Joandra menelan salivanya dengan kasar hingga beberapa kali, sambil dia terus menenangkan dan mencoba mengendalikan dirinya dari perasaan yang sungguh membuat dirinya cukup tersiksa.
Tiba-tiba kedua ujung bibir Joandra membentuk sebuah garis lengkung ke arah atas. Dia tersenyum, akibat merasakan perasaannya yang sesungguhnya terlalu senang dan bahagia. Melihat Jessica mendekapnya seperti itu, rasanya dia tidak tahan untuk melakukan sesuatu dengan segenap cinta dan kasih sayang yang dimilikinya. Tapi, tiba-tiba Joandra kembali teringat dengan apa yang sudah dikatakan oleh Jessica ketika mereka jalan-jalan di taman semalam, dan itu kembali membuat hati Joandra merasa teremas.
Ketika bibirnya masih mengulum senyum bahagianya, mata Jessica terlihat mengerjap-ngerjap pelan.
Dengan cepat Joandra memposisikan bibirnya pada keadaan semula dan terlihat biasa-biasa saja.
“Kamu sudah bangun, Jess?” tanya Joandra ketika mata itu langsung menatapnya tajam
“Hahaa, makanya jangan nangis lagi dong. Kalau nangis lagi kita mandi bareng,” bisik Joandra lagi semakin membuat Jessica merasa kepanikan yang sangat.Kedua telapak tangan itu langsung terbuka. Wajah cantik yang terlihat basah itu muncul seketika.“Iya, iya. Jessica nggak nangis lagi.”“Dasar bayi besar. Nangisnya sampai segitunya,” ujar Joandra yang terkesiap melihat wajah basah gadisnya, pertanda candaannya memang sudah kelewatan dan sudah membuat gadisnya itu merasa ketakutan.Begitulah yang terjadi, dan bias-bias kasih sayang penuh cinta itu mulai terpupuk meski hanya samar-samar saja. Akhirnya mereka berdua bergantian untuk membersihkan diri mereka masing-masing, sebelum mereka berdua turun ke bawah untuk sarapan pagi bersama-sama.-“Yang benar saja?! Memangnya kamu sudah mencari ke semua tempat?!”Saat ini Madam Donna sedang terkejut besar ketika dia mendengar putri sulungnya men
Setelah berkata tegas Joandra kembali menepis lengan Claudia dan melangkah pergi dengan langkah panjangnya.Kali ini Claudia tidak lagi mengejar langkah panjang Joandra yang terlihat melangkah begitu cepat. Pengakuan Joandra barusan benar-benar membuat jantung Claudia hampir berhenti, apa lagi Madam Donna. Tampaknya kali ini wanita paruh baya itu memang tidak bisa mengharapkan putri sulungnya itu lagi, seketika Madam Donna mulai menyusun strateginya di dalam hati.“Ibu. Apa Ibu mendengar apa yang dikatakan Joan? Ternyata benar dia menyukai Jessica, Ibu. Aku harus bagaimana?!”Claudia tercenung mendapati dirinya benar-benar sudah kalah oleh adiknya yang tidak berpendidikan dan tidak pernah masuk ke dalam kategori wanita cantik itu. Di dalam pikirannya selama ini, Jessica sama seperti pembantu yang hanya pantas menjadi pesuruh dan pembokatnya saja.Madam Donna hanya diam tak berkutik. Dia melihat jelas semua pembicaraan dan sikap Joandra kepada Claudia. Dan itu memang terlihat sekali ji
‘Oh ... jadi wanita ini gebetannya? ... pantas saja.’Jessica membatin sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain ketika saat ini wanita cantik itu terlihat sedang mendekap tubuh Joandra dengan santainya. Tampaknya mereka memang sudah kenal lama, dan itu semakin membuat Jessica merasa salah tingkah berada di antara dua manusia berlainan jenis kelamin yang terlihat sedang melepaskan rasa raga kangen mereka.Setelah menghentikan langkahnya, tiba-tiba Jessica langsung berbalik untuk keluar dari dalam ruangan itu. Dia pikir dia mungkin sudah terlalu lancang masuk ke dalam sana tanpa bertanya terlebih dahulu.Entah kenapa pula saat ini rasa hatinya seperti sedang teremas, dan itu membuat sesak di dadanya. Bahkan terasa desiran kesakitan yang sangat di dalam sana.“Hei, kamu mau ke mana Jess? Ayo ke sini.”Joandra menyadari sikap aneh Jessica sejak tadi. Dan melihat gadis kecilnya itu sudah berbalik, dia segera memanggil untuk menghentikannya.“Huh? J-Jessica mau ke luar dulu sebentar, Ba
Pesan yang sarat dengan nada perintah itu membuat mata Daffa dan Siska langsung memebelalak lebar tak percaya. Namun sejenak kemudian ketiganyap langsung tertawa terbahak-bahak.“Siap pak Komandan!” jawab Daffa bergurau sambil mengangkat sebelah tangannya untuk memberi hormat seperti seorang tentara.“Pesan jagainnya sama Buaya. Hati-hati saja kalau nanti dimangsa dan diterkam buaya itu sendiri,” kembali Siska berkata menyindir Daffa.“Hahaa! Kata orang-orang selagi janur kuning belum melengkung, itu tandanya masih milik bersama.”“Daf! Lo gak seriuskan ngomong kayak gitu?!” Joandra kembali menanggapi dengan tegas.“Canda doank Bro, canda!”“Bagus kalau begitu. Ya udah, jangan lupa jadwalnya full senin sampai kamis, selain hari itu jangan diganggu gugat!”“Paham Pak Sultan!”Siska dan Daffa menjawab bersamaan sambil kembali mengundang tawa mereka bertiga.Jessica yang sejak tadi hanya diam mendengar dan melihat Joandra berinteraksi menyadari sesuatu hal yang baru lagi. Ya, Joandra ter
