Share

Menemui Kaisar

Penulis: Queen Mikayla
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-13 12:20:13

Aluna baru saja sampai di tempat yang di share oleh orang itu. Dan kini Aluna–duduk dengan tenang di sudut ruangan sebuah restoran mewah yang cukup sepi. Hanya ada beberapa orang saja dan privasi akan terjamin.

Tempat ini sepertinya dipilih dengan sangat hati-hati dan jauh dari keramaian–seolah tahu jika Aluna tidak ingin siapa pun tahu tentang pertemuannya kali ini.

Tak lama kemudian, seorang pria berwajah tampan dan berkharisma masuk ke ruangan, mengenakan setelan jas hitam. "Akhirnya kau menemuiku juga, Nona Chandra!"

Kaisar Amarta, penguasa paling berpengaruh di negeri, selama ini menunggu kesempatan untuk bertemu langsung dengan Aluna, pewaris keluarga Chandra yang dikabarkan menghilang.

"Jadi, kamu Kaisar Amarta?” tanya Aluna.

“Ya, Nona Chandra. Saya Kaisar Amarta,” jawabnya dengan senyuman lebar. “Orang kepercayaan keluarga Chandra. Saya datang untuk menjelaskan sesuatu yang sangat penting bagi dirimu.”

“Orang kepercayaan? Keluarga Chandra?” Aluna merasa kepalanya berputar. “Apa maksudmu? Aku tidak tahu apa-apa tentang keluarga Chandra.”

Kaisar mengangguk, seolah memahami kebingungan yang melanda Aluna. “Keluarga Chandra adalah keluargamu, Nona Aluna. Selama ini, saya mencari-cari keberadaanmu atas perintah Almarhum Kakekmu, Chandra Wirando Sadega. Kamu adalah pewaris satu-satunya Almarhum Kakek Chandra yang hilang, lima belas tahun yang lalu.”

Hah?

Kata-kata itu bagaikan petir menyambar di siang bolong bagi Aluna. Dia terdiam, mencoba mencerna informasi yang baru saja diterimanya.

Kaisar menarik napas, lalu melanjutkan. “Nona Aluna, nama aslimu adalah Aurelie Maharani Chandra, Nona menghilang ketika berusia sepuluh tahun, saat Nona ikut berburu bersama Kakek Chandra di hutan. Kakek Chandra mencarimu selama bertahun-tahun, tetapi tidak ada jejak. Dan beliau sudah hampir putus asa.”

“Benarkah?” Aluna meragukan, namun rasa ingin tahunya semakin menguat. “Bagaimana kamu bisa yakin bahwa aku adalah pewaris keluarga Chandra?”

Kaisar mengeluarkan kalung dari saku jasnya dan meletakkannya di meja. Kalung itu bersinar di bawah cahaya lembut restoran, menggambarkan simbol keluarga Chandra yang khas. “Kalung ini adalah milik Almarhum Kakek Chandra, Aluna. Dan kamu juga memilikinya bukan? Kalung yang kamu pakai adalah pemberian dari almarhum ibumu saat kamu lahir. Ketika saya melihatmu di pertemuan klien beberapa waktu lalu, saya langsung mengenali kalung yang kamu gunakan. Lalu, saya mencari tahu tentang Anda. Ternyata Anda memang pewaris keluarga Chandra. Dan orang yang memberikan kotak tua itu padamu adalah utusanku.”

Aluna terhenyak. Ia meraih kalung itu, memandangnya dengan air mata di sudut matanya. “Iya, kalung ini sama persis dengan kalung milikku. Tapi bagaimana bisa? Kenapa aku tidak ingat?”

“Menurut informasi, ternyata Nona Chandra mengalami kecelakaan yang mengakibatkan Anda mengalami amnesia.” Kaisar menjelaskan, menatap Aluna dengan serius. “Tapi satu hal yang pasti, saya ingin Nona Chandra kembali melanjutkan bisnis keluarga Chandra sesuai permintaan terakhir sang Kakek.”

"Tapi.... " Aluna terihat ragu.

Kaisar melihat keraguan di mata Aluna, lantas ia memberikan sebuah dokumen.

