“Ngapain kamu pulang ke sini lagi?!"
Sambutan dari perempuan paruh baya bernama Madam Donna menggema di ruangan itu. Ia adalah ibu mertua dari Joandra Marta Dinata.
Joandra terdiam mendengar pertanyaan penuh nada hardikan tersebut. Ini merupakan kali pertama Joandra mendengar ibu mertuanya berkata begitu kasar padanya.
Joandra baru saja pulang karena urusannya yang padat semalamam. Dan seperti biasanya dia langsung masuk ke dalam rumah yang lumayan megah itu. Ya, itu adalah kediaman Mertuanya. Namun, saat Joandra mengulurkan tangannya untuk menyalami ibu mertuanya, ibu mertuanya itu malah menghardiknya dan menepis tangannya dengan kasar.
Kejadian ini adalah untuk yang pertama kalinya setelah 3 bulan lamanya dia ikut tinggal di kediaman mertuanya itu.
Seorang wanita yang baru muncul dan sedang membawa sebuah nampan ditangannya, tampak menatap iba namun tak mengeluarkan suara sama sekali. Wanita itu adalah Jessica Pitaloka, adik ipar Joandra. Dia tampak terus berjalan mendekat ke arah meja.
Melihat ibu mertuanya tak menyambut uluran tangannya, Joandra berganti menyalami tangan ayah mertuanya Andi Raharja. Laki-laki paruh baya itu tersenyum, lalu menyambut uluran tangan Menantunya dan Joandra langsung mencium tangan yang terlihat tak lagi begitu kuat.
“Siapa yang menyuruhmu duduk?!”
Joandra yang baru akan duduk di atas kursi sofa tepat di samping ayah mertuanya, kembali berdiri cepat dengan wajah piasnya. Wajah itu tampak benar-benar sedang terkejut besar. Tapi Joandra hanya diam tak menjawab. Pikirannya sedang berkecamuk meraba-raba keadaan dan posisinya saat ini di keluarga besar itu.
“Minum Abang Ipar,” Jessica yang sejak tadi melihat semua perlakuan kasar ibunya terhadap Joandra langsung menawarkan kopi yang sedang dibawanya. Suasana di sana benar-benar tegang dan mencekam.
“Berani sekali Kau! Memangnya Kau siapa?!”
Bukan hanya Joandra yang kena hardikan, saat ini adik ipar Joandra yang baru selesai mengatur beberapa gelas kopi yang tampak masih mengepulkan asap itu juga langsung terkena imbasnya ketika dia menawarkan.
Madam Donna yang terlihat begitu marah langsung merampas cangkir yang akan diberikan Jessica kepada Joandra, dan langsung menyiram air kopi yang panas itu ke atas lengan Jessica.
Spontan Joandra langsung menepis lengan adik iparnya. Alhasil tangannya sendiri yang kini langsung menampung air kopi siraman dari Madam Donna.
Joandra memang merasakan tangannya begitu panas. Tapi dia lebih terkejut ketika melihat tangan adik iparnya ikut terkena siraman itu. Spontan lengannya menyambar tissue dan mengelap tangan putih yang sudah memerah akibat siraman kopi panas itu barusan. Sungguh, Joandra tak menyangka jika ibu mertuanya akan melampiaskan kemarahannya pada adik iparnya seperti saat ini. Bibir Joandra terkunci rapat tak mampu berkata apa pun ketika hari ini mendapati perlakuan ibu mertuanya yang tak manusiawi.
“Ya ampun, Bu. Kenapa kamu seperti ini?” tanya tuan Andi ikut terkejut dan langsung bangkit dari duduknya.
“Kamu diam! Ada hak apa kamu berani berbicara di sini?!” tukas Madam Donna dengan wajah sangarnya, membuat tuan Andi terdiam tak berkutik.
Joandra kembali terdiam ketika mendengar seruan ibu mertua terhadap ayah mertuanya barusan. Dan itu juga membuat benak Joandra semakin penuh tanda tanya.
