Saat aku mengatakan pada Farel kalau aku ada yang melamar, dia hanya tersenyum tidak menanggapi. Mungkin dia berfikir kalau aku tidak mungkin akan menerimanya. Dia sangat yakin kalau aku sangat mencintainya.
Aku sudah mengatakan jika ini serius, namun sekali lagi dia mengabaikannya. Aku sudah kebingungan bagaimana lagi aku harus menjelaskannya. Hingga suatu ketika aku memberinya pilihan mau terus bersamaku atau berpisah saja. Dan lagi-lagi Farel mengabaikannya. Ya Tuhan, aku benar-benar tidak tahu lagi bagaimana harus bersikap. Memang salah kami juga setiap kami bertemu selalu semuanya dianggap candaan, apakah semua yang aku katakan pada Farel juga menurutnya itu hanya bercanda. Gila, masalah sudah seserius ini masih dianggap lelucon yang selalu kami lakukan saat bertemu. Farel tidak bisa membedakan keseriusanku, dia mengganggap aku pasti tidak akan bisa melakukannya. Tapi bukankah Mamaku sampai mengirimkan pesan pada keluarganya. Apakah pesan Mamaku tidak disampaikan pada Farel. Aku benar-benar pusing, ini menyangkut masa depanku. Farel benar-benar egois, dia mungkin tidak akan percaya jika pada akhirnya memang aku benar-benar melakukannya. Aku berniat memberikan undangan pernikahanku secara langsung. Aku mendatangi kos tempat Farel berada. Aku mengetuk pintunya perlahan, hatiku berdebar kencang. Aku membayangkan reaksi Farel ketika menerima undangan dariku. Saat membuka pintu, muncul seraut wajah yang selalu membuatku berdebar. Senyumnya melebar saat tahu aku yang datang. "Masuk Dyara, ngobrol didalam ya, " Farel menyambut kedatanganku dengan senang, Farel memang terkenal ramah. Saat bersamanyapun aku merasa nyaman karena kami jarang sekali bertengkar selama bertahun-tahun dekat dengannya. Aku mengangguk sambil tersenyum, kemudian masuk dan mengedarkan pandangan. Ternyata Farel sedang ada tamu juga, yang namanya kuketahui Dandy. Tatapan mata Dandy menyelidik padaku, Farel tentu saja melihatnya. Rasa tidak suka terlihat dari wajah Farel saat Dandy terus mengawasiku. Farel secara halus kemudian mengusir Dandy karena dia tahu kalau Dandy terlihat tertarik padaku. Pandangannya masih tidak lepas kepadaku sambil tersenyum dia pamit padaku. Aku hanya tertawa tanpa suara saat melihat sikap Farel pada temannya. Farel menghempaskan dirinya ke kursi setelah dia mengantar Dandy keluar. "Dandy titip salam buat kamu, dia bilang kalau bisa tukar nomor telfon dengan dia. Aku diminta memberi nomor dia buat kamu. " Dari nada bicaranya Farel terlihat kesal sekali. Aku hanya tersenyum saja tidak menanggapi keinginan temannya Farel, tiba-tiba aku menepuk jidatku pelan dan aku baru ingat tujuanku ke tempat Farel untuk mengantar undangan pernikahanku. Perlahan kukeluarkan undangan berwarna salem dan kuserahkan padanya. "Undangan dari siapa Dyara, ini untukku? " Sambil membolak-balik undangan itu dia perhatikan baik-baik nama pengantinnya yang tertera disana. Farel terhenyak setelah sekian detik dia bengong membacanya. Farel kaget saat membaca undangan pernikahan darinya. "Apa ini Dyara? " Kamu mau meninggalkan aku, kamu memilih dia menjadi suamimu! Lalu apa artinya hubungan kita selama ini!! Farel benar-benar marah, urat lehernya sampai terlihat membesar karena tarikan suaranya yang kencang. Dyara hanya terdiam menunduk takut, "Dyara jawab aku, kenapa kamu menerima lamarannya?? Farel terduduk lesu. Aku sayang padamu Dyara.. Suara Farel terdengar bergetar, kesedihannya terbaca diwajahnya yang berkulit terang. Mukanya memerah menahan tangis, hubungannya dengan Dyara sudah cukup lama, namun akhirnya harus kandas. Pandangan Farel menerawang kosong, " "Aku hanya menjaga jodoh orang, keluhnya pilu." Ingin rasanya Farel meneriakkan semua kekesalannya. "Jawab Dyara, apakah kamu mencintai laki-laki itu?? Teriakan Farel membuyarkan lamunan Dyara. Tatapan Farel yang tajam membuat Dyara menggeleng takut. "Aku hanya kenal beberapa bulan saja. " Farel langsung terdiam, beginikah jika Sang Maha Kuasa sudah menentukan maka tidak ada yang dapat menghentikannya ?" Melihat reaksi Farel yang begitu marah, Dyara menghentakkan nafasnya kasar. "Farel, bukankah aku sudah memberikan kesempatan kepadamu untuk menjalani hubungan kita jika kamu memberikan keputusanmu padaku? " Bibirku bergetar saat menanyakan itu