Pria muda itu masuk dan langsung berjalan ke arah Ricko. Berbisik sesaat dan lalu mulai duduk di sisi kiri kursi kebesaran yang hanya ada 1 di sana.
Pria itu tak menyapa. Hanya diam dan mulai membuka dokumen yang tadi dibawanya. Tampak begitu fokus dan kembali memeriksa dokumen penting yang akan diserahkannya pada tuan Presdirnya sesaat lagi.
“Tuan, apa kita bisa mulai bahas sekarang?”
Terdengar suara Kakek Raharja. Pria tua itu bertanya dengan suaranya yang sedikit bergetar. Heran melihat orang penting yang ditunggunya tak menyapa sama sekali. Tapi, dia juga tak sabar ingin segera membahas masalah inti pertemuan malam ini.
“Tunggu sebentar lagi, Kakek Raharja. Tuan Presdir kami akan tiba sesaat lagi,” ujar pria yang baru masuk itu, yang tentu saja tak lain tak bukan adalah Leonal.
Hening.
Ternyata dugaan mereka tadi salah. Pria berjas hitam itu bukanlah Sultan yang mereka tunggu.
Semua wajah kini terlihat terdiam dan kembali tampak menegang. Jelas di dalam pikiran mereka semua isinya sama. Ternyata mereka semuanya sudah salah menduga. Kini mereka masing-masing semakin merasa penasaran ketika mendengar perkataan Leonal barusan.
‘Tuan Presdir? Artinya itu putra dari pemilik The Lion Bank itu sendiri kah?!’ batin Claudia dengan jantungnya yang semakin memompa cepat. Tak sabar ingin memenangkan hati pria yang dikatakan sebagai tuan presdir dari kedua orang penting di hadapan mereka saat ini.
Detik-detik yang dilalui menjadi semakin lama. Denting jam seakan tak ingin bergerak ketika masing-masing yang hadir di sana memiliki pemikiran yang sama. Semuanya ingin memenangkan hati pria yang dikatakan sebagai ‘tuan presdir’ oleh Leonal barusan. Terserah itu tua atau muda. Yang jelas, di mata mereka semuanya saat ini hanyalah uang, uang dan uang. Jelas mereka akan menjadi Sultan mendadak jika berhasil mendapatkan hati dari pewaris The Lion Bank yang memiliki puluhan cabang yang tersebar di berbagai Negara.
Setelah hampir 5 menit berlalu, tiba-tiba Ricko dan Leonal langsung bangkit dari duduk mereka. Langsung berjalan cepat menuju ke arah pintu keluar yang tiba-tiba juga sudah mulai terbuka secara perlahan.
Ricko dan Leonal langsung berdiri rapi di sisi pintu bagian kiri dan kanan. Menunggu dengan penuh khidmat.
“Silakan Tuan Presdir.”
Berselang beberapa detik, kedua pria berjas hitam yang merupakan kepercayaan dari The Lion Bank itu mempersilahkan sambil menundukkan kepalanya empat puluh lima derajat ke arah pintu yang sudah terbuka lebar, sama seperti yang dilakukan oleh beberapa anggota yang sejak tadi sudah berbaris rapi menunggu di sana.
Hal itu kembali membuat seluruh keluarga Kakek Raharja terlihat terkejut besar. Sebegitu hebatkan orang yang sedang mereka tunggu saat ini. Bahkan semua kepala tampak menunduk lama belum terangkat sama sekali?!
Sebelah sepatu hitam yang terlihat begitu mengkilap terlihat menginjak masuk ke dalam ruangan itu dengan tubuh yang masih terlindung oleh tubuh Leonal yang berdiri di sisi pintu.
Keluarga Kakek Raharja menunggu dengan wajah yang terlihat tegang untuk melihat wajah pria hebat yang sebenarnya merupakan tuan presdir, yang sudah diutus oleh pemilik The Lion Bank dan memiliki wewenang dalam mengambil semua keputusan.
Deg!
Huhh?!
Semua terpaku dengan bola mata yang membola dan juga mulut yang menganga.
Seorang pria gagah perkasa yang tampak memakai stelan jas berwarna putih dengan bawahan celana jeans hitam, tampak melangkah santai penuh wibawa. Rambut pria itu tampak disisir begitu rapi ke arah belakang, dengan kaca mata hitam yang bertengger sempurna. Menjadi pusat perhatian dan memukau semua pasang mata yang saat ini ada di dalam ruangan itu.
Kini ada 6 orang berpakaian serba hitam yang mengikuti langkahnya di belakang sana, dan itu kembali membuat semuanya terkejut luar biasa.
“Silakan Tuan Presdir.”
