Joandra yang ikut kaget masih belum bersuara. Dia segera membantu Jessica mengusap tubuh itu di berbagai bagian. Bahkan Joandra membantu Jessica dengan mengibaskan baju yang sedang dikenakan gadis pujaan hatinya itu.“Mana? Nggak ada,” ujar Joandra yang tak melihat apa pun, tapi masih terus sibuk mengusap tubuh itu.“Tadi ada cicak yang merayap di perutku,” kata Jessica sambil terus terisak, bahkan kini dia sedang menyeka ingusnya yang tiba-tiba keluar begitu saja dari dalam hidung mancungnya.“Ya ampun, masa sama cicak yang kecil itu saja takut sih,” tanya Joandra terkekeh pelan, sambil memperbaiki rambut panjang Jessica yang sudah berantakan tak beraturan.“Jessica nggak takut Bang. Tapi Jessica geli,” jawab Jessica masih terus sesenggukan.Melihat Jessica benar-benar begitu panik dan menangis tergugu separah itu, Joandra tak lagi tertawa. Dia melihat dengan begitu jelas jika wajah itu terlihat begitu histeris dan masih terlihat ketakutan.“Ya sudah, sekarang nggak ada lagi kan?”“T
Akhirnya ... apa yang diharapkan Joandra terwujud juga. Bahkan kali ini Jessica yang menawarkan. Begitu senang rasa hati, meski Joandra menyadari jika saat ini adalah keadaan darurat yang membuat Jessica terpaksa menawarkan.“Nggak ah,” Joandra menolak.“Ayolah. Temani Jessica di sini,” mohon Jessica.“Ntar terpaksa.”“Nggak,” Jessica menggeleng cepat menatap Joandra penuh harap.Akhirnya Joandra merebahkan tubuhnya di sisi Jessica setelah gadisnya itu bergeser dan memintanya untuk tidur di sana.‘Ya ampun ... tubuh Abang sebagus ini? kenapa aku baru menyadarinya sekarang?!’ Jessica terpaku menatap bonggolan-bonggolan yang kini tersusun indah di depan matanya.Begitu Joandra berbaring di sana, bola mata Jessica tampak membesar.“A-abang pakai baju dulu gih,” kata Jessica terbata, lalu mulai mengubah posisi berbaringnya membelakangi tubuh Joandra.Joandra hanya mengulum senyumnya melihat kelakuan gadis kecilnya saat ini. Mungkin saat ini gadis kecilnya itu baru menyadari jika dirinya t
“Aku yang sudah tua begini dibilangin anak kecil? Ya sudah, terserah Abang sajalah. Yang penting, saat ini Jessica sudah lapar banget. Apa ada yang bisa Jessica masak?”Mendengar itu Joandra pun tersentak kaget. Iya, dia lupa meminta Ricko atau pun Leonel untuk membelikan sarapan dan mengantar ke perkebunannya.‘Sial. Kok aku bisa lupa begini? Aduh! Kasihan Jessica sudah kelaparan.’Joandra ikut bangkit ketika Jessica sudah langsung bangkit.Mereka berdua berjalan keluar dari dalam kamar itu. kamar yang terasa sejuk meski tanpa adanya kipas angin atau Ac sama sekali.“Kamu sikat gigimu dulu Jess. Abang akan memesan makanan.”“Memesan makanan? Memangnya nggak ada bahan mentah yang tersedia? Biar Jessica masak saja.”“Nggak ada, Jess. Abang lupa membeli bahan-bahan makanan. Kulkas dan kompor juga belum Abang beli. Kamu tahu keadaan Abang saat ini. Semua fasilitas ini juga hanya pinjaman dari Boss,” Joandra yang mendapatkan kesempatan kembali menyiasati.“Oh, y-ya sudah nggak apa-apa. Je
“Iya, tadi dia membawakan makanan buat kita.”“Ah, Abang yang serius dong,” kesal Jessica memberengut melihat Joandra terus berkelakar dengan keseriusannya. Lagian, mana mungkin seorang bos membawakan makanan untuk bawahannya.Joandra tertawa melihat wajah yang begitu menggemaskannya. “Nggak kok, tadi Abang minta tukang kebun belikan makanan. Ayolah kita makan dulu. Abang sudah kehabisan tenaga. Kamu bandel banget jalannya sampai sejauh itu.”Jessica terkekeh sambil menutup bibirnya, dia juga tak menyangka jika mantan abang iparnya itu akan menuruti keinginannya tadi.Selesai sarapan, Joandra membersihkan kebun buah-buahan yang ada di sekitar gubuk sederhana itu. Semua rencananya sudah diatur Joandra melewati Leonal, hingga tak ada anggota tukang kebun di sana yang berani memanggilnya selain menganggukkan kepala saja.Beberapa hari berlalu dengan keadaan yang sama. Joandra menyampaikan pada Jessica jika dia hanya bekerja menjadi tukang kebun kepercayaan atasannya di sana, yang kebetul
