Sapaan itu tak dijawab Joandra. Wajah tegas penuh wibawa kini sudah menghiasi wajah penuh senyuman saat berada di kediaman Madam Donna. Terlebih ketika berhadapan dengan Jessica. Gadis muda yang mampu membuat Joandra mengubah segala rencana awalnya, dan sudah mengorbankan harga dirinya demi mengenal lebih jauh tentang siapa adik iparnya tersebut.
Pintu mobil mewah itu langsung ditutup sang supir ketika Joandra sudah duduk di dalam. Kedua anggota berseragam hitam itu juga sudah selesai memasukkan barang Joandra di bagasi dan kini sudah duduk rapi di belakang sana. Diam dan menunggu perintah yang selanjutnya dari sang tuan Presdir mereka.
Ricko dan Leonal. Mereka berdua adalah orang kepercayaan Joandra selama ini. Segala urusan di perusahaan pusat dan cabangnya hampir 2 bulan ini ditangani oleh kedua orang hebatnya itu. Hanya saat membutuhkan tandatangannya saja Joandra harus turun tangan sendiri.
“Apa semuanya aman?!”
Suara Joandra bertanya tegas, membuat Ricko dan Leonel yang duduk tegang sejak tadi langsung terlonjak kaget.
“Aman Tuan Presdir.”
“Apa sudah kamu memulai yang aku katakan semalam, Leo?”
“Sudah Tuan Presdir. Pihak Bank kita juga sedang menyusun laporan tambahannya.”
“Baiklah. Lakukan seperti yang sudah aku katakan. Tak ada kelonggaran sedikit pun!”
“Siap Tuan Presdir.”
“Ricko.”
“Siap Tuan Presdir?”
“Setelah ini kamu pergi ke Butik Angel. Aku sudah memesan sesuatu di sana. Ambil dan kirimkan ke alamat yang aku kirimkan barusan,” ujar Joandra sambil menekan tombol sendnya.
“Baik Tuan Presdir.”
“Pastikan yang menerima bingkisan itu adalah wanita yang bernama Jessica Pitaloka!”
“Baik Tuan Presdir.”
“Apa Tuan Besar sudah kembali?”
“Belum Tuan Presdir. Di dalam agenda sepertinya minggu depan Tuan Besar baru akan kembali,” jelas Leonel yang selalu mengetahui setiap agenda penting anggota keluarga tuan presdirnya.
“Bagaimana dengan Tiffany?”
“Seperti biasanya. Miss Miyana yang menemani Nona Tiffany, Tuan Presdir.”
“Apa Nona Tiffany menanyakan tentangku beberapa hari ini?”
“Sepertinya ... tidak Tuan Presdir. Setiap hari saya selalu memantau kegiatan Nona Tiffany. Saat ini Nona Tiffany sedang kursus kecantikan dengan Miss Miyana. Dan perkembangannya lumayan. Jadi, sekarang Nona Tiffany akan merias wajahnya sendiri setiap harinya. Dia tak ingin dirias oleh Pelayan lagi,” jelas Ricco bergantian. Ya, urusan sekolah dan guru adik perempuan tuan presdirnya itu memang menjadi tugasnya selama ini.
“Ya sudah. Kalian kerjakan tugas kalian masing-masing. Aku akan mengurus kasus Proyek Sigalang!”
“Siap Tuan Presdir.”
Mobil berhenti. Ricco dan Leonal keluar dari mobil mewah itu dengan tugas yang sudah menunggu mereka berdua.
Mobil mewah itu kembali melaju. Terlihat masuk ke area luas perusahaan pusat ‘The Lion Club’ dan terus melaju ke arah paling ujung. Menerobos jalan rahasia dan akhirnya berhenti tepat di penghujung yang menghubungkan jalan rahasia itu dengan ruangan khusus Joandra yang sudah dirancangnya sedemikian rupa.
Tak ada siapa pun yang mengetahui tentang jalan rahasia itu selain sang supir khusus tersebut, Ricco dan juga Leonal. Sejak awal otak hebat Joandra memang sudah memikirkan segalanya dengan begitu rapi dan sempurna.
Joandra mulai sibuk dengan segala pekerjaan pentingnya yang sudah sekian lama dipercayakannya pada kedua orang kepercayaannya.
Selesai melakukan beberapa tugas pentingnya, Joandra berjalan keluar dari dalam ruangan khususnya itu sambil membawa beberapa berkas penting. Masuk ke dalam mobil mewah yang pintunya secepat kilat sudah dibukakan oleh sang supir.
Ponsel Joandra berdenting. Sebuah surei masuk ke sana dan Joandra segera membuka kabar penting dari salah satu orang kepercayaannya.