Ricko yang sudah bergerak lebih cepat segera menggeser sebuah bangku khusus yang sejak tadi memang terus dikosongkan, dan berada pada bagian paling ujung meja panjang tersebut.
Leonal yang sudah menutup pintu itu kembali berjalan mendekat ke arah Ricko. Mereka berdua tampak saling melakukan transformasi.
Kini kelima anggota berjas hitam lainnya, tampak berbaris agak jauh di belakang membentuk barisan pelindung dengan tubuh tegap mereka.
Sementara itu, Ricko dan Leonal kini sudah berdiri tegak rapi di sebelah kiri dan kanan tuan Presdirnya.
“J-Jo—Joandra?!”
Sejak tadi Kakek Raharja dan yang lainnya tercekat dengan wajah mereka yang terlihat begitu tegang. Dan saat ini suara Madam Donna memecah keterpakuan keluarga besar Raharja semuanya.
Meski sedang memakai kaca mata hitamnya dan dengan pakaian mewahnya seperti saat ini, Madam Donna tentu saja tidak akan pernah lupa dengan menantu yang selama 1 bulan belakangan ini sudah menjadi budaknya yang sangat patuh dengan segala perintah semena-menanya. Madam Donna hapal sekali dengan rambut, wajah, dan juga bentuk tubuh menantu sampahnya yang tidak berguna dan sungguh tidak akan masuk ke dalam kategori menantu idamannya lagi untuk selamanya. Menantu sampah yang setiap hari mendapatkan cemoohan dan hinaannya kali ini ada di hadapannya. Dan tanpa berkata-kata, menantunya itu sudah berhasil membuat detak jantungnya hampir ingin berhenti.
Joandra melepaskan kaca mata hitamnya dan lalu menyampirkannya di tengah-tengah kerah kemeja putihnya, lalu dia mengembangkan senyum tipisnya sesaat.
Mata Joandra kini tertuju ke arah Jessica yang sejak tadi tidak berkedip menatap ke arahnya. Bukan tidak menyadari, Joandra menyadari itu. Kaca mata hitam yang digunakannya tadi begitu membantu dirinya memantau gadis belia yang sudah beberapa hari ini terus menghantui pikirannya. Ya, Joandra melihat dengan jelas jika sejak melihatnya masuk ke dalam sana, mata Jessica tidak berhenti menatap dan melihat ke arahnya. Kali ini gadis kecilnya itu juga tampak begitu terkejut luar biasa.
Tentu saja Joandra tidak memperhatikan yang lainnya, karena sejak dia melangkah masuk ke dalam ruangan khusus itu matanya sudah bertumpu pada satu tempat. Sungguh Jessica sudah menguasai hatinya, dan Joandra menyadari itu dengan sangat.
Joandra seolah menunggu bibir kecil yang tipis itu menyapanya, tapi tampaknya kali ini Jessica tak lagi bernyali. Dia tahu orang yang kali ini sedang ditunggu dan ingin ditemui oleh kakeknya adalah orang yang sangat penting. Tapi, ketika melihat abang iparnya begitu dihormati dan diagungkan di sana membuat Jessica begitu kebingungan dan tak lagi bisa berpikir.
‘Siapa Abang Ipar sebenarnya? Kenapa dia bisa ada di sini?! Bukankah semua mengatakan jika dia sudah jatuh miskin dan hidup melarat saat ini. Lalu, apa benar saat ini dia sudah menemukan pekerjaan barunya dan menjadi orang kepercayaan pemilik perusahaan raksasa ini?’
Jessica tercekat tak mampu melontarkan kata-kata apa lagi menyapa abang iparnya. Terlebih lagi sejak awal dia memang di minta ibunya untuk diam dan menurut tanpa boleh berbicara sama sekali. ‘Kalau memang Abang Ipar sudah mendapatkan pekerjaan yang sangat hebat seperti ini, ini sangat bagus sekali,’ Jessica langsung mengucap syukur ketika pikirannya mengarah ke sana. Terselip rasa bahagia yang sangat membuat hatinya langsung merasa lega oleh kekhawatirannya beberapa hari ini.
“J-Joandra?!” ucap Kakek Raharja begitu terpukau dan bagai sedang terhipnotis, apa lagi ketika melihat Joandra kini sudah melepaskan kaca mata hitamnya.
“Kakek Raharja. Selamat malam semuanya.”
Joandra mulai membuka suara dengan tanpa mengurangi kharisma dan ketegasannya. Aura kepemimpinannya begitu terpancar jelas, yang sesungguhnya selama ini tidak pernah diperlihatkan sama sekali di keluarga besar mantan istrinya. Jika saat itu dia diperlakukan seperti seorang pengemis di keluarga besar itu, kali ini dia yang memegang kendali!