Jessica yang sejak tadi begitu resah karena melihat Joandra sudah menghabiskan makanannya sementara dia masih lumayan banyak, terus berusaha menghabiskan makannya dengan cepat hingga akhirnya wanita itu tersedak.“Uhukk! Uhukkkk!”“Jess! Kamu kenapa?!”Joandra segera bangkit dan berjalan begitu cepat ke arah Jessica. Segera meminumkan air mineral pada gadisnya sambil menepuk pelan punggung kecil itu.“Pelan-pelan dong makannya,” Joandra berkata pelan dengan keningnya yang terlihat mengkerut. Bahkan melihat gadis pujaan hatinya tersedak seperti ini saja dia sudah tidak tega, apa lagi jika nanti hati gadisnya itu dilukai.“Mmm ... maaf ya Bang. Jessica cuma keselek aja,” ujar Jessica sambil menahan debaran di dalam hatinya. Joandra terus mengusap punggungnya, dan Jessica menelan salivanya kasar takut dalaman branya akan ikut terasa oleh telapak tangan kekar mantan abang iparnya.“Makanya ma
“Kita mau ke mana lagi sekarang, Bang? Kita nggak jadi pulang?” Begitu mobil berbelok ke arah lain, Jessica kembali bertanya dengan keningnya yang terlihat mengkerut. “Kita ke satu tempat dulu,” kilah Joandra yang memang sudah merubah semua rencananya hari ini, dan itu disebabkan perkataan gadis kecilnya itu. “Tapi ... Jessica sudah capek. Kita pulang saja.” “Bentar aja.” Tidak terdengar lagi bantahan, dan Joandra terus melajukan mobil mewahnya ke arah jalan yang belum pernah Jessica lewati sama sekali. “Yeyyy! Abang pulang!” Begitu pintu kediaman megah itu dibuka, seorang gadis lincah berlari menyongsong ke arah kedatangan Joandra. Gadis berumur kisaran 20 tahunan itu langsung mendekap tubuh Joandra dan langsung meloncat bergelantungan di leher Joandra. Joandra mengembangkan senyum dan langsung mengangkat tubuh adik satu-satunya yang selama ini begitu disayanginya. Mendekap tubuh itu dengan sayangnya. “Bagaimana kabarmu?” Setelah mengangkat tubuh gadis muda itu Joandra langs
Dengan gerakan cepat Jessica segera naik dan duduk di kursi jok depan. Tempat duduknya tadi.Joandra mengembangkan senyum simpulnya ketika melihat wajah Jessica yang kian hari kian mempesonanya. Entah kenapa wajah gadisnya itu terlalu jujur dan polos, sehingga apa yang sedang dirasakannya akan bisa dilihat dan dibaca jelas oleh Joandra.Mobil yang baru saja akan dijalankan Joandra kembali berhenti. Joandra melepaskan seatbeltnya dan langsung mencondongkan tubunya ke arah Jessica.Aroma maskulin dari tubuh Joandra membuat Jessica mendelikkan matanya. Dia begitu kaget ketika melihat wajah Joandra tiba-tiba sudah ada di depan mukanya, bahkan hidung mancung mereka berdua hampir tersenggol satu sama lainnya.“K-kenapa?!” tanya Jessica tanpa berani melepaskan udara yang sedang tertahan di hidungnya.Klik! Joandra memasang seatbelt tanpa menjawab pertanyaan Jessica terlebih dahulu.Udara yang dihembuskan Joandra dari hidungnya membuat Jessica menelan salivanya kasar. Dia masih terdiam tegang
Joandra yang bingung langsung mencecer Jessica dengan berbagai pertanyaan. Joandra pikir gadis pujaan hatinya itu sudah mengerti, ternyata sampai saat ini gadisnya itu masih belum sadar jika dia memang sudah didaftarkan di Universitas ternama itu. Satu-satunya Kampus unggulan yang ada di sana.“T-tapi ... Jessica sudah hampir 2 tahun ini nggak sekolah Bang. Apa Jessica masih bisa? L-lagian ... biaya sekolah di sana kan sangat mahal. Bagaimana nanti Jessica melunasinya?”Joandra terdiam ketika mendengar jawaban gadis kecilnya sekaligus pertanyaannya. Memang, sungguh gadis kecilnya itu terlalu polos dan masih kurang percaya diri. Oleh karena itu lah sesungguhnya yang membuat Joandra mulai ingin membentuk diri yang lebih tangguh di dalam pribadi istri kecilnya itu agar tidak dimanfaatkan oleh orang lain lagi termasuk keluarganya sendiri. Dan tentu saja Joandra harus melakukannya step by step mulai sekarang juga.“Abang kan sudah kerja. Kamu tenang saja, itu semuanya memang nggak gratis k