Sebelah bibir Joandra tersungging ke arah atas saat melihat isi surei yang didapatkannya barusan. Dia sudah memperkirakan sejak awal, tidak ada Bank hebat mana pun yang akan mau menyetujui dengan sesuatu anggunan yang tidak sesuai. Dan bahkan pria yang menjadi pilihan Claudia yang katanya sangat kaya itu tak bisa mengatasi masalah keluarganya kali ini? memikirkan itu membuat Joandra semakin mengembangkan senyumnya.
Seperti yang sudah Joandra duga, jalan terakhir mereka tetap kembali pada pilihan semula. Dan Joandra ingin melihat apa yang terjadi setelah ini.
Tak lama kemudian, ponsel Joandra terdengar berdering.
“Bagaimana Tuan Presdir?” suara Leo di seberang sana terdengar tak sabar.
“Lakukan seperti apa yang sudah aku katakan sejak awal.”
“Baik Tuan Presdir. Artinya lusa Tuan Presdir harus meluangkan waktu untuk itu.”
“Seperti yang kemarin aku katakan. Kamu dan Ricco lakukan saja tugas awal kalian.”
“Siap Tuan Presdir.”
Joandra memutuskan percakapan itu. Ada rasa penasaran yang sangat, tapi Joandra bersabar sambil menyunggingkan senyum penuh misterinya.
Selesai dengan tugas utamanya hari ini, tiba-tiba ada rasa ingin tahu yang begitu kuat di dalam benak Joandra. Menyaksikan perubahan anggota keluarga Mertuanya yang berubah begitu drastis padanya pasca kebankrutannya, entah kenapa membuat Joandra ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang itu. Bagaimana dengan sahabat baik dan teman-temannya yang selama ini selalu ada untuknya? Apakah itu berlaku untuk saat ini juga?!
Pertanyaan besar itu membuat Joandra mulai mengetik beberapa digit tombol di ponsel pintarnya.
Sudah 3 orang sahabat yang dihubunginya sejak tadi. Tak ada satu pun diantara mereka yang bersedia membantunya saat ini. Sungguh itu membuat Joandra begitu terhenyak.
Joandra terdiam sejenak. Hatinya merasakan sesuatu gelagat yang sangat berbeda dari nada bicara semua sahabatnya yang tak seperti dulu lagi. Dan itu membuatnya langsung melakukan sesuatu.
Mobil mewah Joandra memasuki kawasan yang lumayan luas. Mata Joandra mengernyit penuh tanda tanya, namun sesaat kemudian sebelah bibir Joandra langsung terangkat sempurna.
“Parkir di ujung saja,” terdengar perintah Joandra pada supir pribadinya.
Tanpa banyak bertanya lagi, sang supir langsung menuruti.
Joandra melepaskan kaca mata hitam dan jas kebesaran yang tadi digunakannya. Turun dari dalam mobil mewah itu dan memutar ke arah yang tadi sudah sempat dilewati oleh mobil mewahnya. Mata Joandra menatap ke arah 4 mobil mewah yang sangat dikenalnya, dan rasa penasaran yang sangat semakin membuat Joandra mempercepat langkahnya.
“Apa Tuan sudah membuat janji?”
Baru saja kaki panjang Joandra akan melangkah ke arah lift, dia di tahan dengan pertanyaan yang tak biasanya. Apakah bahkan Sahabatnya itu sudah berpesan sedemikian rupa pada pegawainya?!
“Sudah,” jawab Joandra dengan tenang.
“Tapi di sini tidak terjadwal, Tuan,” jawab wanita yang saat dulu selalu mempersilahkannya sebagai Tamu yang sangat terhormat di sana. Tentu saja, bahkan Joandra merupakan Top Investor di sana. Bahkan jika ingin dikaji lebih dalam, mungkin hampir semua pengoperasian perusahaan sederhana ini adalah atas suntikan dananya yang bahkan bulan lalu masih dilakukannya.
“Jika demikian, katakan pada Davinson bahwa saya sudah menunggunya di bawah,” kata Joandra masih dengan nada santainya. ‘Akan aku ikuti permainan kalian.’
“Baiklah. Silakan tunggu sebentar,” kata pegawai yang ada di bagian depan itu segera melakukan panggilan.
“Maaf Tuan. Tuan Davinson tidak ada di tempat.”
Beberapa detik berbicara ditelepon, akhirnya wanita itu mengatakan perkataan yang bahkan sudah bisa ditebak oleh Joandra.
“Oh baiklah, saya akan mengambil sesuatu di atas dulu.”
Joandra berkata santai segera berlalu dari hadapan wanita itu, dan itu membuat wanita itu langsung kucar-kacir.
“Tuan?! Tunggu Tuan?!”