**
Semua tampak terpaku dan tercengang melihat siapa orang yang sejak tadi mereka tunggu. Terlebih Benny yang selama ini selalu menindas dan memerintah Joandra tanpa jeda.Benny, Tuan Faisal, dan tuan Hendro saling menatap tak percaya. Sungguh ini bagai sebuah lelucon di mata mereka. Tapi, melihat Joandra begitu dihormati dan begitu diagungkan di sana, membuat mereka yang selama ini selalu menghinanya menjadi bungkam tak bernyali.Mata Claudia terlihat bersinar-sinar mendapati suaminya kini ternyata kembali menjadi orang yang begitu berkuasa. Dan yang lebih mengejutkan, kali ini Joandra merupakan pemegang kendali pada pusat The Lion Bank. Ternyata kehilangan 1 perusahaannya, membuat suaminya mendapatkan sesuatu yang lebih dan dalam tempo sesingkat ini?! Ya, kali ini sudah tentu dia tidak akan melepaskan suaminya itu walau apa pun yang akan terjadi. Pikirannya yang tadi berubah kini langsung berbelok ketika mengetahui ternyata suaminya itu yang menjadi pengganti khus
Selama ini, segala keadaan tuan presdirnya sudah mereka ketahui dengan jelas. Bahkan mereka saja tak berani membantah perintah tuan presdirnya. Sedangkan keluarga besar itu? malah begitu berani memperlakukan tuan presdir yang merupakan putra pewaris tunggal dari keluarga besar Dinata yang merupakan Konglomerat nomor 1 di sana, seperti seekor binatang saja.“Joandra adalah suami saya. Memangnya kenapa Anda masih bertanya?! Memangnya ini masalah Anda?!” balas Claudia yang kaget melihat tangannya sudah dicekal sedemikian rupa oleh salah satu orang kepercayaan Joandra.Claudia melihat ke arah Joandra seakan menunggu Joandra membelanya dan memarahi asistennya yang sudah begitu kurang ajar karena mencekal tangannya begitu kencang.“Suami? Bukankah saat itu kamu sudah mengakhiri segalanya, Claudia? Saat ini, kita tidak memiliki hubungan apa-apa lagi.”Joandra menjawab santai sambil terus melihat ke arah mata Jessica yang saat ini sedang menatap ke arahnya juga. Gadis kecil berhati malaikat y
“Tante juga minta maaf, Joandra. Tante sadar jika kemarin Tante sudah memperlakukanmu kurang baik. Dan jika Joandra bersedia menjadi suami Henaya, Tante janji akan memperlakukanmu dengan baik dan Henaya juga akan melayanimu denganlebihbaik. Henaya akan segera memberikanmu keturunan seperti yang kamu impikan selama ini.”Terdengar suara nyonya Hesty menyambung di akhir ucapan Madam Donna. Tampaknya wanita paruh baya itu juga tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan luar biasa yang saat ini sudah dimilikinya ketika mendengar ucapan Kakek Raharja tadinya. Ya, mereka semuanya tahu jelas jika selama ini Claudia memang belum ingin mengandung dan itu karena karirnya.“Gizela pasti akan melayanimu dengan lebih Sempurna, Joandra. Dan sudah tentu Tante serta Paman akan memperlakukan kamu menjadi menantu terbaik yang kami miliki dan satu-satunya yang paling spesial. Kamu adalah pria terbaik dan begitu cemerlang, jangan sampai kamu salah lagi memil
Jessica mengembangkan senyum manisnya. Mendapatkan ijin dari ibunya, Jessica pun mulai berdiri dari duduknya.Ricko langsung berjalan menjemput Jessica dan menggeser kursinya dengan sopan, agar wanita yang dipanggil oleh tuan presdirnya itu bisa berjalan keluar dari tempatnya lebih mudah.Jessica berjalan pelan ke arah Joandra sambil meremas jemari tangannya sendiri. Entah kenapa tiba-tiba dia merasa begitu nervous dan tangannya juga menjadi dingin seketika.Leonal menggeser sebuah kursi dan menjejerkannya tepat di samping kursi yang sedang di duduki oleh Joandra.“Ayo duduk di sini.”Jessica yang terlihat ragu tampak mulai duduk di kursi samping Joandra perlahan sambil memperbaiki rok sebatas lututnya, dan juga menarik kerah gaunnya itu lebih ke atas yang terasa terlalu rendah karena dia belum pernah menggunakan gaun terbuka seperti itu. Hal itu membuatnya begitu salah tingkah.“Kenapa tak memakai gaun yang aku kirimkan?&r