Jessica tampak melangkah mundur. Sama dengan Joandra yang juga terlihat mundur selangkah dari tempatnya semula.
“Kau kembali ke belakang sana!” hardik Madam Donna menunjuk Jessica dengan tatapannya yang menyalang. “Dan Kau, kenapa kau masih ada di sini?!”
Suara itu kembali menggema sambil jemari telunjuknya mengarah ke arah Joandra. Tatapan mematikan kali ini membuat Joandra menelan salivanya kasar.
“Ada apa ini?”
Claudia Puspita berjalan turun dari tangga lantai 2. Wanita itu tampak masih memakai piyama tidurnya sambil mengucek matanya. Tampaknya istri Joandra memang baru bangun dari tidurnya setelah semalaman mereka heboh akibat pemberitaan yang sangat mengejutkan itu.
“Kau lihat suamimu yang tak berguna ini? Berani sekali dia pulang ke sini! Apa setelah Bankrut dia masih ingin numpang makan gratis di sini?! Heh! Dengar ya! Rumah ini bukan rumah penampungan!”
Madam Donna terus mencecer perkataan pedasnya itu sambil menunjuk-nunjuk ke arah Joandra.
Hening. Joandra mengernyitkan keningnya. Baru hari ini dia mendengar cacian dan hinaan begitu telak dari ibu mertuanya. Selama ini dia selalu memberikan uang ratusan juta setiap bulannya pada keluarga istrinya itu. Namun, ketika kabar kebangkrutan yang dialami Joandra menyebar dan sampai di telinga mertuanya, ia langsung tak dianggap sama sekali. Kemarin masih menjadi raja, sekarang langsung berubah menjadi gelandangan di mata ibu mertuanya.
Claudia terdiam sesaat. “Ayo kita ke atas!” terdengar perintah Claudia sambil matanya melihat ke arah sang suami.
Keributan itu berakhir. Joandra segera mengikuti langkah istrinya ke lantai atas. Ekor mata Jessica tampak melihat sekilas ke arah kakak dan abang iparnya.
“Joan, apa benar Perusahaanmu bangkrut? Mustahil bisa bankrut tiba-tiba begini kan?! Kenapa kamu bisa menjual Perusahaanmu semendadak itu?!”
Begitu tiba di dalam kamar, rentetan pertanyaan dilempar oleh Claudia pada Joandra.
“Iya Clau. Saham tiba-tiba anjlok. Proyekku yang di Kamboja dan Vietnam juga gagal. Bahkan bisnis di Singkawang juga bermasalah. Semua saham terpaksa aku jual. Jika aku tak segera melakukan hal itu, pasti semua Karyawan pusat dan cabang akan terkena imbasnya. Pemecatan secara besar-besaran pasti akan terjadi. Syukur aku segera menjualnya. Setidaknya masa depan semua Karyawan masih terjamin.”
Joandra menjabarkan semua itu sambil menatap fokus ke arah manik istrinya. Dia ingin melihat dan mencari sesuatu dari bola mata wanita yang sudah 3 bulan ini resmi menjadi istrinya.
“Jadi, bagaimana dengan masa depanku, Joan?! Apa kamu masih sanggup memberikan aku 100 juta rupiah saja dalam satu bulan?!” Claudia bertanya sarkas dan terlihat tak sabar.
“Untuk sementara waktu ini ... mungkin belum bisa. Aku mohon pengertianmu, Clau. Sabar ya. Aku akan berusaha untuk segera mencari pekerjaan yang sesuai.”
“Apa? Sabar?! Lalu aku harus belanja pakai apa? Daun?!”
“Memangnya uang yang kemarin-kemarin aku berikan sudah kamu habiskan semuanya?” tanya Joandra dengan kedua alisnya yang terlihat saling bertautan. Bahkan 3 bulan belakangan ini dia memberikan total 1 miliar lebih pada istri yang belum pernah disentuhnya sampai saat ini.
