Joandra turun ke bawah dan langsung menuju ke ruang makan. Di sana semua tampak sedang duduk menikmati sarapan mereka. Kecuali Jessica yang tampak sibuk dengan pekerjaannya.
“Silakan sarapan Abang Ipar,” kata Jessica mulai memindahkan nasi goreng yang tersisa sedikit di atas mangkuk besar di atas meja makan itu.
Joandra tersenyum mendapati sikap adik iparnya itu yang belum berubah sampai saat ini. Sama seperti sikap ayah mertuanya yang saat ini tak terlihat di sana. Mungkin pria paruh baya itu sudah berangkat ke luar kota lagi. Ya, ayah mertua Joandra memang bekerja di luar kota, dan itu yang membuat Madam Donna menjadi yang paling berkuasa di kediaman megah itu.
“Terima kasih, Jess.”
Joandra melangkah mendekat dan mulai menggeser kursi makan di samping istrinya.
“Enak saja mempersilakan orang makan! Emang kamu berhak?!” bentak Madam Donna membuat Jessica langsung tersentak, kembali teringat dengan kejadian sebelumnya. “Siapa yang suruh kamu makan di sini?!”
Kali ini gantian Joandra yang tersentak. Bentakan ibu mertuanya membuat Joandra tak jadi mendudukkan tubuhnya di sana. Joandra menahan detak jantungnya yang terasa langsung membahana di dalam sana.
“Kalau masih ingin makan gratisan di sini, bawa itu makanan dan makan di belakang sana!” ucap Claudia tampak mendukung ibunya, dan itu membuat Madam Donna serta Benny, abang ipar Joandra, langsung menyengir.
“Ya, betul. Dan jika masih ingin tinggal gratisan di sini, kerjakan pekerjaan mang Jarwo! Bersihkan ruang dan kotoran walet setiap hari!” kali ini Benny yang bersuara.
Joandra mengeraskan rahangnya. Rasanya dia baru terbagun dari tidur panjangnya. Selama ini dia bahkan tak pernah melihat topeng semua manusia busuk yang kini sudah berubah dan memperlakukannya sebegitu rendahnya?!
Joandra berbalik. Mulai melangkah pergi tanpa berkata apa-apa lagi.
“Tunggu Abang Ipar.”
Ternyata Jessica sudah berlari dan menyusulnya. Joandra menoleh saat mendengar suara adik iparnya memanggilnya.
“Ayo kita makan di belakang saja?” tawar Jessica membuat Joandra menelan saliva kasarnya. Bahkan istrinya saja kini memperlakukannya begitu buruk. Dengan alasan apa adik iparnya itu masih begitu baik padanya. Selama ini pun mereka tak begitu dekat.
Joandara akui, selama ini yang mengurus rumah dan makanan di rumah megah itu adalah adik iparnya itu. Joandra juga sering melihat dirinya diperlakukan tak seharusnya, tapi entah kenapa wanita itu terlihat biasa-biasa saja. Padahal tadi tangannya juga sudah terimbas dengan siraman kopi panas. Tak terlihat marah dan dendam sama sekali di wajah bersahaja itu.
“Nggak apa-apa, Jess. Kamu makanlah.”
“Ini buat Abang Ipar,” kembali Jessica menawarkan.
“Buat kamu saja.”
“Jessica bisa memasak lagi nanti. Ayo kita ke belakang,” ajak Jessica langsung berjalan mendahului.
Joandra yang tak tega menolak penawaran tulus itu akhirnya ikut berjalan ke arah belakang. Dan akhirnya mereka makan bersama di belakang sana. Joandra terlihat tersenyum samar. Tampaknya ada sesuatu yang terlewatkan selama ini. Dan Joandra baru menyadari ada banyak hal yang tak diketahuinya selama ini.
Joandra juga mulai merasa penasaran dengan adik ipar ajaibnya itu. Joandra menunda melakukan rencana awalnya, dan saat ini dia sedang berpikir untuk melihat lebih jauh keadaan sebenarnya. Dia harus menguliti semuanya sebelum dia memberikan balasan dan kejutan!
Sudah 1 bulan terakhir ini Joandra benar-benar melakukan apa yang diperintahkan oleh ibu mertua dan abang iparnya. Joandra bangun lebih awal dari biasanya, dan mulai ke belakang untuk membantu pekerjaan Jessica. Setelah itu, Joandra masuk ke gedung sebelah yang berbentuk ruko-ruko itu. Joandara melakukan apa yang Benny inginkan, yaitu membersihkan rumah walet itu dari kotorannya. Joandara bahkan harus mengerjakan semuanya sendirian tanpa di bantu oleh mang Jarwo sama sekali. Dan itu atas perintah Madam Donna dan juga Benny.
