“Semua itu kenyataan dan Faktanya, Claudia! Kamu jangan lupa dengan apa semuanya yang sudah kamu lakukan selama ini. Tunggu saja tanggal mainnya!” desis Joandra begitu geram dan langsung melangkah pergi.
Panas! Joandra benar-benar merasa sangat panas dengan keadaan yang menghimpitnya saat ini. Urusannya tentang bisnisnya dan juga hal-hal yang sudah terjadi di luar sudah sangat meguras pikirannya. Kenapa saat ini ibu mertuanya dan Claudia kembali datang mengacaukan suasana hatinya! Joandra benar-benar merasa geram!
Tapi, Joandra tetap berusaha sabar. Dan itu semuanya dilakukannya demi Jessica.
‘Licik dan gila! Wanita ular itu memang benar-benar sudah tak waras! Kasihan anaknya nanti memiliki ibu gila seperti dia!’
Joandra membatin kesal dan segera berjalan pergi mengurus segala sesuatu agar istrinya bisa keluar malam ini juga.
Selesai mengurus semuanya, Joandra segera naik ke atas menuju ke ruangan Jessica. Ternyata Joandra d
“Maaf Tuan Presdir. Saya hanya ingin mengabari jika yang menjadi dugaan Tuan Presdir semalam benar adanya. Ada orang luar yang sudah membayar orang dalam kita melakukan kecurangan. Bahkan dengan sengaja menciptakan kecelakaan besar ini.”“Maksudnya?”Joandra terlihat menajamkan pendengarannya dan memicingkan matanya.“Ada saingan bisnis kita yang sengaja menciptakan kecelakaan ini. Dia memanfaatkan orang kita untuk niatnya itu. Dengan menggunakan cairan khusus penghancur beton, kejadian semalam menjadi sangat fatal dan melibatkan begitu banyak pekerja kita.”Joandra terlihat begitu tegang. Sebenarnya Joandra sangat kaget mendengar kabar itu. Bagaimana bisa saingan bisnisnya melakukan kecurangan sefatal itu hanya untuk menghancurkan nama baik perusahaan konstruksinya?! Apakah orang itu tak punya hati dan tega hingga menghilangkan beberapa nyawa sekaligus?!Joandra yang terkejut besar menelan salivanya kasar. Rasa
“Iya suamiku. Baiklah,” Jessica langsung mengiyakan agar Joandra tak mengkhawatirkan keadaannya.Joandra terkekeh pelan dan langsung mengecup sayang bibir Jessica beberapa kali.“Aku pergi sekarang ya, Honey. Hati-hati. Ayah juga ada di rumah, Ayah tak ke mana-mana hari ini,” pesan Joandra lagi agar istrinya itu tak merasa sendiri akibat ditinggalkannya sebentar.“Oke.”Akhirnya Joandra melangkah pergi setelah dia mengecup berulang kali wanita yang begitu dicintai dan amat disayanginya.Mobil melaju membelah jalanan siang ke arah Jakarta Timur dengan tujuan Joandra yang sudah terencana sejak pagi tadi.Joandra yang sudah tiba di kantor kepolisian Jakarta Utara langsung menemui Inspektur Jenderal Mahes untuk berbincang sejenak, sebelum dia menemui anggotanya yang sudah menghianatinya dan sudah membuat masalah besar kali ini. Tentu tak ada api kalau tak ada pemantik. Dan saat ini Joandra ingin mencari tahu s
Joandra kembali mengutarakan pertanyaan pada pria itu, karena saat ini Joandra sudah mulai menguasai keadaan yang sebenarnya.Hening.Tampaknya pria itu sulit sekali menentukan keputusannya.“Jika kau mengatakan yang sebenarnya dan menceritakan seluruh kronologinya dengan jelas, aku yakin aku bisa membantu meringankan masa tahananmu. Tapi kamu harus bisa bekerja sama dengan pihak Kepolisian. Aku akan menjamin keamananmu. Setidaknya kamu masih sedikit berguna untuk keluargamu, dari pada kamu mati sia-sia oleh ancaman dari orang yang sudah memerintahkanmu.”Mendengar perkataan Joandra yang panjang lebar itu membuat pria itu kembali menangis.“Terima kasih Tuan Presdir. Terima kasih. Saya tak takut mati sama sekali. Saya akan bekerja sama dengan pihak kepolisan untuk Tuan Presdir. Saya akan menceritakan segalanya secara detail. Tapi, tolong lindungi keluarga saya,” ujar pria itu akhirnya, dan perkataannya itu membuat Joandra mengembangkan sebelah ujung bibirnya.“Tentu saja. Kamu tak per
“Hehee. Sayang bisa saja. Ya sudah, Sayang hati-hati ya. Jangan kenceng-kenceng nyetirnya.”“Siap Bidadari hatiku. Muahh!” Joandra ikut meluahkan rasa di dalam benaknya saat ini, dan itu membuat Jessica terkekeh di seberang saja.“Byee.”Joandra yang merasa tersemangati segera melajukan mobilnya dengan hatinya yang merasa begitu bahagia dan berbunga-bunga.Selama hidupnya, hanya 2 wanita yang pernah membuat hatinya bahagia menggebu-gebu seperti ini, dan itu adalah ibu dan juga istri kecil kesayangannya yang begitu dicintainya.-Beberapa hari sudah terlewati, dan saat ini Joandra sedang membimbing Jessica dengan matanya yang di tutupi dengan kain.“Kita mau ngapain Sayang?”“Ada deh.”“Jangan main-main ah. Jessica jangan dikagetin pakai binatang ya. Nanti Jessica bisa pingsan loh Sayang,” sungut Jessica yang sangat takut dikerjai, apa lagi dia memang sangat takut dengan beberapa binatang.“Nggak kok Honey, tenang saja. Sebentar lagi kita sampai,” ujar Joandra hanya tersenyum mendengar