Memang kedengaran sangat aneh. Tapi kenyataannya memang itu yang terjadi. Alasan Claudia adalah dia belum siap untuk punya anak. Dia adalah model yang ternama, dan dia lebih mengutamakan tubuh serta karirnya saat ini. pernikahannya dengan Joandra saat itu juga hanya untuk menunjang karirnya, dan itu jelas karena Joandra akan menjadi tonggak yang kokoh untuk kehidupannya. Itu dibidang keuangan tentunya.
“400 juta mau sampai mana, Joan? Aku harus tampil sempurna dengan segala fasilitas dan merek Branded! Belum lagi aku harus ke salon dan harus perawatan juga. Apa matamu tak melihat wajah dan tubuhku ini yang sangat sempurna?!”
“Astaga Claudia ... 400 juta itu banyak sayang. 1 bulan itu hanya 30 hari kan?”
“Menurutku saja itu masih kurang!”
Joandra terdiam. Tak menyangka jika dalam keadaannya yang sudah terpuruk seperti saat ini istrinya itu bukannya prihatin, malah menyerangnya seperti ini.
“Maaf kalau bulan ini aku belum bisa memberikan uang lagi padamu. Aku akan berusaha untuk mencari pekerjaan dulu. Jika nanti aku sudah mendapatkan pekerjaan dan bisa menghasilkan uang, aku janji akan memberikannya padamu.”
“Apa?! Mana bisa! Suami seperti apa kamu?!”
Claudia yang emosi tampak menghardik dan menghentakkan sebelah kakinya kuat ke atas keramik tempatnya berdiri. Memasang wajah masamnya dan langsung berjalan keluar dengan suara pintu yang menggelegar.
Joandra terduduk di sisi ranjang. Meski selama ini Claudia menolak disentuh, Joandra tak masalah sama sekali. Tapi, begitu melihat perubahan dan sikap kasar Claudia kepadanya hari ini, Joandra mulai menyadari segalanya. Dan seketika sebelah bibirnya tampak menyungging ke arah atas.
Sebenarnya satu minggu belakangan ini Joandra merasakan sesuatu yang tak biasa. Dan rasa itu muncul tepat ketika Claudia mengundang teman-temannya untuk mengadakan Reuni di kediamannya. Tak sengaja Joandra melihat Claudia dan seorang pria keluar dari dalam kamar mereka. Meski Claudia mengatakan jika itu hanya temannya, tapi Joandra tak percaya begitu saja.
Sejak detik itu, timbul perasaan curiga yang sangat besar di benak Joandra.
Dan hari ini, Joandra kembali dikejutkan dengan semua perlakuan yang baru didapatkannya pertama kali. Ternyata informasi kebankrutannya sudah mengubah sifat dan sikap orang disekelilingnya dengan begitu fantastis!
Joandra mulai berdiri sambil menggeleng pelan, karena kabar yang ia ‘rangkai’ itu justru malah menampilkan wajah-wajah yang selama ini tertutupi oleh topeng palsu!
Hai... semoga suka dan jangan lupa difollow ya. Mohon dukungannya, Thanks.