**
Joandra yang tak perduli langsung masuk ke dalam lift dan langsung naik ke lantai atas di mana ruangan sahabatnya itu berada.“Tuan sudah membuat janji?” tanya sang Sekretaris yang juga sudah sangat dikenal Joandra. Wajah wanita itu terlihat pias melihat Joandra tak menggubrisnya dan langsung melangkah ke arah pintu ruangan khusus CEO.Cklek!Joandra langsung membuka pintu itu tanpa mengetuk sama sekali.Joandra berdiri terpaku menyaksikan ada 4 sahabatnya di dalam sana yang 3 diantaranya sudah dihubungi tadinya. Ada 4 wanita berpakaian kurang bahan yang tampak sedang duduk di samping masing-masing sahabatnya, yang tampaknya sedang menenggak minuman sore-sore seperti ini.“Dika, kamu di sini juga?” tanya Joandra pada sahabatnya Handika yang tadi tak dihubunginya.Tentu saja keempat sahabatnya itu sudah mengetahui, dan mungkin juga sudah membicarakannya sejak tadi.“Lancang sekali Lu masuk tanpa ijin dariku, Jo?!”Davinson berteriak kencang sambil berdiri dari duduknya. Menatap horor k
“Tenang, semua urusan akan dihandle oleh pengganti khusus yang sudah dipilih oleh Tuan Besar pemilik The Lion Bank sendiri. Pria muda bertalenta yang sangat luar biasa.”Mendengar kalimat itu membuat Kakek Raharja mengurut dadanya. Mulai bisa bernapas sedikit lega. Ya, dia harus segera mendapatkan pinjaman kalau tak ingin menjual assetnya secara perlahan. “Apa masih lama?”“Harusnya pengganti khusus Tuan Besar akan datang mengurus masalah ini sebentar lagi. Karena Beliau saat ini sedang ada acara lain dengan kolega penting dari Luar Negeri untuk membahas proyek baru mereka yang akan dibangun di Jepang.”Dada Kakek Raharja langsung terlonjak kaget. Sungguh perkataan Ricko barusan semakin membuat mata Kakek Raharja tidak bisa berkedip. Sama seperti semua pasang mata yang saat ini sedang duduk di sana.‘Ya ampun, seberapa hebat pemilik The Lion Bank itu?! Proyek barunya ada di Negeri Matahari Terbit?! Sungguh ini tidak bisa dipercaya. Dan dia mempercayakan semuanya pada pria muda pilihan
Pria muda itu masuk dan langsung berjalan ke arah Ricko. Berbisik sesaat dan lalu mulai duduk di sisi kiri kursi kebesaran yang hanya ada 1 di sana.Pria itu tak menyapa. Hanya diam dan mulai membuka dokumen yang tadi dibawanya. Tampak begitu fokus dan kembali memeriksa dokumen penting yang akan diserahkannya pada tuan Presdirnya sesaat lagi.“Tuan, apa kita bisa mulai bahas sekarang?”Terdengar suara Kakek Raharja. Pria tua itu bertanya dengan suaranya yang sedikit bergetar. Heran melihat orang penting yang ditunggunya tak menyapa sama sekali. Tapi, dia juga tak sabar ingin segera membahas masalah inti pertemuan malam ini.“Tunggu sebentar lagi, Kakek Raharja. Tuan Presdir kami akan tiba sesaat lagi,” ujar pria yang baru masuk itu, yang tentu saja tak lain tak bukan adalah Leonal.Hening.Ternyata dugaan mereka tadi salah. Pria berjas hitam itu bukanlah Sultan yang mereka tunggu.Semua wajah kini terlihat terdiam dan kembali tampak menegang. Jelas di dalam pikiran mereka semua isinya
Semua tampak terpaku dan tercengang melihat siapa orang yang sejak tadi mereka tunggu. Terlebih Benny yang selama ini selalu menindas dan memerintah Joandra tanpa jeda.Benny, Tuan Faisal, dan tuan Hendro saling menatap tak percaya. Sungguh ini bagai sebuah lelucon di mata mereka. Tapi, melihat Joandra begitu dihormati dan begitu diagungkan di sana, membuat mereka yang selama ini selalu menghinanya menjadi bungkam tak bernyali.Mata Claudia terlihat bersinar-sinar mendapati suaminya kini ternyata kembali menjadi orang yang begitu berkuasa. Dan yang lebih mengejutkan, kali ini Joandra merupakan pemegang kendali pada pusat The Lion Bank. Ternyata kehilangan 1 perusahaannya, membuat suaminya mendapatkan sesuatu yang lebih dan dalam tempo sesingkat ini?! Ya, kali ini sudah tentu dia tidak akan melepaskan suaminya itu walau apa pun yang akan terjadi. Pikirannya yang tadi berubah kini langsung berbelok ketika mengetahui ternyata suaminya itu yang menjadi pengganti khus