“Aku kebelet pipis. Aku ke toilet dulu bentar ya Honey,” Joandra mulai berjalan ke arah toilet yang ada di dalam kamar mewah itu, meninggalkan Jessica yang berbaring di atas pembaringan king size super mewah itu.Jessica bangkit dan duduk di sisi ranjang. Menurunkan kedua kakinya ke bawah, dan kembali melihat ke sekeliling kamar itu. Kamar yang sangat luar biasa, yang pastinya sangat disukai oleh anak-anak mereka satu saat nanti, karena kamar itu terlihat begitu indah degan nuansa yang sangat menyejukkan jiwa.Melihat ada dipenser dan kulkas di sana, Jessica mulai melangkah ke arah dispenser tersebut. Jessica yang merasa kehausan mulai menuangkan air ke dalam gelas dan menenggaknya untuk menghilangkan dahaga yang menyerangnya.Setelah menghabiskan segelas air, Jessica kembali mengisi gelasnya dan lalu berjalan ke arah ranjang.“Honey. Kamu ngapain?” tanya Joandra yang terlihat buru-buru menutup pintu toilet, dan segera menyusul Jessica.“Nggak. Aku hanya ingin minum saja Sayang. Haus
“Ngapain kamu pulang ke sini lagi?!" Sambutan dari perempuan paruh baya bernama Madam Donna menggema di ruangan itu. Ia adalah ibu mertua dari Joandra Marta Dinata. Joandra terdiam mendengar pertanyaan penuh nada hardikan tersebut. Ini merupakan kali pertama Joandra mendengar ibu mertuanya berkata begitu kasar padanya. Joandra baru saja pulang karena urusannya yang padat semalamam. Dan seperti biasanya dia langsung masuk ke dalam rumah yang lumayan megah itu. Ya, itu adalah kediaman Mertuanya. Namun, saat Joandra mengulurkan tangannya untuk menyalami ibu mertuanya, ibu mertuanya itu malah menghardiknya dan menepis tangannya dengan kasar. Kejadian ini adalah untuk yang pertama kalinya setelah 3 bulan lamanya dia ikut tinggal di kediaman mertuanya itu. Seorang wanita yang baru muncul dan sedang membawa sebuah nampan ditangannya, tampak menatap iba namun tak mengeluarkan suara sama sekali. Wanita itu adalah Jessica Pitaloka, adik ipar Joandra. Dia tampak terus berjalan mendekat ke ar
Joandra turun ke bawah dan langsung menuju ke ruang makan. Di sana semua tampak sedang duduk menikmati sarapan mereka. Kecuali Jessica yang tampak sibuk dengan pekerjaannya. “Silakan sarapan Abang Ipar,” kata Jessica mulai memindahkan nasi goreng yang tersisa sedikit di atas mangkuk besar di atas meja makan itu. Joandra tersenyum mendapati sikap adik iparnya itu yang belum berubah sampai saat ini. Sama seperti sikap ayah mertuanya yang saat ini tak terlihat di sana. Mungkin pria paruh baya itu sudah berangkat ke luar kota lagi. Ya, ayah mertua Joandra memang bekerja di luar kota, dan itu yang membuat Madam Donna menjadi yang paling berkuasa di kediaman megah itu. “Terima kasih, Jess.” Joandra melangkah mendekat dan mulai menggeser kursi makan di samping istrinya. “Enak saja mempersilakan orang makan! Emang kamu berhak?!” bentak Madam Donna membuat Jessica langsung tersentak, kembali teringat dengan kejadian sebelumnya. “Siapa yang suruh kamu makan di sini?!” Kali ini gantian Joan
Joandra menunduk untuk mengalihkan kotak yang sudah terlungkup tepat di bawah kakinya. Menahan emosinya sekuat tenaga meski nadi-nadi di tangannya sudah terlihat bergerak-gerak tak pada temparnya. Bahkan keringat bulir besar tampak mulai mengalir keluar dari dalam pori-pori seluruh tubuhnya yang memanas secara kilat tanpa bisa diukur dengan derajat.Tiba-tiba Jessica muncul dan berjalan ke arah Joandra. Wanita itu tampak membantu Joandra memunguti beberapa benda yang sudah berhamburan dari dalam kotak yang dilempar oleh Benny tadi.“Dasar adik bodoh! Kamu itu sebaiknya di dalam saja. Masuk sana!” hardik Benny dengan wajah sangarnya.“Dasar anak tak tahu diri! Selamanya hanya menyusahkan dan membuat kesal saja!” bentak Madam Donna sambil bersedekap, menatap geram penuh amarah ke arah Jessica yang sudah berani-beraninya membantu Joandra saat ini.Ingin rasanya Joandra membungkam semua mulut kotor dan kasar itu saat ini juga! Ingin rasanya Joandra menghajar semua mulut dan pandangan yang