Joandra turun ke bawah dan langsung menuju ke ruang makan. Di sana semua tampak sedang duduk menikmati sarapan mereka. Kecuali Jessica yang tampak sibuk dengan pekerjaannya. “Silakan sarapan Abang Ipar,” kata Jessica mulai memindahkan nasi goreng yang tersisa sedikit di atas mangkuk besar di atas meja makan itu. Joandra tersenyum mendapati sikap adik iparnya itu yang belum berubah sampai saat ini. Sama seperti sikap ayah mertuanya yang saat ini tak terlihat di sana. Mungkin pria paruh baya itu sudah berangkat ke luar kota lagi. Ya, ayah mertua Joandra memang bekerja di luar kota, dan itu yang membuat Madam Donna menjadi yang paling berkuasa di kediaman megah itu. “Terima kasih, Jess.” Joandra melangkah mendekat dan mulai menggeser kursi makan di samping istrinya. “Enak saja mempersilakan orang makan! Emang kamu berhak?!” bentak Madam Donna membuat Jessica langsung tersentak, kembali teringat dengan kejadian sebelumnya. “Siapa yang suruh kamu makan di sini?!” Kali ini gantian Joan
Joandra menunduk untuk mengalihkan kotak yang sudah terlungkup tepat di bawah kakinya. Menahan emosinya sekuat tenaga meski nadi-nadi di tangannya sudah terlihat bergerak-gerak tak pada temparnya. Bahkan keringat bulir besar tampak mulai mengalir keluar dari dalam pori-pori seluruh tubuhnya yang memanas secara kilat tanpa bisa diukur dengan derajat.Tiba-tiba Jessica muncul dan berjalan ke arah Joandra. Wanita itu tampak membantu Joandra memunguti beberapa benda yang sudah berhamburan dari dalam kotak yang dilempar oleh Benny tadi.“Dasar adik bodoh! Kamu itu sebaiknya di dalam saja. Masuk sana!” hardik Benny dengan wajah sangarnya.“Dasar anak tak tahu diri! Selamanya hanya menyusahkan dan membuat kesal saja!” bentak Madam Donna sambil bersedekap, menatap geram penuh amarah ke arah Jessica yang sudah berani-beraninya membantu Joandra saat ini.Ingin rasanya Joandra membungkam semua mulut kotor dan kasar itu saat ini juga! Ingin rasanya Joandra menghajar semua mulut dan pandangan yang
Sapaan itu tak dijawab Joandra. Wajah tegas penuh wibawa kini sudah menghiasi wajah penuh senyuman saat berada di kediaman Madam Donna. Terlebih ketika berhadapan dengan Jessica. Gadis muda yang mampu membuat Joandra mengubah segala rencana awalnya, dan sudah mengorbankan harga dirinya demi mengenal lebih jauh tentang siapa adik iparnya tersebut.Pintu mobil mewah itu langsung ditutup sang supir ketika Joandra sudah duduk di dalam. Kedua anggota berseragam hitam itu juga sudah selesai memasukkan barang Joandra di bagasi dan kini sudah duduk rapi di belakang sana. Diam dan menunggu perintah yang selanjutnya dari sang tuan Presdir mereka.Ricko dan Leonal. Mereka berdua adalah orang kepercayaan Joandra selama ini. Segala urusan di perusahaan pusat dan cabangnya hampir 2 bulan ini ditangani oleh kedua orang hebatnya itu. Hanya saat membutuhkan tandatangannya saja Joandra harus turun tangan sendiri.“Apa semuanya aman?!”Suara Joandra bertanya tegas, membuat Ricko dan Leonel yang duduk t