Aluna membuka dokumen itu, ia melihat foto-foto kebersamaan ketika Aluna kecil dengan Kakek Chandra.

"Aluna, saat ibumu hamil tua, ayahmu kecelakaan lalu meninggal. Ibumu mengalami pendarahan saat itu, kamu lahir belum waktunya. Ibumu meninggal setelah dua hari melahirkan kamu. Karena kondisi Ibumu memburuk."

Tak terasa air mata Aluna mengalir.

"Jadi?"

Kaisar mengangguk.

"Jadi, apakah Nona Chandra bersedia melanjutkan bisnis keluarga Chandra?"

Aluna terdiam sesaat. Ia ragu, namun ia kembali teringat perlakuan buruk dari suami dan mertuanya membuat ia menghilangkan keraguan itu. Lantas, ia mengangguk, ia tersenyum kecil mencoba menyembunyikan kegugupan di balik senyumnya yang tipis.

"Baik. Aku bersedia."

"Nah, gitu dong. Saya senang mendengarnya."

"Ya, aku pikir ini saatnya, Kaisar. Tapi... Aku membutuhkan bantuanmu," ucap Aluna, ia menggunakan masker dan juga kacamata. Meski tempat ini aman, namun Aluna harus tetap waspada.

"Tentu, Nona Chandra. Apapun yang kau butuhkan, aku siap membantu kamu. Tapi katakan dulu, apa bantuan kamu, Nona?"

Aluna menatap mata Kaisar dalam-dalam. "Aku ingin belajar bisnis. Tapi lebih dari itu, aku ingin mengelola kekayaan keluarga Chandra dengan caraku sendiri. Dan untuk itu, aku butuh bantuanmu. Namun, ada satu syarat yang sangat penting. Identitasku sebagai pewaris Chandra harus tetap terjaga. Tidak ada seorang pun, termasuk Betran—suamiku. Kau mengerti?"

Kaisar mengangguk pasti, "Oke, aku pastikan identitasmu akan tetap terjaga dengan baik, Nona Aluna."

"Bagus! Jangan sampai dia tahu, biarkan dia menganggap aku sebagai Aluna, wanita miskin yang menikahinya. Bukan pewaris keluarga Chandra. Belum saatnya mereka tahu siapa aku."

Kaisar tersenyum tipis. "Kau benar-benar wanita yang cerdik. Kau ingin tetap menjadi bayangan, namun perlahan meraih kekuasaanmu? Baiklah, aku setuju. Aku akan membantumu belajar bisnis, dan identitasmu akan aman denganku. Tapi.... "

"Tapi apa?" tanya Aluna penasaran.

"Nona Chandra harus menjadi istriku."

***

Setelah cukup bertemu dengan Kaisar, Aluna memutuskan untuk pulang. Tadi ia beralasan pergi ke rumah sakit untuk kontrol kehamilannya. Jika terlalu lama, akan mencurigakan.

Namun, saat berjalan melewati kamar utama, Aluna menyadari pintu sedikit terbuka. Di sana, Veronica dan Betran sedang bercumbu panas!

"Sayang.... " Suara Veronica tertahan dengan napas yang terengah-engah. "Aku akan berhenti menjadi CEO di perusahaan Martin, aku ingin kamu melanjutkan bisnisku. Aku percaya padamu."

Aluna tersenyum sinis saat mendengar itu. "Jadi, Veronica berencana menyerahkan bisnisnya pada Kaisar," pikirnya. "Ini bisa jadi peluang untukku," bisik Aluna tersenyum menyeringai

Setelahnya, langkah Aluna pun kembali berayun. Hanya saja saat Aluna hendak menuju kamar, Aluna langsung disambut dengan wajah masam ibu mertuanya yang berkacak pinggang.

"Ke mana saja kau?" tanyanya dengan nada ketus. "Pergi tanpa izin, meninggalkan rumah seperti itu. Kau pikir ini tempat tinggal kamu sendiri, hah?"