Sementara itu, mang Jarwo langsung diberhentikan oleh Benny karena itu akan menghemat pengeluarannya. Semua kerja kasar di sana kini dikerjakan oleh Joandra sendirian.
“Astaga, Abang Ipar sendirian?”
“Eh, kamu Jess?”
Joandra yang sedang sibuk bekerja di dalam rumah walet itu terkejut melihat kedatangan adik iparnya.
“Ya ampun, Abang Ipar keringatan begitu?” kaget Jessika lagi langsung mengusap kening Joandra yang banjir keringat bercampur debu.
Joandra terdiam menegang. Istrinya bahkan tak lagi perduli dengannya dan persetan dengan semua perintah dari ibunya yang diperuntukkan kepadanya. Bahkan kini Joandra sudah tak boleh sekamar lagi dengannya. Joandra kini memang tidur di pondok kecil yang ada tepat di samping gedung walet itu. Dan Joandra bersabar untuk melihat segalanya dengan lebih jelas.
“Ini, minum dulu,” tawar Jessica lagi membuat Joandra langsung tersadar dari lamunannya.
“Oh, iya.”
“Biar aku bantuin Abang Ipar,” kata Jessica mulai berjalan masuk.
“Tidak perlu, aku bisa sendiri Jess.”
“Setidaknya biar cepat selesai.”
Akhirnya Jessica benar-benar membantu Joandra membersihkan kotoran walet yang sangat banyak itu, dan mereka mempackingnya ke dalam karung-karung.
Sekali lagi Joandra merasa begitu tersentuh dengan ketulusan dan kebaikan adik iparnya.
Hari ini Joandra pergi pagi-pagi untuk menyelesaikan urusan pentingnya. Pergi dari pagi hingga siang menjelang, dan ketika pulang ke kediaman Mertuanya malah sesuatu yang hebat sudah menunggunya di sana.
Joandra yang ingin menaiki anak tangga kediaman itu tercekat saat melihat kopernya sudah diletakkan di tangga yang paling bawah. ‘Ada apa lagi ini?’
“Kenapa? Kau heran melihat koper jelekmu ada di luar?!”
Terdengar suara Madam Donna berkata dengan lantangnya.
Joandra terdiam sesaat. Mencerna apa yang sedang dilakukan oleh ibu mertuanya. Begitu Joandra ingin berkata, Benny dan keluarga besar Raharja semuanya terlihat keluar dari dalam sana. Ada Kakek Raharja beserta kedua putranya. Paman Hendro dan paman Faisal yang merupakan adik dari ibu mertua Joandra. Bahkan istri kedua pamannya juga ada di sana, tante Hesty dan tante Fitria. Tampaknya mereka sedang berkumpul.
‘Kenapa mereka semuanya ada di sini?’ batin Joandra penuh rasa penasaran dengan perasaannya yang merasa semakin tak sedap.
Benny keluar dari dalam sana dengan membawa 1 kotak kecil. Kotak itu langsung dilemparkannya ke arah Joandra, dan itu tepat di bawah kaki Joandra yang masih sedang berdiri tak bergeming.
Joandra kembali terkesiap melihat perlakuan abang iparnya kepadanya kali ini.
“Segera angkat kaki dari sini!” ucap Benny setelah selesai melempar kotak ke arah kaki Joandra.
“Dasar sampah!” tampak semua keluarga besar itu tersenyum sinis menatap Joandra penuh cemoohan dan juga tatapan menghina. Seolah dia seperti binatang tak berharga yang begitu menjijikkan dan harus segera disingkirkan.
Sungguh, Joandra tak pernah berpikir jika keluarga istrinya itu akan memperlakukannya sedemikian buruk seperti saat ini!
“Sudah menumpang hidup dan makan di sini, ehh malah berani-beraninya masih kelayapan! Memangnya Kau pikir rumah ini Hotel?! Seenak jidatmu saja!” suara Madam Donna kembali menggema lantang, diikuti tatapan horor dari keluarga besar itu yang seolah ingin menelannya hidup-hidup saat ini juga.
Entah apa yang sudah mereka bahas selama Joandra tak ada. Yang jelas Joandra mulai paham jika selama ini ternyata seluruh keluarga besar itu memang hidup penuh topeng belaka!
