“Kamar Jessica di atas juga ya?”“Hmm.”“Siapa saja yang tinggal di sini?”“Cuma kita.”“Ini rumah siapa?”“Rumah Pak Boss.”“Oh ya?! Kenapa kita tinggal di sini?”“Hmm. Dia sedang sibuk di Luar Negeri. Makanya dia mempercayakan kita untuk menjaga assetnya sementara ini.”“Oh begitu. Pantesan. Jadi, Abang nggak bohong kan sama Jessica? Mobil mewah itu memang benar mobil Boss ya? Bukan mobil Abang ya kan?” tanya Jessica panjang lebar.“Ya ampun. Sejak kapan kamu jadi bawel begini Jess?”“Eh ... hehee, iya. Maaf, Jessica cuma merasa penasaran saja,” Jessica yang tersadar langsung terkekeh pelan dengan wajahnya yang terasa memanas. Malu karena sudah bertanya terlalu banyak. Tapi, dia juga merasa begitu heran karena mobil mewah itu terus dipakai oleh mantan abang iparnya itu.Joandra bingung harus bagaimana menjelaskan segalanya. Lagian saat ini bukan waktu yang tepat untuk dia mengatakan segalanya pada Jessica. Yang jelas, Joandra ingin nantinya Jessica melihat kenyataan dengan mata kepa
Jessica menjawab kaget dengan suaranya yang melengking saking bisingnya alat pengering rambut yang masih terus menyala.Joandra tidak memperdulikan itu dan terus melanjutkan kegiatan untuk mengeringkan rambut Jessica yang panjang dan masih lembab. Lengan kekarnya itu terlihat sedikit kaku, dan mungkin itu dikarenakan dia baru pertama kali melakukan hal tersebut pada rambut wanita, apa lagi rambut Jessica sepanjang itu.Jessica terdiam dan terus memperhatikan wajah serius Joandra dari kaca pantul di depannya. Ya, Jessica mengakui jika wajah mantan abang iparnya itu memang sangat tampan. Selama ini ketampanan Joandra bahkan tak pernah diperhatikannya sedemikian rupa.Asli. Wajah tampan itu benar-benar begitu mempesona hingga membuat dentum di dalam dada Jessica terus berkumandang, dan itu kembali membuat rasa resah dan takut muncul begitu saja.Selesai mengeringkan rambut panjang gadisnya, Joandra langsung mematikan hair dryer itu.“Sudah selesai,” ucap Joandra sambil meletakkan hair dr
Tanpa berkata apa pun Joandra langsung menggendong tubuh Jessica dengan kedua lengan kekarnya, berniat memindahkan gadis kecilnya itu ke atas pembaringannya yang nyaman di sana.Jessica yang baru saja memejamkan matanya langsung terkejut besar ketika melihat wajah Joandra sudah berada di depan matanya, dan tubuhnya juga sudah terangkat sempurna.“A-abang n-ngapain?!”“Dasar Gadis nakal. Disuruh tidur di ranjang malah tidur di atas sofa.”“T-tapi Jessica, i-itu ...,” gugup Jessica kehabisan kata-kata entah tidak berani mengeluarkan pendapatnya.“Kenapa? Jessica takut tidur sama Abang, begitu? Emang wajah Abang ini terlihat seperti seorang penjahat? Kemarin saja Jessica yang minta Abang temani tidurnya, dasar.”“T-tapi i-itu ....”“Apanya? Ya sudah, kamu tidur saja di sini.”Joandra membaringkan gadis kecilnya di atas ranjang king size itu di atas bantalnya t
Setelah melihat jarum jam menunjukkan hampir pukul 7, Joandra segera menutup laptopnya dan langsung menyimpannya kembali ke dalam tas kerjanya. Joandra lalu mulai berdiri sambil sedikit meregangkan pinggang kekarnya yang terasa kaku akibat sudah duduk terlalu lama.Joandra berjalan ke arah pintu kamar dan langsung masuk ke dalam sana. Melihat Jessica masih juga tertidur dengan posisinya seperti semalam, Joandra mengembangkan senyumnya.‘Nyenyak banget tidurmu. Apa kamu sangat kelelahan ... Bidadariku? Istirahatlah sepuasmu ....’Joandra kembali tersenyum sambil membenarkan selimut yang sedikit turun ke bawah. Joandra lalu mengambil sesuatu dari dalam laci di nakasnya, lalu mulai sibuk melakukan sesuatu dengan membuka ponsel jadul milik Jessica.Selesai sarapan di lantai bawah, Joandra segera masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobil mewahnya ke Perusahaan pusatnya yang mencakup semua bidang bisnis yang dimilikinya.Perusahaan Pusat itu sangat besar, karena di sana ada puluhan bagian
