dia mempercayakan semuanya pada pria muda pilihan
Pria muda itu masuk dan langsung berjalan ke arah Ricko. Berbisik sesaat dan lalu mulai duduk di sisi kiri kursi kebesaran yang hanya ada 1 di sana.Pria itu tak menyapa. Hanya diam dan mulai membuka dokumen yang tadi dibawanya. Tampak begitu fokus dan kembali memeriksa dokumen penting yang akan diserahkannya pada tuan Presdirnya sesaat lagi.“Tuan, apa kita bisa mulai bahas sekarang?”Terdengar suara Kakek Raharja. Pria tua itu bertanya dengan suaranya yang sedikit bergetar. Heran melihat orang penting yang ditunggunya tak menyapa sama sekali. Tapi, dia juga tak sabar ingin segera membahas masalah inti pertemuan malam ini.“Tunggu sebentar lagi, Kakek Raharja. Tuan Presdir kami akan tiba sesaat lagi,” ujar pria yang baru masuk itu, yang tentu saja tak lain tak bukan adalah Leonal.Hening.Ternyata dugaan mereka tadi salah. Pria berjas hitam itu bukanlah Sultan yang mereka tunggu.Semua wajah kini terlihat terdiam dan kembali tampak menegang. Jelas di dalam pikiran mereka semua isinya
Semua tampak terpaku dan tercengang melihat siapa orang yang sejak tadi mereka tunggu. Terlebih Benny yang selama ini selalu menindas dan memerintah Joandra tanpa jeda.Benny, Tuan Faisal, dan tuan Hendro saling menatap tak percaya. Sungguh ini bagai sebuah lelucon di mata mereka. Tapi, melihat Joandra begitu dihormati dan begitu diagungkan di sana, membuat mereka yang selama ini selalu menghinanya menjadi bungkam tak bernyali.Mata Claudia terlihat bersinar-sinar mendapati suaminya kini ternyata kembali menjadi orang yang begitu berkuasa. Dan yang lebih mengejutkan, kali ini Joandra merupakan pemegang kendali pada pusat The Lion Bank. Ternyata kehilangan 1 perusahaannya, membuat suaminya mendapatkan sesuatu yang lebih dan dalam tempo sesingkat ini?! Ya, kali ini sudah tentu dia tidak akan melepaskan suaminya itu walau apa pun yang akan terjadi. Pikirannya yang tadi berubah kini langsung berbelok ketika mengetahui ternyata suaminya itu yang menjadi pengganti khus
Selama ini, segala keadaan tuan presdirnya sudah mereka ketahui dengan jelas. Bahkan mereka saja tak berani membantah perintah tuan presdirnya. Sedangkan keluarga besar itu? malah begitu berani memperlakukan tuan presdir yang merupakan putra pewaris tunggal dari keluarga besar Dinata yang merupakan Konglomerat nomor 1 di sana, seperti seekor binatang saja.“Joandra adalah suami saya. Memangnya kenapa Anda masih bertanya?! Memangnya ini masalah Anda?!” balas Claudia yang kaget melihat tangannya sudah dicekal sedemikian rupa oleh salah satu orang kepercayaan Joandra.Claudia melihat ke arah Joandra seakan menunggu Joandra membelanya dan memarahi asistennya yang sudah begitu kurang ajar karena mencekal tangannya begitu kencang.“Suami? Bukankah saat itu kamu sudah mengakhiri segalanya, Claudia? Saat ini, kita tidak memiliki hubungan apa-apa lagi.”Joandra menjawab santai sambil terus melihat ke arah mata Jessica yang saat ini sedang menatap ke arahnya juga. Gadis kecil berhati malaikat y