Joandra tersenyum ketika mendengar gadisnya itu sudah tidak lagi memanggilnya dengan ‘abang ipar’ dan hanya memanggilnya sebagai ‘abang’ saja. Dan seperti itu saja sudah cukup membuat Joandra merasa bahagia.“Apa Jessica bersedia ikut dengan Abang? Kalau Jessica bersedia maka Abang juga akan bersedia memberikan pinjaman itu. Tapi ya itu, hanya 50 persen. Itu adalah limit terakhirnya.”“Ikut?! Maksudnya?” kembali Jessica bertanya heran dengan keningnya yang mengkerut bingung.“Hmm. Ikut dan tinggal dengan Abang. Temani Abang di sana. Abang bosan kalau tinggal sendirian di rumah itu. Kamu kan bisa masakin dan mengurus Abang seperti biasanya. Abang tak suka kalau harus makan di luar terus.”Sindirian telak dan jitu langsung berlabuh untuk wanita-wanita muda yang ada di sana, yang rata-rata semuanya tidaklah sama seperti Jessica. Di mata Joandra, Jessica memiliki begitu banyak kelebihan tak terduga dan mampu melakukan segalanya dengan sempurna. Wanita yang pantas menjadi permaisuri di dal
Jessica langsung masuk dan duduk di dalam mobil mewah itu. Jantungnya berdetak tidak karuan ketika melihat Joandra kembali bersikap seperti biasanya. Entah bagaimana Joandra mengatur sikapnya yang tadi berubah tampak dingin dan begitu tegas, tapi kini terlihat biasa saja dan bersahabat seperti biasanya.Joandra menyalakan mesin mobilnya dan langsung tancap gas dari hotel mewah tersebut, yang sebenarnya merupakan hotel mewah miliknya. Hotel berbintang dengan berbagai fasilitas pribadi khususunya yang sudah didesainnya sejak awal.Mobil melaju ke arah Residence Elite di kawasan Grand Lion. Sebuah kawasan khusus yang memang merupakan milik pribadi Joandra yang sangat rahasia, yang selama ini belum pernah terekpos dan disorot oleh Media.“Abang tinggal di mana beberapa hari ini?”Sekian lama mereka saling terdiam, tiba-tiba Jessica mulai berbicara dengan pertanyaan yang memang beberapa hari ini terus membelenggu dibenaknya, dan itu setelah abang iparnya diusir dari kediaman mereka saat it
Joandra yang ikut kaget masih belum bersuara. Dia segera membantu Jessica mengusap tubuh itu di berbagai bagian. Bahkan Joandra membantu Jessica dengan mengibaskan baju yang sedang dikenakan gadis pujaan hatinya itu.“Mana? Nggak ada,” ujar Joandra yang tak melihat apa pun, tapi masih terus sibuk mengusap tubuh itu.“Tadi ada cicak yang merayap di perutku,” kata Jessica sambil terus terisak, bahkan kini dia sedang menyeka ingusnya yang tiba-tiba keluar begitu saja dari dalam hidung mancungnya.“Ya ampun, masa sama cicak yang kecil itu saja takut sih,” tanya Joandra terkekeh pelan, sambil memperbaiki rambut panjang Jessica yang sudah berantakan tak beraturan.“Jessica nggak takut Bang. Tapi Jessica geli,” jawab Jessica masih terus sesenggukan.Melihat Jessica benar-benar begitu panik dan menangis tergugu separah itu, Joandra tak lagi tertawa. Dia melihat dengan begitu jelas jika wajah itu terlihat begitu histeris dan masih terlihat ketakutan.“Ya sudah, sekarang nggak ada lagi kan?”“T
Akhirnya ... apa yang diharapkan Joandra terwujud juga. Bahkan kali ini Jessica yang menawarkan. Begitu senang rasa hati, meski Joandra menyadari jika saat ini adalah keadaan darurat yang membuat Jessica terpaksa menawarkan.“Nggak ah,” Joandra menolak.“Ayolah. Temani Jessica di sini,” mohon Jessica.“Ntar terpaksa.”“Nggak,” Jessica menggeleng cepat menatap Joandra penuh harap.Akhirnya Joandra merebahkan tubuhnya di sisi Jessica setelah gadisnya itu bergeser dan memintanya untuk tidur di sana.‘Ya ampun ... tubuh Abang sebagus ini? kenapa aku baru menyadarinya sekarang?!’ Jessica terpaku menatap bonggolan-bonggolan yang kini tersusun indah di depan matanya.Begitu Joandra berbaring di sana, bola mata Jessica tampak membesar.“A-abang pakai baju dulu gih,” kata Jessica terbata, lalu mulai mengubah posisi berbaringnya membelakangi tubuh Joandra.Joandra hanya mengulum senyumnya melihat kelakuan gadis kecilnya saat ini. Mungkin saat ini gadis kecilnya itu baru menyadari jika dirinya t