Aluna berusaha untuk memenangkan dirinya agar emosinya tidak terpancing, "Aku habis dari rumah sakit, Ma. Aku merasa tidak enak badan," jawabnya, suaranya lirih namun tetap tenang.

"Alasan saja," potong Kania, "Kau sehat-sehat saja saat aku lihat terakhir kali. Jangan harap ada yang percaya alasanmu!"

Aluna menarik napas panjang. Dia sudah terbiasa dengan sikap Kania. Jadi, mencoba mengabaikannya.

"Oh iya. Sekarang di rumah ini sudah tidak ada pembantu. Para pembantu sudah saya pecat. Jadi, kau tahu apa yang harus kau lakukan, kan?" ujar Kania dengan dingin. "Cuci pakaian, bersihkan rumah, dan siapkan makan malam. Kami tidak punya waktu untuk mendengarkan keluhanmu."

"Apa?" Aluna syok, tangannya mengepal. Gila! Apakah ini rencana mereka untuk mengusirnya?

"Apa? Mau protest?"

Aluna menggeleng.

Sayangnya, Aluna tak akan kalah sebelum menghancurkan mereka. Oleh karena itu, Aluna sekuat tenaga “melayani” orang-orang tak tahu diri itu.

Mulai dari memasak, membersihkan rumah, dan mencuci pakaian.

***

Pada pukul sepuluh malam di hari berikutnya, Aluna diam-diam meninggalkan rumah menuju mansion mewah yang seharusnya menjadi tempat tinggalnya.

Kaisar, pria yang menjadi mentor bisnisnya, sudah menunggu di sana.

"Maaf aku terlambat," kata Aluna dengan suara lembut, mencoba menyembunyikan kelelahan yang dirasakannya setelah seharian diperlakukan seperti pembantu oleh ibu dan selingkuhan suaminya.

Kaisar mengangguk. "Tidak apa-apa, Nona Chandra. Saya sudah siap mengajari Anda kapan pun Anda siap."

Aluna lantas duduk di kursi yang Kaisar tunjukkan, sementara pria itu dengan sabar mulai menjelaskan strategi bisnis, berbicara tentang angka-angka, pasar, dan peluang investasi.

Meskipun fisiknya lelah, Aluna mendengarkan dengan penuh konsentrasi, mencoba menyerap setiap kata yang diucapkan Betran. Baginya, ini adalah jalan keluar—satu-satunya cara untuk memulihkan harga dirinya.

Namun, seiring berjalannya waktu, kepalanya mulai terasa berat. Pusing mulai menyerang, dan perutnya terasa tidak nyaman. Dia mencoba bertahan, menenangkan diri dengan menarik napas panjang, tetapi saat ia beranjak berdiri tubuhnya mendadak goyah.

"Aluna!" Kaisar segera berdiri, tangannya dengan sigap menangkap tubuh Aluna sebelum dia benar-benar jatuh.

Mata mereka bertemu. Dalam keheningan yang mencekam, keduanya pun saling tatap.

Bab terkait

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Lihat saja nanti!

    “Ma–maaf,” ucap Aluna mencoba menepis kecanggungan. Terlebih, wajah tampan Kaisar terlihat begitu dekat, dan dia bisa melihat dengan jelas sorot khawatir di matanya. "Anda tidak apa-apa?" tanya Kaisar masih menahan tubuh Aluna agar tidak terjatuh. Aluna mencoba tersenyum, meskipun dia tahu senyumnya terlihat lemah. "Aku baik-baik saja. Mungkin hanya terlalu lelah.” Kaisar segera membantu Aluna duduk kembali. "Saya akan siapkan air minum dan obat penenang untuk Anda," katanya dengan nada formal, mencoba menghilangkan suasana canggung. Aluna meskipun masih merasa pusing, mengangguk pelan. "Terima kasih, Kaisar." Kaisar lantas berjalan ke dapur kecil di dekat ruang belajar. Saat kembali dengan segelas air dan obat, dia menahan diri untuk tidak memikirkan apa yang baru saja terjadi. Dia tahu bahwa Aluna adalah wanita milik Betran. Meskipun hubungan mereka tidak harmonis, Kaisar tidak boleh melibatkan perasaan pribadi dalam situasi ini. "Minumlah ini, dan pastikan Nona Chandra