Joandra menunduk untuk mengalihkan kotak yang sudah terlungkup tepat di bawah kakinya. Menahan emosinya sekuat tenaga meski nadi-nadi di tangannya sudah terlihat bergerak-gerak tak pada temparnya. Bahkan keringat bulir besar tampak mulai mengalir keluar dari dalam pori-pori seluruh tubuhnya yang memanas secara kilat tanpa bisa diukur dengan derajat.Tiba-tiba Jessica muncul dan berjalan ke arah Joandra. Wanita itu tampak membantu Joandra memunguti beberapa benda yang sudah berhamburan dari dalam kotak yang dilempar oleh Benny tadi.“Dasar adik bodoh! Kamu itu sebaiknya di dalam saja. Masuk sana!” hardik Benny dengan wajah sangarnya.“Dasar anak tak tahu diri! Selamanya hanya menyusahkan dan membuat kesal saja!” bentak Madam Donna sambil bersedekap, menatap geram penuh amarah ke arah Jessica yang sudah berani-beraninya membantu Joandra saat ini.Ingin rasanya Joandra membungkam semua mulut kotor dan kasar itu saat ini juga! Ingin rasanya Joandra menghajar semua mulut dan pandangan yang
Sapaan itu tak dijawab Joandra. Wajah tegas penuh wibawa kini sudah menghiasi wajah penuh senyuman saat berada di kediaman Madam Donna. Terlebih ketika berhadapan dengan Jessica. Gadis muda yang mampu membuat Joandra mengubah segala rencana awalnya, dan sudah mengorbankan harga dirinya demi mengenal lebih jauh tentang siapa adik iparnya tersebut.Pintu mobil mewah itu langsung ditutup sang supir ketika Joandra sudah duduk di dalam. Kedua anggota berseragam hitam itu juga sudah selesai memasukkan barang Joandra di bagasi dan kini sudah duduk rapi di belakang sana. Diam dan menunggu perintah yang selanjutnya dari sang tuan Presdir mereka.Ricko dan Leonal. Mereka berdua adalah orang kepercayaan Joandra selama ini. Segala urusan di perusahaan pusat dan cabangnya hampir 2 bulan ini ditangani oleh kedua orang hebatnya itu. Hanya saat membutuhkan tandatangannya saja Joandra harus turun tangan sendiri.“Apa semuanya aman?!”Suara Joandra bertanya tegas, membuat Ricko dan Leonel yang duduk t
Joandra yang tak perduli langsung masuk ke dalam lift dan langsung naik ke lantai atas di mana ruangan sahabatnya itu berada.“Tuan sudah membuat janji?” tanya sang Sekretaris yang juga sudah sangat dikenal Joandra. Wajah wanita itu terlihat pias melihat Joandra tak menggubrisnya dan langsung melangkah ke arah pintu ruangan khusus CEO.Cklek!Joandra langsung membuka pintu itu tanpa mengetuk sama sekali.Joandra berdiri terpaku menyaksikan ada 4 sahabatnya di dalam sana yang 3 diantaranya sudah dihubungi tadinya. Ada 4 wanita berpakaian kurang bahan yang tampak sedang duduk di samping masing-masing sahabatnya, yang tampaknya sedang menenggak minuman sore-sore seperti ini.“Dika, kamu di sini juga?” tanya Joandra pada sahabatnya Handika yang tadi tak dihubunginya.Tentu saja keempat sahabatnya itu sudah mengetahui, dan mungkin juga sudah membicarakannya sejak tadi.“Lancang sekali Lu masuk tanpa ijin dariku, Jo?!”Davinson berteriak kencang sambil berdiri dari duduknya. Menatap horor k
“Tenang, semua urusan akan dihandle oleh pengganti khusus yang sudah dipilih oleh Tuan Besar pemilik The Lion Bank sendiri. Pria muda bertalenta yang sangat luar biasa.”Mendengar kalimat itu membuat Kakek Raharja mengurut dadanya. Mulai bisa bernapas sedikit lega. Ya, dia harus segera mendapatkan pinjaman kalau tak ingin menjual assetnya secara perlahan. “Apa masih lama?”“Harusnya pengganti khusus Tuan Besar akan datang mengurus masalah ini sebentar lagi. Karena Beliau saat ini sedang ada acara lain dengan kolega penting dari Luar Negeri untuk membahas proyek baru mereka yang akan dibangun di Jepang.”Dada Kakek Raharja langsung terlonjak kaget. Sungguh perkataan Ricko barusan semakin membuat mata Kakek Raharja tidak bisa berkedip. Sama seperti semua pasang mata yang saat ini sedang duduk di sana.‘Ya ampun, seberapa hebat pemilik The Lion Bank itu?! Proyek barunya ada di Negeri Matahari Terbit?! Sungguh ini tidak bisa dipercaya. Dan dia mempercayakan semuanya pada pria muda pilihan