Joandra yang tak perduli langsung masuk ke dalam lift dan langsung naik ke lantai atas di mana ruangan sahabatnya itu berada.“Tuan sudah membuat janji?” tanya sang Sekretaris yang juga sudah sangat dikenal Joandra. Wajah wanita itu terlihat pias melihat Joandra tak menggubrisnya dan langsung melangkah ke arah pintu ruangan khusus CEO.Cklek!Joandra langsung membuka pintu itu tanpa mengetuk sama sekali.Joandra berdiri terpaku menyaksikan ada 4 sahabatnya di dalam sana yang 3 diantaranya sudah dihubungi tadinya. Ada 4 wanita berpakaian kurang bahan yang tampak sedang duduk di samping masing-masing sahabatnya, yang tampaknya sedang menenggak minuman sore-sore seperti ini.“Dika, kamu di sini juga?” tanya Joandra pada sahabatnya Handika yang tadi tak dihubunginya.Tentu saja keempat sahabatnya itu sudah mengetahui, dan mungkin juga sudah membicarakannya sejak tadi.“Lancang sekali Lu masuk tanpa ijin dariku, Jo?!”Davinson berteriak kencang sambil berdiri dari duduknya. Menatap horor k
“Tenang, semua urusan akan dihandle oleh pengganti khusus yang sudah dipilih oleh Tuan Besar pemilik The Lion Bank sendiri. Pria muda bertalenta yang sangat luar biasa.”Mendengar kalimat itu membuat Kakek Raharja mengurut dadanya. Mulai bisa bernapas sedikit lega. Ya, dia harus segera mendapatkan pinjaman kalau tak ingin menjual assetnya secara perlahan. “Apa masih lama?”“Harusnya pengganti khusus Tuan Besar akan datang mengurus masalah ini sebentar lagi. Karena Beliau saat ini sedang ada acara lain dengan kolega penting dari Luar Negeri untuk membahas proyek baru mereka yang akan dibangun di Jepang.”Dada Kakek Raharja langsung terlonjak kaget. Sungguh perkataan Ricko barusan semakin membuat mata Kakek Raharja tidak bisa berkedip. Sama seperti semua pasang mata yang saat ini sedang duduk di sana.‘Ya ampun, seberapa hebat pemilik The Lion Bank itu?! Proyek barunya ada di Negeri Matahari Terbit?! Sungguh ini tidak bisa dipercaya. Dan dia mempercayakan semuanya pada pria muda pilihan
Pria muda itu masuk dan langsung berjalan ke arah Ricko. Berbisik sesaat dan lalu mulai duduk di sisi kiri kursi kebesaran yang hanya ada 1 di sana.Pria itu tak menyapa. Hanya diam dan mulai membuka dokumen yang tadi dibawanya. Tampak begitu fokus dan kembali memeriksa dokumen penting yang akan diserahkannya pada tuan Presdirnya sesaat lagi.“Tuan, apa kita bisa mulai bahas sekarang?”Terdengar suara Kakek Raharja. Pria tua itu bertanya dengan suaranya yang sedikit bergetar. Heran melihat orang penting yang ditunggunya tak menyapa sama sekali. Tapi, dia juga tak sabar ingin segera membahas masalah inti pertemuan malam ini.“Tunggu sebentar lagi, Kakek Raharja. Tuan Presdir kami akan tiba sesaat lagi,” ujar pria yang baru masuk itu, yang tentu saja tak lain tak bukan adalah Leonal.Hening.Ternyata dugaan mereka tadi salah. Pria berjas hitam itu bukanlah Sultan yang mereka tunggu.Semua wajah kini terlihat terdiam dan kembali tampak menegang. Jelas di dalam pikiran mereka semua isinya
Semua tampak terpaku dan tercengang melihat siapa orang yang sejak tadi mereka tunggu. Terlebih Benny yang selama ini selalu menindas dan memerintah Joandra tanpa jeda.Benny, Tuan Faisal, dan tuan Hendro saling menatap tak percaya. Sungguh ini bagai sebuah lelucon di mata mereka. Tapi, melihat Joandra begitu dihormati dan begitu diagungkan di sana, membuat mereka yang selama ini selalu menghinanya menjadi bungkam tak bernyali.Mata Claudia terlihat bersinar-sinar mendapati suaminya kini ternyata kembali menjadi orang yang begitu berkuasa. Dan yang lebih mengejutkan, kali ini Joandra merupakan pemegang kendali pada pusat The Lion Bank. Ternyata kehilangan 1 perusahaannya, membuat suaminya mendapatkan sesuatu yang lebih dan dalam tempo sesingkat ini?! Ya, kali ini sudah tentu dia tidak akan melepaskan suaminya itu walau apa pun yang akan terjadi. Pikirannya yang tadi berubah kini langsung berbelok ketika mengetahui ternyata suaminya itu yang menjadi pengganti khus