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Menahan diri

    Pukul 06:30"Aluna! Bangun!"Aluna pun terbangun, ia terkejut saat air dingin mengguyur tubuhnya, membuatnya langsung duduk terpaku, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.Tubuhnya masih lelah setelah semalaman belajar bisnis lewat onlie, ditambah lagi mengerjakan pekerjaan rumah. Di hadapannya berdiri dua sosok Nenek Lampir, siapa lagi kalau bukan Kania dan Veronica, yang kini menatapnya dengan tatapan sinis."Kau pikir ini hotel? Bangun!" hardik Kania, matanya menyipit tajam ke arah Aluna. "Kau lupa, hah? Kalau di rumah ini sudah tidak ada pembantu. Jadi kau harus membuat sarapan. Enak aja jam segini masih tidur."Aluna meraih handuk kecil di tepi tempat tidurnya, mengusap wajah yang masih basah sambil berusaha mengendalikan amarahnya. Namun, sebelum dia bisa berdiri, Veronica sudah mendekat dan meraih rambutnya dengan kasar."Cepat, dasar pemalas! Suamiku harus segera sarapan sebelum berangkat kerja!" Veronica menarik rambut Aluna lebih kuat, membuatnya meringis."Apa tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Aku juga istrimu, Mas!

    Setelah selesai di klinik, Aluna kembali ke rumah. Setibanya di dalam, dia langsung mengunci pintu dan melangkah ke kamar. Dengan penuh semangat, dia mulai memeriksa berkas-berkas yang diberikan Kaisar. "Ini dia," gumamnya, membuka map berisi dokumen tentang bisnis dan proyek-proyek yang sedang berjalan. Aluna membolak-balik kertas tersebut, berusaha memahami setiap detailnya. Namun, pemikirannya terpecah saat teleponnya bergetar di meja.“Siapa ini?” tanyanya sambil mengambil ponsel dan melihat nama yang tertera. “Kaiser Amartha?” Segera, ia mengangkat telepon, “Ada apa, Kaisar. Kamu mau bahas lagi soal tadi?”"Tidak, Aluna. Aku ingin memberi tahu bahwa perusahaan Martin telah mendapatkan kontrak kerja sama dengan Tuan Louis dari Amerika. Ini berkat bantuan Betran."Aluna terdiam. Kontrak itu bisa menjadi langkah besar bagi Betran dan Veronica. “Berapa besar nilainya?” tanya Aluna, berusaha tetap tenang.“Kontrak ini bisa menguntungkan kedua perusahaan. Nilai totalnya mencapai juta

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Menuruti saran dari Kaisar

    Dini hari, saat suasana rumah mulai sepi, Aluna mengeluarkan setumpuk berkas yang sempat ia sembunyikan. Ia duduk di atas ranjang, lalu membuka berkas-berkas tersebut. Aluna menatap lembar demi lembar dokumen tersebut dengan hati-hati, mencoba menyerap setiap informasi.Aluna menyambungkan video call dengan Kaisar, berharap bisa mendapatkan penjelasan dari pria itu terkait beberapa detail yang tidak ia pahami.“Halo, Aluna,” sapa Kaisar. “Halo, Kaisar. Maaf ganggu malammu, tapi ada beberapa hal yang ingin kutanyakan,” jawab Aluna sambil tersenyum.“Tidak apa-apa, Aluna. Katakan saja.” Kaisar membalas senyum Aluna, merasa kagum akan semangatnya yang tak kenal waktu. “Bagian mana yang kamu tidak mengerti?”Aluna membuka lembar laporan keuangan yang ada di tangannya. “Aku lihat di sini, pendapatan perusahaan Chandra meningkat signifikan dalam dua tahun terakhir, tapi ada catatan tentang hutang jangka panjang yang belum diselesaikan. Menurutmu, kenapa perusahaan sebesar Chandra masih mem