Pria muda itu masuk dan langsung berjalan ke arah Ricko. Berbisik sesaat dan lalu mulai duduk di sisi kiri kursi kebesaran yang hanya ada 1 di sana.Pria itu tak menyapa. Hanya diam dan mulai membuka dokumen yang tadi dibawanya. Tampak begitu fokus dan kembali memeriksa dokumen penting yang akan diserahkannya pada tuan Presdirnya sesaat lagi.“Tuan, apa kita bisa mulai bahas sekarang?”Terdengar suara Kakek Raharja. Pria tua itu bertanya dengan suaranya yang sedikit bergetar. Heran melihat orang penting yang ditunggunya tak menyapa sama sekali. Tapi, dia juga tak sabar ingin segera membahas masalah inti pertemuan malam ini.“Tunggu sebentar lagi, Kakek Raharja. Tuan Presdir kami akan tiba sesaat lagi,” ujar pria yang baru masuk itu, yang tentu saja tak lain tak bukan adalah Leonal.Hening.Ternyata dugaan mereka tadi salah. Pria berjas hitam itu bukanlah Sultan yang mereka tunggu.Semua wajah kini terlihat terdiam dan kembali tampak menegang. Jelas di dalam pikiran mereka semua isinya
Semua tampak terpaku dan tercengang melihat siapa orang yang sejak tadi mereka tunggu. Terlebih Benny yang selama ini selalu menindas dan memerintah Joandra tanpa jeda.Benny, Tuan Faisal, dan tuan Hendro saling menatap tak percaya. Sungguh ini bagai sebuah lelucon di mata mereka. Tapi, melihat Joandra begitu dihormati dan begitu diagungkan di sana, membuat mereka yang selama ini selalu menghinanya menjadi bungkam tak bernyali.Mata Claudia terlihat bersinar-sinar mendapati suaminya kini ternyata kembali menjadi orang yang begitu berkuasa. Dan yang lebih mengejutkan, kali ini Joandra merupakan pemegang kendali pada pusat The Lion Bank. Ternyata kehilangan 1 perusahaannya, membuat suaminya mendapatkan sesuatu yang lebih dan dalam tempo sesingkat ini?! Ya, kali ini sudah tentu dia tidak akan melepaskan suaminya itu walau apa pun yang akan terjadi. Pikirannya yang tadi berubah kini langsung berbelok ketika mengetahui ternyata suaminya itu yang menjadi pengganti khus
Selama ini, segala keadaan tuan presdirnya sudah mereka ketahui dengan jelas. Bahkan mereka saja tak berani membantah perintah tuan presdirnya. Sedangkan keluarga besar itu? malah begitu berani memperlakukan tuan presdir yang merupakan putra pewaris tunggal dari keluarga besar Dinata yang merupakan Konglomerat nomor 1 di sana, seperti seekor binatang saja.“Joandra adalah suami saya. Memangnya kenapa Anda masih bertanya?! Memangnya ini masalah Anda?!” balas Claudia yang kaget melihat tangannya sudah dicekal sedemikian rupa oleh salah satu orang kepercayaan Joandra.Claudia melihat ke arah Joandra seakan menunggu Joandra membelanya dan memarahi asistennya yang sudah begitu kurang ajar karena mencekal tangannya begitu kencang.“Suami? Bukankah saat itu kamu sudah mengakhiri segalanya, Claudia? Saat ini, kita tidak memiliki hubungan apa-apa lagi.”Joandra menjawab santai sambil terus melihat ke arah mata Jessica yang saat ini sedang menatap ke arahnya juga. Gadis kecil berhati malaikat y
“Tante juga minta maaf, Joandra. Tante sadar jika kemarin Tante sudah memperlakukanmu kurang baik. Dan jika Joandra bersedia menjadi suami Henaya, Tante janji akan memperlakukanmu dengan baik dan Henaya juga akan melayanimu denganlebihbaik. Henaya akan segera memberikanmu keturunan seperti yang kamu impikan selama ini.”Terdengar suara nyonya Hesty menyambung di akhir ucapan Madam Donna. Tampaknya wanita paruh baya itu juga tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan luar biasa yang saat ini sudah dimilikinya ketika mendengar ucapan Kakek Raharja tadinya. Ya, mereka semuanya tahu jelas jika selama ini Claudia memang belum ingin mengandung dan itu karena karirnya.“Gizela pasti akan melayanimu dengan lebih Sempurna, Joandra. Dan sudah tentu Tante serta Paman akan memperlakukan kamu menjadi menantu terbaik yang kami miliki dan satu-satunya yang paling spesial. Kamu adalah pria terbaik dan begitu cemerlang, jangan sampai kamu salah lagi memil