Selama ini, segala keadaan tuan presdirnya sudah mereka ketahui dengan jelas. Bahkan mereka saja tak berani membantah perintah tuan presdirnya. Sedangkan keluarga besar itu? malah begitu berani memperlakukan tuan presdir yang merupakan putra pewaris tunggal dari keluarga besar Dinata yang merupakan Konglomerat nomor 1 di sana, seperti seekor binatang saja.“Joandra adalah suami saya. Memangnya kenapa Anda masih bertanya?! Memangnya ini masalah Anda?!” balas Claudia yang kaget melihat tangannya sudah dicekal sedemikian rupa oleh salah satu orang kepercayaan Joandra.Claudia melihat ke arah Joandra seakan menunggu Joandra membelanya dan memarahi asistennya yang sudah begitu kurang ajar karena mencekal tangannya begitu kencang.“Suami? Bukankah saat itu kamu sudah mengakhiri segalanya, Claudia? Saat ini, kita tidak memiliki hubungan apa-apa lagi.”Joandra menjawab santai sambil terus melihat ke arah mata Jessica yang saat ini sedang menatap ke arahnya juga. Gadis kecil berhati malaikat y
“Aku kebelet pipis. Aku ke toilet dulu bentar ya Honey,” Joandra mulai berjalan ke arah toilet yang ada di dalam kamar mewah itu, meninggalkan Jessica yang berbaring di atas pembaringan king size super mewah itu.Jessica bangkit dan duduk di sisi ranjang. Menurunkan kedua kakinya ke bawah, dan kembali melihat ke sekeliling kamar itu. Kamar yang sangat luar biasa, yang pastinya sangat disukai oleh anak-anak mereka satu saat nanti, karena kamar itu terlihat begitu indah degan nuansa yang sangat menyejukkan jiwa.Melihat ada dipenser dan kulkas di sana, Jessica mulai melangkah ke arah dispenser tersebut. Jessica yang merasa kehausan mulai menuangkan air ke dalam gelas dan menenggaknya untuk menghilangkan dahaga yang menyerangnya.Setelah menghabiskan segelas air, Jessica kembali mengisi gelasnya dan lalu berjalan ke arah ranjang.“Honey. Kamu ngapain?” tanya Joandra yang terlihat buru-buru menutup pintu toilet, dan segera menyusul Jessica.“Nggak. Aku hanya ingin minum saja Sayang. Haus
“Hehee. Sayang bisa saja. Ya sudah, Sayang hati-hati ya. Jangan kenceng-kenceng nyetirnya.”“Siap Bidadari hatiku. Muahh!” Joandra ikut meluahkan rasa di dalam benaknya saat ini, dan itu membuat Jessica terkekeh di seberang saja.“Byee.”Joandra yang merasa tersemangati segera melajukan mobilnya dengan hatinya yang merasa begitu bahagia dan berbunga-bunga.Selama hidupnya, hanya 2 wanita yang pernah membuat hatinya bahagia menggebu-gebu seperti ini, dan itu adalah ibu dan juga istri kecil kesayangannya yang begitu dicintainya.-Beberapa hari sudah terlewati, dan saat ini Joandra sedang membimbing Jessica dengan matanya yang di tutupi dengan kain.“Kita mau ngapain Sayang?”“Ada deh.”“Jangan main-main ah. Jessica jangan dikagetin pakai binatang ya. Nanti Jessica bisa pingsan loh Sayang,” sungut Jessica yang sangat takut dikerjai, apa lagi dia memang sangat takut dengan beberapa binatang.“Nggak kok Honey, tenang saja. Sebentar lagi kita sampai,” ujar Joandra hanya tersenyum mendengar