“Kamar Jessica di atas juga ya?”“Hmm.”“Siapa saja yang tinggal di sini?”“Cuma kita.”“Ini rumah siapa?”“Rumah Pak Boss.”“Oh ya?! Kenapa kita tinggal di sini?”“Hmm. Dia sedang sibuk di Luar Negeri. Makanya dia mempercayakan kita untuk menjaga assetnya sementara ini.”“Oh begitu. Pantesan. Jadi, Abang nggak bohong kan sama Jessica? Mobil mewah itu memang benar mobil Boss ya? Bukan mobil Abang ya kan?” tanya Jessica panjang lebar.“Ya ampun. Sejak kapan kamu jadi bawel begini Jess?”“Eh ... hehee, iya. Maaf, Jessica cuma merasa penasaran saja,” Jessica yang tersadar langsung terkekeh pelan dengan wajahnya yang terasa memanas. Malu karena sudah bertanya terlalu banyak. Tapi, dia juga merasa begitu heran karena mobil mewah itu terus dipakai oleh mantan abang iparnya itu.Joandra bingung harus bagaimana menjelaskan segalanya. Lagian saat ini bukan waktu yang tepat untuk dia mengatakan segalanya pada Jessica. Yang jelas, Joandra ingin nantinya Jessica melihat kenyataan dengan mata kepa
Jessica menjawab kaget dengan suaranya yang melengking saking bisingnya alat pengering rambut yang masih terus menyala.Joandra tidak memperdulikan itu dan terus melanjutkan kegiatan untuk mengeringkan rambut Jessica yang panjang dan masih lembab. Lengan kekarnya itu terlihat sedikit kaku, dan mungkin itu dikarenakan dia baru pertama kali melakukan hal tersebut pada rambut wanita, apa lagi rambut Jessica sepanjang itu.Jessica terdiam dan terus memperhatikan wajah serius Joandra dari kaca pantul di depannya. Ya, Jessica mengakui jika wajah mantan abang iparnya itu memang sangat tampan. Selama ini ketampanan Joandra bahkan tak pernah diperhatikannya sedemikian rupa.Asli. Wajah tampan itu benar-benar begitu mempesona hingga membuat dentum di dalam dada Jessica terus berkumandang, dan itu kembali membuat rasa resah dan takut muncul begitu saja.Selesai mengeringkan rambut panjang gadisnya, Joandra langsung mematikan hair dryer itu.“Sudah selesai,” ucap Joandra sambil meletakkan hair dr
Tanpa berkata apa pun Joandra langsung menggendong tubuh Jessica dengan kedua lengan kekarnya, berniat memindahkan gadis kecilnya itu ke atas pembaringannya yang nyaman di sana.Jessica yang baru saja memejamkan matanya langsung terkejut besar ketika melihat wajah Joandra sudah berada di depan matanya, dan tubuhnya juga sudah terangkat sempurna.“A-abang n-ngapain?!”“Dasar Gadis nakal. Disuruh tidur di ranjang malah tidur di atas sofa.”“T-tapi Jessica, i-itu ...,” gugup Jessica kehabisan kata-kata entah tidak berani mengeluarkan pendapatnya.“Kenapa? Jessica takut tidur sama Abang, begitu? Emang wajah Abang ini terlihat seperti seorang penjahat? Kemarin saja Jessica yang minta Abang temani tidurnya, dasar.”“T-tapi i-itu ....”“Apanya? Ya sudah, kamu tidur saja di sini.”Joandra membaringkan gadis kecilnya di atas ranjang king size itu di atas bantalnya t
Setelah melihat jarum jam menunjukkan hampir pukul 7, Joandra segera menutup laptopnya dan langsung menyimpannya kembali ke dalam tas kerjanya. Joandra lalu mulai berdiri sambil sedikit meregangkan pinggang kekarnya yang terasa kaku akibat sudah duduk terlalu lama.Joandra berjalan ke arah pintu kamar dan langsung masuk ke dalam sana. Melihat Jessica masih juga tertidur dengan posisinya seperti semalam, Joandra mengembangkan senyumnya.‘Nyenyak banget tidurmu. Apa kamu sangat kelelahan ... Bidadariku? Istirahatlah sepuasmu ....’Joandra kembali tersenyum sambil membenarkan selimut yang sedikit turun ke bawah. Joandra lalu mengambil sesuatu dari dalam laci di nakasnya, lalu mulai sibuk melakukan sesuatu dengan membuka ponsel jadul milik Jessica.Selesai sarapan di lantai bawah, Joandra segera masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobil mewahnya ke Perusahaan pusatnya yang mencakup semua bidang bisnis yang dimilikinya.Perusahaan Pusat itu sangat besar, karena di sana ada puluhan bagian