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Ini baru permulaan

    Veronica melangkah masuk ke kamar Aluna tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, “Aluna, cepat siapkan pakaian kerja untuk Betran. Mumpung dia lagi di kamar mandi, dan aku malas melakukannya. Cepat!” perintah Veronica. Aluna menatap Veronica sejenak, merasa jengah, namun tanpa banyak bicara ia bangkit dari kursinya dan mengikuti perintah itu. "Baiklah," jawabnya singkat, berjalan menuju kamar utama tanpa menunjukkan reaksi apapun.Veronica mengikutinya sambil tersenyum sinis, tiba-tiba menyingkap rambutnya, memperlihatkan tanda merah di lehernya. "Oh, lihat ini," katanya, suaranya sengaja dibuat genit, "Setiap malam Betran selalu minta jatah. Bahkan pagi butapun, dia masih meminta aku melayaninya. Katanya aku sangat nikmat, dibandingkan mantan istri pertamanya." Veronica tertawa pelan, menunggu reaksi Aluna.Aluna tetap tenang, tak sekalipun menoleh ke arah Veronica. Ia hanya fokus membuka lemari, mencari pakaian yang biasa dikenakan Betran untuk bekerja.“Ingat, , Veronica. Kamu lagi h

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Semakin mengagumi

    Aluna menatap Veronica dengan pandangan tenang, menarik perlahan tangannya yang dicengkeram. "Kenapa aku senang? Siapa juga yang senang kalau ada masalah di perusahaan? Aku cuma merasa sesuatu berbeda saja," jawab Aluna sambil menaruh tangan di perutnya. Ia terlihat santai agar sang madu tidak curiga. Veronica menyipitkan mata, tidak percaya begitu saja. "Berbeda bagaimana? Jangan bohong! Aku tahu kamu pasti merencanakan sesuatu!"Aluna menghela napas. "Veronica, kamu terlalu berlebihan. Aku baru saja merasakan ada gerakan kecil di perutku. Itu mungkin karena bayiku. Bukan urusanku soal perusahaan Mas Betran. Aku sudah tidak peduli lagi dengan hal-hal seperti itu."Perkataan Aluna membuat Veronica terdiam sejenak. "Gerakan bayi? Kamu serius?" Nada Veronica terdengar skeptis, tetapi matanya sedikit melunak.Aluna mengangguk pelan, mengambil napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. "Ya, aku merasakan itu tadi. Itu perasaan yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Jadi, kalau kamu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Nikmati saja dulu perannya

    "Tidak sama sekali, Kaisar," jawab Aluna apa adanya. "Aku sama sekali tidak mengingat masa kecilku.""Oh baiklah. Mari, aku antar kamu sampai ke depan," ucap Kaisar, dia sangat ingin sekali Aluna segera mengingat masa kecilya. Aluna mengangguk dan segera melangkahkan kakinya ke luar, ditemani oleh Kaisar. Saat Aluna hendak melangkah ke taksi, kakinya tiba-tiba terpeleset. Tubuhnya hilang keseimbangan, membuatnya hampir jatuh ke depan. Namun, Kaisar yang berdiri tak jauh darinya dengan sigap menangkap tubuh Aluna sebelum ia terjatuh. “Aluna, hati-hati!” ucap Kaisar cemas, tangannya erat memegang pinggang wanita itu, menahannya agar tidak terjatuh. Aluna terkejut, kedua tangannya secara refleks bertumpu pada dada Kaisar untuk menjaga keseimbangan. Aluna merasa malu sekaligus kikuk dengan posisi mereka. Namun, saat ia hendak meluruskan tubuhnya, mata mereka bertemu. Kaisar yang tadinya tampak khawatir kini terpaku. Tatapannya yang hangat berubah menjadi dalam, seolah menyelami se

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Pesona Istri yang Dikhianati   Ibu Mertua yang menyebalkan