Joandra kembali mengutarakan pertanyaan pada pria itu, karena saat ini Joandra sudah mulai menguasai keadaan yang sebenarnya.Hening.Tampaknya pria itu sulit sekali menentukan keputusannya.“Jika kau mengatakan yang sebenarnya dan menceritakan seluruh kronologinya dengan jelas, aku yakin aku bisa membantu meringankan masa tahananmu. Tapi kamu harus bisa bekerja sama dengan pihak Kepolisian. Aku akan menjamin keamananmu. Setidaknya kamu masih sedikit berguna untuk keluargamu, dari pada kamu mati sia-sia oleh ancaman dari orang yang sudah memerintahkanmu.”Mendengar perkataan Joandra yang panjang lebar itu membuat pria itu kembali menangis.“Terima kasih Tuan Presdir. Terima kasih. Saya tak takut mati sama sekali. Saya akan bekerja sama dengan pihak kepolisan untuk Tuan Presdir. Saya akan menceritakan segalanya secara detail. Tapi, tolong lindungi keluarga saya,” ujar pria itu akhirnya, dan perkataannya itu membuat Joandra mengembangkan sebelah ujung bibirnya.“Tentu saja. Kamu tak per
“Iya suamiku. Baiklah,” Jessica langsung mengiyakan agar Joandra tak mengkhawatirkan keadaannya.Joandra terkekeh pelan dan langsung mengecup sayang bibir Jessica beberapa kali.“Aku pergi sekarang ya, Honey. Hati-hati. Ayah juga ada di rumah, Ayah tak ke mana-mana hari ini,” pesan Joandra lagi agar istrinya itu tak merasa sendiri akibat ditinggalkannya sebentar.“Oke.”Akhirnya Joandra melangkah pergi setelah dia mengecup berulang kali wanita yang begitu dicintai dan amat disayanginya.Mobil melaju membelah jalanan siang ke arah Jakarta Timur dengan tujuan Joandra yang sudah terencana sejak pagi tadi.Joandra yang sudah tiba di kantor kepolisian Jakarta Utara langsung menemui Inspektur Jenderal Mahes untuk berbincang sejenak, sebelum dia menemui anggotanya yang sudah menghianatinya dan sudah membuat masalah besar kali ini. Tentu tak ada api kalau tak ada pemantik. Dan saat ini Joandra ingin mencari tahu s
“Maaf Tuan Presdir. Saya hanya ingin mengabari jika yang menjadi dugaan Tuan Presdir semalam benar adanya. Ada orang luar yang sudah membayar orang dalam kita melakukan kecurangan. Bahkan dengan sengaja menciptakan kecelakaan besar ini.”“Maksudnya?”Joandra terlihat menajamkan pendengarannya dan memicingkan matanya.“Ada saingan bisnis kita yang sengaja menciptakan kecelakaan ini. Dia memanfaatkan orang kita untuk niatnya itu. Dengan menggunakan cairan khusus penghancur beton, kejadian semalam menjadi sangat fatal dan melibatkan begitu banyak pekerja kita.”Joandra terlihat begitu tegang. Sebenarnya Joandra sangat kaget mendengar kabar itu. Bagaimana bisa saingan bisnisnya melakukan kecurangan sefatal itu hanya untuk menghancurkan nama baik perusahaan konstruksinya?! Apakah orang itu tak punya hati dan tega hingga menghilangkan beberapa nyawa sekaligus?!Joandra yang terkejut besar menelan salivanya kasar. Rasa
“Semua itu kenyataan dan Faktanya, Claudia! Kamu jangan lupa dengan apa semuanya yang sudah kamu lakukan selama ini. Tunggu saja tanggal mainnya!” desis Joandra begitu geram dan langsung melangkah pergi.Panas! Joandra benar-benar merasa sangat panas dengan keadaan yang menghimpitnya saat ini. Urusannya tentang bisnisnya dan juga hal-hal yang sudah terjadi di luar sudah sangat meguras pikirannya. Kenapa saat ini ibu mertuanya dan Claudia kembali datang mengacaukan suasana hatinya! Joandra benar-benar merasa geram!Tapi, Joandra tetap berusaha sabar. Dan itu semuanya dilakukannya demi Jessica.‘Licik dan gila! Wanita ular itu memang benar-benar sudah tak waras! Kasihan anaknya nanti memiliki ibu gila seperti dia!’Joandra membatin kesal dan segera berjalan pergi mengurus segala sesuatu agar istrinya bisa keluar malam ini juga.Selesai mengurus semuanya, Joandra segera naik ke atas menuju ke ruangan Jessica. Ternyata Joandra d
