Tanpa berkata apa pun Joandra langsung menggendong tubuh Jessica dengan kedua lengan kekarnya, berniat memindahkan gadis kecilnya itu ke atas pembaringannya yang nyaman di sana.Jessica yang baru saja memejamkan matanya langsung terkejut besar ketika melihat wajah Joandra sudah berada di depan matanya, dan tubuhnya juga sudah terangkat sempurna.“A-abang n-ngapain?!”“Dasar Gadis nakal. Disuruh tidur di ranjang malah tidur di atas sofa.”“T-tapi Jessica, i-itu ...,” gugup Jessica kehabisan kata-kata entah tidak berani mengeluarkan pendapatnya.“Kenapa? Jessica takut tidur sama Abang, begitu? Emang wajah Abang ini terlihat seperti seorang penjahat? Kemarin saja Jessica yang minta Abang temani tidurnya, dasar.”“T-tapi i-itu ....”“Apanya? Ya sudah, kamu tidur saja di sini.”Joandra membaringkan gadis kecilnya di atas ranjang king size itu di atas bantalnya t
Setelah melihat jarum jam menunjukkan hampir pukul 7, Joandra segera menutup laptopnya dan langsung menyimpannya kembali ke dalam tas kerjanya. Joandra lalu mulai berdiri sambil sedikit meregangkan pinggang kekarnya yang terasa kaku akibat sudah duduk terlalu lama.Joandra berjalan ke arah pintu kamar dan langsung masuk ke dalam sana. Melihat Jessica masih juga tertidur dengan posisinya seperti semalam, Joandra mengembangkan senyumnya.‘Nyenyak banget tidurmu. Apa kamu sangat kelelahan ... Bidadariku? Istirahatlah sepuasmu ....’Joandra kembali tersenyum sambil membenarkan selimut yang sedikit turun ke bawah. Joandra lalu mengambil sesuatu dari dalam laci di nakasnya, lalu mulai sibuk melakukan sesuatu dengan membuka ponsel jadul milik Jessica.Selesai sarapan di lantai bawah, Joandra segera masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobil mewahnya ke Perusahaan pusatnya yang mencakup semua bidang bisnis yang dimilikinya.Perusahaan Pusat itu sangat besar, karena di sana ada puluhan bagian
Jessica yang heran langsung membuka beberapa notif pesan yang masuk ke dalam ponsel itu.[Jess, ponsel ini untukmu. Abang keluar kerja dulu, nanti malam Abang akan kembali.]Itu adalah bunyi pesan pertama dari kontak whatshapp Joandra, karena namanya memang pun sudah tertulis di sana. Malah foto profilnya juga terlihat senyuman wajahnya yang sangat manis di sana.Jessica tersenyum-senyum melihat itu, dan lalu kembali melanjutkan membaca pesan yang masuk dengan jeda waktu beberapa menit dari pesan pertama.[Jessica belum bangun ya? Nanti kalau sudah bangun segera ke bawah untuk sarapan.]Jessica terdiam. Matanya segera melihat ke arah jam yang sudah menunjukkan hampir pukul 10 siang, dan mata indah itu lalu kembali melihat ke arah waktu pesan itu dikirimkan oleh Joandra.“Astaga. Sudah hampir 2 jam pesan ini dikirim bang Joan?! Aduh! Aku harus bilang apa?!”Jessica yang merasa sangat bersalah karena pagi tadi dia tidak bang
Selesai makan siang bersama kliennya, Joandra langsung tancap gas ke Jakarta Timur menuju PT. Lion Kingbirds yang merupakan pabrik sarang burung walet terbesar di sana. Joandra mengendarai mobilnya sendirian, sementara Ricko sudah pulang ke Perusahaan pusat The Lion Group menggunakan taxi untuk mengurus segala urusan di sana.Sibuk dengan semua kegiatannya membuat Joandra belum sempat melihat pesan yang masuk ke dalam ponselnya, dan Joandra saat ini malah sedang rapat bersama anggota tim penanggungjawab yang ditugaskannya di pabrik waletnya, guna mencari penyebab yang sesungguhnya sudah membuat timbulnya permasalahan yang akan menghambat kelanjutan produktifitas mereka di pabrik saat ini.Joandra ingin semuanya terencana dengan sempurna, baik dalam menghasilkan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang, karena Joandra tidak ingin produktifitas yang dihasilkan oleh pabriknya hanya mengacu pada keuntungan materi atau profit saja tanpa mengindahkan hal yang lainnya. Seb