    Setelah menyelesaikan pijatan dengan tangan yang hampir mati rasa, Aluna berdiri. Ia mengira tugasnya selesai."Eh mau ke mana?" tanya Veronica. "Mau ke kamar, mau istirahat," jawab Aluna malas. “Enak saja mau istirahat. Eh Aluna, aku lapar. Buatkan aku nasi goreng ala Jepang. Jangan yang biasa-biasa saja. Aku ingin yang mirip seperti di restoran.” Veronica berkata dengan ketus.Aluna menoleh dengan alis terangkat. "Nasi goreng ala Jepang?" tanyanya memastikan, meskipun ia tahu itu hanya alasan Veronica untuk menyulitkannya. Veronica menatapnya dengan sinis. “Iya, pakai bahan-bahan yang segar dan pastikan rasanya enak. Jangan sampai aku kecewa.” Aluna ingin sekali menolak. Tubuhnya sudah terasa lelah, dan sekarang dia harus memasak makanan yang bahkan belum pernah dia buat sebelumnya. Namun, ia tahu, jika ia menolak, Veronica dan Kania pasti akan memperlakukannya dengan lebih buruk. “Baiklah, aku akan buatk

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22

Bab terbaru

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 108

    Pukul 00:30Sussana terasa sangat sunyi, dan hanya suara detak jam yang terdengar di kamar Aluna. Dia terbangun karena suara tangisan Baby Alva. Dengan cepat, Aluna bangkit dari tempat tidur dan mendekati ranjang bayi yang ada di sudut kamarnya.“Alva sayang, kenapa?” Aluna menyentuh kening bayi itu, lalu ia terkejut mendapati kening Alva terasa sangat panas. “Astaga, panas sekali…” gumamnya panik.Ia langsung mengambil termometer dari laci samping tempat tidur. Tangannya sedikit gemetar saat memasukkan ujung termometer ke bawah ketiak Baby Alva yang masih menangis.“37,9°… Ini terlalu tinggi!” Suaranya mulai bergetar. Aluna segera mengambil ponselnya, menelepon babysitter yang tidur di kamar sebelah.“ Lina, tolong ke kamar saya sekarang juga! Alva demam tinggi,” katanya cepat.Tak sampai satu menit, babysitter yang bernama Lina muncul dengan wajah cemas. “Ya ampun, Nona. Panasnya tinggi sekali, ya? Kita harus membawanya ke rumah sakit.”“Saya setuju. Tolong siapkan tas bayi dan perl

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 107

    Malam itu, Mansion Aluna diterangi lampu-lampu taman yang temaram, memberikan suasana hangat meski hati Aluna terasa kacau. Ia tengah duduk di ruang keluarga, memangku Baby Alva yang tertidur lelap di pelukannya. Pandangannya terus tertuju pada wajah mungil itu, meskipun pikirannya melayang jauh. Tiba-tiba, suara bel pintu mengalihkan perhatian Aluna. Seorang pelayan datang dan membisikkan sesuatu. “Nona, Tuan Raja datang.”Jantung Aluna berdetak lebih cepat. Ia mencoba menenangkan dirinya, lalu menyerahkan Baby Alva kepada babysitter yang sudah menunggu. “Bawa Alva ke kamar, dan pastikan dia nyaman,” ucapnya.Setelah memastikan Baby Alva aman, Aluna berjalan ke ruang tamu. Di sana, Raja sudah berdiri, mengenakan setelan kasual namun tetap memancarkan wibawa. Sorot matanya langsung tertuju pada Aluna, seolah tidak ada yang lain di ruangan itu.“Tuan Raja,” sapa Aluna pelan, mencoba menjaga formalitas meskipun hatinya bergemuruh.“Aluna,” balas Raja, suaranya terdengar lebih lembut da

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 106

    Pukul empat subuh, suasana di kamar terasa begitu sunyi hingga suara langkah kecil Ratu yang tergesa menuju kamar mandi terdengar jelas. Raja, yang biasanya tidur cukup lelap, langsung terbangun mendengar suara muntah dari dalam kamar mandi.“Ratu?” panggil Raja dengan nada penuh kekhawatiran. Ia bergegas menuju kamar mandi, membuka pintunya dan melihat istrinya yang terduduk lemas di lantai. Wajah Ratu pucat, keringat dingin membasahi dahinya.“Aku… mual,” gumam Ratu lemah, tangannya gemetar memegang wastafel untuk mencoba berdiri.Tanpa pikir panjang, Raja segera mengangkat tubuh Ratu dan membawanya kembali ke tempat tidur. “Tunggu di sini, aku akan panggil dokter,” kata Raja sambil meletakkan Ratu dengan hati-hati.“Tidak… tidak usah,” cegah Ratu, memegang lengan Raja dengan sisa tenaganya. “Aku tahu ini kenapa.”“Kamu tahu?” Raja mengernyit, bingung. “Maksudmu apa?”Ratu menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan kekuatannya. “Aku… aku terlambat haid. Coba kamu ambil tes kehamil