Selama ini, segala keadaan tuan presdirnya sudah mereka ketahui dengan jelas. Bahkan mereka saja tak berani membantah perintah tuan presdirnya. Sedangkan keluarga besar itu? malah begitu berani memperlakukan tuan presdir yang merupakan putra pewaris tunggal dari keluarga besar Dinata yang merupakan Konglomerat nomor 1 di sana, seperti seekor binatang saja.“Joandra adalah suami saya. Memangnya kenapa Anda masih bertanya?! Memangnya ini masalah Anda?!” balas Claudia yang kaget melihat tangannya sudah dicekal sedemikian rupa oleh salah satu orang kepercayaan Joandra.Claudia melihat ke arah Joandra seakan menunggu Joandra membelanya dan memarahi asistennya yang sudah begitu kurang ajar karena mencekal tangannya begitu kencang.“Suami? Bukankah saat itu kamu sudah mengakhiri segalanya, Claudia? Saat ini, kita tidak memiliki hubungan apa-apa lagi.”Joandra menjawab santai sambil terus melihat ke arah mata Jessica yang saat ini sedang menatap ke arahnya juga. Gadis kecil berhati malaikat y
“Tante juga minta maaf, Joandra. Tante sadar jika kemarin Tante sudah memperlakukanmu kurang baik. Dan jika Joandra bersedia menjadi suami Henaya, Tante janji akan memperlakukanmu dengan baik dan Henaya juga akan melayanimu denganlebihbaik. Henaya akan segera memberikanmu keturunan seperti yang kamu impikan selama ini.”Terdengar suara nyonya Hesty menyambung di akhir ucapan Madam Donna. Tampaknya wanita paruh baya itu juga tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan luar biasa yang saat ini sudah dimilikinya ketika mendengar ucapan Kakek Raharja tadinya. Ya, mereka semuanya tahu jelas jika selama ini Claudia memang belum ingin mengandung dan itu karena karirnya.“Gizela pasti akan melayanimu dengan lebih Sempurna, Joandra. Dan sudah tentu Tante serta Paman akan memperlakukan kamu menjadi menantu terbaik yang kami miliki dan satu-satunya yang paling spesial. Kamu adalah pria terbaik dan begitu cemerlang, jangan sampai kamu salah lagi memil
Jessica mengembangkan senyum manisnya. Mendapatkan ijin dari ibunya, Jessica pun mulai berdiri dari duduknya.Ricko langsung berjalan menjemput Jessica dan menggeser kursinya dengan sopan, agar wanita yang dipanggil oleh tuan presdirnya itu bisa berjalan keluar dari tempatnya lebih mudah.Jessica berjalan pelan ke arah Joandra sambil meremas jemari tangannya sendiri. Entah kenapa tiba-tiba dia merasa begitu nervous dan tangannya juga menjadi dingin seketika.Leonal menggeser sebuah kursi dan menjejerkannya tepat di samping kursi yang sedang di duduki oleh Joandra.“Ayo duduk di sini.”Jessica yang terlihat ragu tampak mulai duduk di kursi samping Joandra perlahan sambil memperbaiki rok sebatas lututnya, dan juga menarik kerah gaunnya itu lebih ke atas yang terasa terlalu rendah karena dia belum pernah menggunakan gaun terbuka seperti itu. Hal itu membuatnya begitu salah tingkah.“Kenapa tak memakai gaun yang aku kirimkan?&r
Joandra tersenyum ketika mendengar gadisnya itu sudah tidak lagi memanggilnya dengan ‘abang ipar’ dan hanya memanggilnya sebagai ‘abang’ saja. Dan seperti itu saja sudah cukup membuat Joandra merasa bahagia.“Apa Jessica bersedia ikut dengan Abang? Kalau Jessica bersedia maka Abang juga akan bersedia memberikan pinjaman itu. Tapi ya itu, hanya 50 persen. Itu adalah limit terakhirnya.”“Ikut?! Maksudnya?” kembali Jessica bertanya heran dengan keningnya yang mengkerut bingung.“Hmm. Ikut dan tinggal dengan Abang. Temani Abang di sana. Abang bosan kalau tinggal sendirian di rumah itu. Kamu kan bisa masakin dan mengurus Abang seperti biasanya. Abang tak suka kalau harus makan di luar terus.”Sindirian telak dan jitu langsung berlabuh untuk wanita-wanita muda yang ada di sana, yang rata-rata semuanya tidaklah sama seperti Jessica. Di mata Joandra, Jessica memiliki begitu banyak kelebihan tak terduga dan mampu melakukan segalanya dengan sempurna. Wanita yang pantas menjadi permaisuri di dal