“Nanti aja pijitnya. Perut Abang sudah lapar gara-gara Jessica kebanyakan nanya.”Joandra segera turun dari ranjang itu meninggalkan Jessica yang melongo dengan keningnya yang kembali terlihat mengkerut.“Loh, koq?!”“Ayo kita makan dulu.”“Hah?!”Joandra segera menyambar baju santainya dari dalam lemari dan langsung memakainya. Kemudian dia berjalan keluar dari dalam kamarnya sambil menarik tangan Jessica yang terpaku tidak bergeming melihat Joandra yang selalu berubah dalam sekejap.Makan malam itu berlangsung santai dan dua makhluk berbeda jenis kelamin itu terlihat seperti pasangan pengantin baru yang baru pulang dari nikahan saja, akibat rasa kikuk dan malu yang terlihat dari Jessica ketika mendapati Joandra terus mengambilkan lauk-pauk untuknya. Terlihat begitu perhatian dengannya. Apakah mereka memang sudah sedekat itu?! Entahlah. Antara yakin atau tidak, tapi rasanya hubungan mereka ber
“Gak usah. Abang sudah mau tidur,” jawab Joandra dengan tidak bersemangat. Lebih tepatnya tidak ingin menjebak dirinya dengan pesona Jessica dan juga kekuatan cintanya yang tidak bertepi.“Ayolah. Tadi Abang minta dipijitin. Kok sekarang nggak jadi?” tanya Jessica dengan tatapan kecewanya, karena sudah seharian ini dia tidak bekerja sama sekali di rumah gedong itu. Bagaimana pun, memang Joandra yang sudah membantu keluarga besarnya untuk mendapatkan pinjaman pada bank raksasa itu. Dan tugas utamanya memang membantu dan bekerja untuk mantan abang iparnya itu.“Itu kan tadi.”“Jadi ... apa pekerjaan Jessica? Katanya mijitin Abang. sekarang nggak jadi juga. Jadi apa gunanya Jessica tinggal di sini?”“Jadi kamu nggak suka tinggal di sini?”“Bukan nggak suka. Tapi nggak ada yang dikerjakan. Ngapanin juga kan? Abang bohong.”Joandra kembali membuka matanya yang sejak tadi sudah dipejamkannya meski pikirannya masih terus bekerja. Kali ini mata Joandra langsung melihat ke arah gadis kecilnya
Joandra menelan salivanya dengan kasar hingga beberapa kali, sambil dia terus menenangkan dan mencoba mengendalikan dirinya dari perasaan yang sungguh membuat dirinya cukup tersiksa.Tiba-tiba kedua ujung bibir Joandra membentuk sebuah garis lengkung ke arah atas. Dia tersenyum, akibat merasakan perasaannya yang sesungguhnya terlalu senang dan bahagia. Melihat Jessica mendekapnya seperti itu, rasanya dia tidak tahan untuk melakukan sesuatu dengan segenap cinta dan kasih sayang yang dimilikinya. Tapi, tiba-tiba Joandra kembali teringat dengan apa yang sudah dikatakan oleh Jessica ketika mereka jalan-jalan di taman semalam, dan itu kembali membuat hati Joandra merasa teremas.Ketika bibirnya masih mengulum senyum bahagianya, mata Jessica terlihat mengerjap-ngerjap pelan.Dengan cepat Joandra memposisikan bibirnya pada keadaan semula dan terlihat biasa-biasa saja.“Kamu sudah bangun, Jess?” tanya Joandra ketika mata itu langsung menatapnya tajam
“Hahaa, makanya jangan nangis lagi dong. Kalau nangis lagi kita mandi bareng,” bisik Joandra lagi semakin membuat Jessica merasa kepanikan yang sangat.Kedua telapak tangan itu langsung terbuka. Wajah cantik yang terlihat basah itu muncul seketika.“Iya, iya. Jessica nggak nangis lagi.”“Dasar bayi besar. Nangisnya sampai segitunya,” ujar Joandra yang terkesiap melihat wajah basah gadisnya, pertanda candaannya memang sudah kelewatan dan sudah membuat gadisnya itu merasa ketakutan.Begitulah yang terjadi, dan bias-bias kasih sayang penuh cinta itu mulai terpupuk meski hanya samar-samar saja. Akhirnya mereka berdua bergantian untuk membersihkan diri mereka masing-masing, sebelum mereka berdua turun ke bawah untuk sarapan pagi bersama-sama.-“Yang benar saja?! Memangnya kamu sudah mencari ke semua tempat?!”Saat ini Madam Donna sedang terkejut besar ketika dia mendengar putri sulungnya men