Jessica yang heran langsung membuka beberapa notif pesan yang masuk ke dalam ponsel itu.[Jess, ponsel ini untukmu. Abang keluar kerja dulu, nanti malam Abang akan kembali.]Itu adalah bunyi pesan pertama dari kontak whatshapp Joandra, karena namanya memang pun sudah tertulis di sana. Malah foto profilnya juga terlihat senyuman wajahnya yang sangat manis di sana.Jessica tersenyum-senyum melihat itu, dan lalu kembali melanjutkan membaca pesan yang masuk dengan jeda waktu beberapa menit dari pesan pertama.[Jessica belum bangun ya? Nanti kalau sudah bangun segera ke bawah untuk sarapan.]Jessica terdiam. Matanya segera melihat ke arah jam yang sudah menunjukkan hampir pukul 10 siang, dan mata indah itu lalu kembali melihat ke arah waktu pesan itu dikirimkan oleh Joandra.“Astaga. Sudah hampir 2 jam pesan ini dikirim bang Joan?! Aduh! Aku harus bilang apa?!”Jessica yang merasa sangat bersalah karena pagi tadi dia tidak bang
Selesai makan siang bersama kliennya, Joandra langsung tancap gas ke Jakarta Timur menuju PT. Lion Kingbirds yang merupakan pabrik sarang burung walet terbesar di sana. Joandra mengendarai mobilnya sendirian, sementara Ricko sudah pulang ke Perusahaan pusat The Lion Group menggunakan taxi untuk mengurus segala urusan di sana.Sibuk dengan semua kegiatannya membuat Joandra belum sempat melihat pesan yang masuk ke dalam ponselnya, dan Joandra saat ini malah sedang rapat bersama anggota tim penanggungjawab yang ditugaskannya di pabrik waletnya, guna mencari penyebab yang sesungguhnya sudah membuat timbulnya permasalahan yang akan menghambat kelanjutan produktifitas mereka di pabrik saat ini.Joandra ingin semuanya terencana dengan sempurna, baik dalam menghasilkan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang, karena Joandra tidak ingin produktifitas yang dihasilkan oleh pabriknya hanya mengacu pada keuntungan materi atau profit saja tanpa mengindahkan hal yang lainnya. Seb
“Nanti aja pijitnya. Perut Abang sudah lapar gara-gara Jessica kebanyakan nanya.”Joandra segera turun dari ranjang itu meninggalkan Jessica yang melongo dengan keningnya yang kembali terlihat mengkerut.“Loh, koq?!”“Ayo kita makan dulu.”“Hah?!”Joandra segera menyambar baju santainya dari dalam lemari dan langsung memakainya. Kemudian dia berjalan keluar dari dalam kamarnya sambil menarik tangan Jessica yang terpaku tidak bergeming melihat Joandra yang selalu berubah dalam sekejap.Makan malam itu berlangsung santai dan dua makhluk berbeda jenis kelamin itu terlihat seperti pasangan pengantin baru yang baru pulang dari nikahan saja, akibat rasa kikuk dan malu yang terlihat dari Jessica ketika mendapati Joandra terus mengambilkan lauk-pauk untuknya. Terlihat begitu perhatian dengannya. Apakah mereka memang sudah sedekat itu?! Entahlah. Antara yakin atau tidak, tapi rasanya hubungan mereka ber
“Gak usah. Abang sudah mau tidur,” jawab Joandra dengan tidak bersemangat. Lebih tepatnya tidak ingin menjebak dirinya dengan pesona Jessica dan juga kekuatan cintanya yang tidak bertepi.“Ayolah. Tadi Abang minta dipijitin. Kok sekarang nggak jadi?” tanya Jessica dengan tatapan kecewanya, karena sudah seharian ini dia tidak bekerja sama sekali di rumah gedong itu. Bagaimana pun, memang Joandra yang sudah membantu keluarga besarnya untuk mendapatkan pinjaman pada bank raksasa itu. Dan tugas utamanya memang membantu dan bekerja untuk mantan abang iparnya itu.“Itu kan tadi.”“Jadi ... apa pekerjaan Jessica? Katanya mijitin Abang. sekarang nggak jadi juga. Jadi apa gunanya Jessica tinggal di sini?”“Jadi kamu nggak suka tinggal di sini?”“Bukan nggak suka. Tapi nggak ada yang dikerjakan. Ngapanin juga kan? Abang bohong.”Joandra kembali membuka matanya yang sejak tadi sudah dipejamkannya meski pikirannya masih terus bekerja. Kali ini mata Joandra langsung melihat ke arah gadis kecilnya