“Apa yang Ibu bicarakan?! Tentu saja Joan menyayangi Jessica. Kalau tidak, untuk apa Joandra menikahinya?” jawab Joandra gusar mulai terpancing emosi, bahkan kini rahangnya sudah terlihat mengeras akibat menahan amarahnya.‘Ada hak apa Ibu bicara seperti itu?! Apa yang mereka rencanakan, kenapa sekarang keadaan seakan berbalik. Padahal selama ini mereka yang selalu membuat Jessica menderita dan menangis! Bukankah mereka hanya menganggap Jessika anak pungut,’ kesal Joandra tak lagi meladeni ibu mertuanya, dan segera melangkah ke arah ranjang bed di mana Jessica terlihat sedang terbaring lemah.“Lalu, ngapain aja kamu? Sampai istri sendiri masuk Rumah Sakit saja kamu sampai nggak tahu! Lucu!”Kembali terdengar cicitan Madam Donna yang begitu menyakitkan pendengaran Joandra.Joandra terdiam mendengar ucapan ibu mertuanya. Meski itu memang benar adanya, tapi mendengar semua perkataan ibu mertuanya saat ini membuat Joandra merasa sangat bingung sekaligus was-was.“Sudahlah. Jangan membahas
Joandra merasa begitu penasaran dengan apa yang terjadi, dan ingin mencari tahu bagaimana kronologinya hingga kejadian perdana ini bisa terjadi pada Perusahaan Kontruksi raksasanya yang menjadi Konstruksi ternama dan nomor satu di kota Metropolitan.Joandra tak menuju ke lokasi konstruksi Mall Twenty yang sedang dibangun itu, dia langsung menuju ke kantor polisi agar bisa menangani masalahnya dengan cepat. Padahal dia sudah memutuskan ingin pulang ke kontrakan untuk mengabarkan istri kecilnya, tapi kejadian ini membuat semua rencananya gagal dan menjadi tertunda.Joandra mulai sibuk berurusan di kantor kepolisian dengan pembicaraan dan pembahasannya bersama kepala kepolisian daerah Jakarta Utara. Bahkan setelah selesai membahas segalanya, mereka bersama-sama menuju lokasi kejadian untuk melakukan peninjauan ulang dan untuk memastikan kalau memang ada sesuatu yang dirasakan mengganjal di sana.Kesibukan Joandra hari ini benar-benar menguras waktunya hingga malam hampir tiba, bahkan dia
“Kamu sudah datang Mas Joan. Ayo duduk di sini,” Claudia berkata santai dengan tak tahu malunya.Glukk!Joandra menelan salivanya kasar. Namun, Joandra tak memperdulikan sapaan Claudia.“Selamat siang Dok,” sapa Joandra melihat ke arah Dokter Denata.“Siang Tuan Joandra. Silakan duduk Tuan, saya akan menjelaskannya di sini, karena kalian sudah sama-sama berada di sini,” ujar Dokter Denada tampak serius.Perasaan Joandra seketika menjadi tidak karuan. Entah mengapa melihat wajah Claudia yang berseri-seri, membuat Joandra menjadi resah dan pikirannya menjadi kacau setengah mati.Joandra duduk di samping Claudia, di hadapan dokter Denata dengan dipisahkan oleh sebuah meja kerja dokter Denata.Dokter Denata mengeluarkan sebuah amplop putih dan meletakkannya di atas meja.“Ini adalah hasil dari tes DNA yang dilakukan kemarin. Dan saya akan menjelaskan hasilnya agar Tuan Joandra dan nyonya Cl