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 105

    Sementara itu, Betran sedang duduk di pojok ruang tahanan saat langkah Kania terdengar memasuki ruang kunjungan. Mata Betran langsung berkilat ketika melihat ibunya. Namun, begitu ia melihat wajah Kania yang pucat dan matanya yang bengkak karena menangis, rasa bersalah kembali menghantamnya.“Mom…” panggil Betran lemah, berdiri dari kursinya.Kania tak kuasa menahan air matanya. Ia bergegas menghampiri putranya dan memeluknya erat. “Betran… lihat kamu sekarang. Kurusan begini. Apa kamu makan dengan benar, nak? Kenapa kamu begini?” Kania menangis tersedu-sedu di bahu Betran.Betran hanya diam. Ia tahu, setiap kata yang ia ucapkan hanya akan menambah luka di hati ibunya. Perlahan ia melepas pelukan itu dan menatap Kania. “Mom, aku baik-baik saja. Jangan menangis seperti ini. Aku yang salah, ini semua salahku. Aku pantas menerima hukuman ini.”“Tidak, tidak, kamu tidak pantas seperti ini!” Kania menggeleng keras, wajahnya penuh dengan air mata. “Kamu hanya salah langkah, Betran! Kamu tid

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 104

    Raja baru saja memasuki rumah, waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Suasana rumah begitu sunyi, namun begitu ia membuka pintu utama, langkahnya langsung terhenti melihat Ratu berdiri di tengah ruang tamu dengan tangan terlipat di dada. Wajahnya tegang, matanya memancarkan amarah yang tak terselubung.“Kamu dari mana saja, Raja?!” bentak Ratu begitu melihat suaminya masuk. Raja melepas jasnya dengan tenang, lalu menggantungnya di dekat pintu. “Aku ada urusan penting di luar. Kenapa harus teriak seperti itu?” balas Raja dengan nada datar, namun tatapannya dingin.“Urusan penting? Tengah malam?!” Ratu melangkah maju mendekatinya, matanya menyipit penuh kecurigaan. “Kamu bahkan tidak menjawab teleponku! Aku sudah meneleponmu belasan kali, Raja! Kamu tahu aku khawatir?”Raja menatap istrinya dengan wajah tanpa ekspresi. “Khawatir? Atau lebih tepatnya, curiga?” Ratu tercekat, tapi dengan cepat ia mengelak. “Aku hanya peduli. Aku istrimu. Wajar kalau aku khawatir ketika suamiku ti

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 103

    Malam itu, di salah satu kamar hotel berbintang, Raja duduk di sofa, matanya tak lepas memandang Aluna yang sedang berdiri di dekat jendela. Ia masih mencoba mencerna semua yang telah diceritakan Aluna sebelumnya. Keningnya berkerut, pikirannya penuh dengan kebingungan yang bercampur dengan rasa hangat saat berada di dekat wanita itu."Aluna," panggil Raja dengan nada pelan, tetapi tegas.Aluna menoleh, senyum tipis terukir di bibirnya meski ada gurat kesedihan di matanya. "Iya, Raja?" Raja menghela napas panjang. "Aku... aku masih sulit menerima semua ini. Kamu bilang aku Kaisar, tunanganmu, tapi aku tidak ingat apa-apa. Kenapa aku tidak bisa mengingatnya?"Aluna berjalan mendekatinya, lalu duduk di sofa di sebelahnya. "Aku juga tidak tahu kenapa kamu bisa kehilangan ingatanmu, Kaisar. Tapi aku yakin, kamu adalah orang yang sama. Aku bisa merasakannya."Raja menatapnya dalam-dalam. "Tapi bagaimana jika aku tidak bisa mengingat apa pun? Bagaimana jika aku tetap menjadi orang yang tid

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 102

    Seminggu telah berlalu,Hari itu, di ruang rapat utama Chandra Grup, Aluna duduk dengan penuh konsentrasi di kursinya, memeriksa dokumen terakhir yang terkait dengan proyek bersama Grup Gielz. Raja baru saja tiba dengan membawa beberapa dokumen tambahan. Penampilannya seperti biasa, rapi dan karismatik, tetapi ada sesuatu di matanya yang terlihat lebih lembut saat menatap Aluna. "Ini dokumen terakhirnya," kata Raja sambil meletakkan berkas di depan Aluna. Suaranya terdengar tenang, tetapi nada lembut itu mengandung sesuatu yang lebih dari sekadar formalitas profesional. "Terima kasih," balas Aluna singkat. Dia mengambil dokumen itu dan memeriksanya dengan teliti. Raja duduk di seberangnya, memandangi Aluna dengan ekspresi yang sulit ditebak. Setelah beberapa saat, dia akhirnya memecah keheningan. "Aluna, proyek ini benar-benar luar biasa. Saya harus mengakui, ini mungkin kerja sama terbaik yang pernah saya lakukan selama saya menjadi CEO." Aluna tersenyum tipis, tetapi pandang

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 101

    Di ruang utama Chandra Grup, Aluna sedang duduk di meja kerjanya, menyusun beberapa dokumen penting. Ia berusaha keras untuk tetap fokus, meskipun hari-harinya belakangan ini penuh tekanan. Tiba-tiba, suara langkah kaki yang tergesa-gesa menggema di luar ruangan. Hansen masuk dengan wajah sedikit bingung. "Nona, ada Bu Kania di luar. Dia memaksa ingin bertemu Anda," kata Hansen dengan nada tegas, namun sopan. Aluna menghela napas panjang, mengusap pelipisnya yang mulai berdenyut. "Dia lagi? Biarkan dia masuk." Hansen ragu sejenak, tetapi akhirnya mengangguk dan membuka pintu untuk Kania. Wanita itu masuk dengan langkah cepat, wajahnya menunjukkan amarah yang tak tertahan. "Aluna! Sampai kapan kamu akan terus bersikap seperti ini?" seru Kania tanpa basa-basi, suaranya menggema di ruangan yang besar itu. Aluna mendongak, tatapannya tajam. "Apa maksud Anda, Bu Kania?" tanyanya dingin. Kania langsung mendekat, matanya memerah. "Kamu tega sekali! Betran itu ayah kandung Alva!

  • Pesona Istri yang Dikhianati   Bab 100

    Ratu melangkah ke dapur dengan langkah tergesa-gesa, hatinya penuh rencana. Dia membuka lemari kecil dan mengeluarkan botol kecil berisi cairan bening. Wajahnya menyiratkan kelegaan saat menuangkan setetes cairan itu ke dalam cangkir teh yang sudah dia buatkan untuk Raja. “Sempurna,” gumamnya sambil membawa cangkir itu ke kamar. Saat dia tiba, Raja sedang duduk di tepi ranjang, memijat pelipisnya seperti biasanya. Dia tampak kelelahan, tetapi tetap memancarkan aura yang tidak bisa diabaikan. “Aku sudah buatkan teh untukmu, Sayang,” kata Ratu lembut, menyerahkan cangkir itu padanya. "Ayo diminum agar kamu lebih rileks."Raja mengangkat wajah dan menatapnya. “Terima kasih.” Dia menerima teh itu tanpa kecurigaan sedikit pun. Ratu duduk di sampingnya, menunggu dengan sabar. Setelah beberapa teguk, Raja mulai merasakan sesuatu yang aneh di tubuhnya. Tubuhnya memanas, darahnya berdesir kencang, dan pikirannya menjadi kabur. “Ratu… ada yang aneh,” gumam Raja dengan suara parau, sam

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status