pada Farel. "Harusnya aku yang kecewa, kemana saja kamu selama ini. Aku mencarimu, menghubungimu tapi selalu kamu abaikan. Mama sudah memberikan waktu batas akhir agar kamu menemuinya tapi kamu juga abai. Sekarang kamu malah menyalahkan aku, lalu aku harus bagaimana Rel?? " "Orangtuaku sudah menuntut agar aku segera menikah, dan yang mereka lihat selama ini aku dekat denganmu. Apakah salah jika orangtuaku terutama Mama menanyakan tentang keseriusan hubungan kita?? " "Sebenarnya aku malu kepada orangtuaku, saat Mama telfon ke rumahmu juga tidak ada respon. Kalau memang tidak ada ujungnya dari hubungan kita maka Mama minta kita mengakhirinya saja." Aku menangis terisak, aku juga sudah tidak bisa menahan sesak didada. Aku segera menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. "Aku malu Rel, kalau harus datang ke rumahmu. Aku seperti perempuan yang tidak punya harga diri jika sampai mengemis untuk kamu nikahi!! " Lagi-lagi Farel bungkam, tidak menjawab satupun pertanyaanku. Aku sebal lama-lama melihat dia seperti membayangkan sesuatu namun perlahan kemarahannya mereda setelah mendengarku terisak. "Maafkan aku Farel, mungkin ini juga wujud baktiku kepada orangtuaku terutama Mamaku. Kalau saja kamu mau datang menemui Mamaku mungkin tidak akan berakhir seperti ini. Aku sudah lelah Rel, sekarang terserah kamu mau apa. Jangan minta aku untuk membatalkan pernikahan ini yang tinggal seminggu lagi. Aku tidak mau mencoreng muka kedua orangtuaku dan menahan malu karena ulahku!! " Farel terduduk lesu mendengar penjelasanku. Tiba-tiba teman satu kosnya memutar lagu "Tenda Biru" yang dinyanyikan oleh artis penyanyi cantik yang cukup terkenal. Aku melirik ke arah Farel yang masih tidak bergeming sedikitpun. "Ini memang salahku Dyara, aku memang pengecut. Seharusnya aku menyelesaikan masalah ini bukannya lari menghindari. " Farel menjambak rambutnya kesal. "Aku minta maaf Dyara, sebenarnya aku memang tidak bisa menikah secepat itu. Aku ingin jika kita menikah kalau aku sudah punya rumah, kendaraan agar kamu hidup nyaman." Aku mendelik ke arahnya sambil menyeka air mataku, "Kamu pikir aku masih bocah SMA yang harus menunggu kamu memiliki segalanya dulu baru menikah. Kamu tahu Rel usiaku sudah bukan ABG lagi, usiaku sudah matang kalau berumah tangga. Bukankah usia kita sama. Lalu aku harus menunggu berapa lama lagi!! " Kali ini aku sudah malas berdebat dengannya, kuputuskan untuk segera meninggalkan kosannya. Farel hanya menatap kepergianku tanpa berusaha mencegah. Hatiku sakit, kalau tahu begini untuk apa aku bertahan menjalani hubungan dengannya bertahun-tahun. Farel juga tidak berusaha mencari jalan terbaik untuk kami berdua. Terlihat dia hanya membiarkan aku untuk menerima semuanya tanpa memikirkan perasaanku. Aku tiba dikosan selama aku bekerja, aku hanya ingin beristirahat sambil membereskan barang-barang yang akan kubawa pulang. Aku akan mengundurkan diri dari tempatku bekerja dan kembali ke kota kelahiranku. Sebenarnya Arsya memang tidak melarangku bekerja, tapi aku harus tahu diri untuk mengikuti suamiku tinggal dimanapun dia berada. Apalagi aku masih bekerja sebagai tenaga honorer, kadang sedih juga karena perjuanganku untuk bekerja di ibukota ternyata tidak bertahan lama. Padahal dulu aku bertahan karena Farel sudah menyusulku kesini. Aku menata semua barang-barangku, sambil mengenang perjuanganku selama bekerja disini. Air mataku mulai menetes lagi perlahan dan aku menyusutnya sambil terisak. Kini semua harus kutinggalkan bersama kenangan yang manis selama tinggal di ibukota.Dering telfon terdengar dari rumah ibu kos, setelah itu terdengar teriakan memanggil namaku. "Mbak Dyara ada telfooon!! " Aku bergegas menghampirinya, "iya terimakasih mas."Ternyata yang memanggilku Ryan anak kedua ibu kosku. Ryan mengangguk kemudian pergi, aku menghembuskan nafasku lega. "Hallo Dyara, ini aku, " Aku terhenyak, ada apalagi Farel menelfon aku, kenapa juga harus pakai telfon rumah.Eh aku menepuk keningku, hpku dalam kondisi mati dan sedang di cas. Tentu saja Farel tidak bisa menghubungiku. " Ya, ada apa Rel. Bukannya tadi kita sudah bertemu? " Farel tertawa pahit, kita belum selesai bicara tapi kamu sudah pergi.""Memangnya apalagi yang harus dibicarakan, lagipula tidak ada jalan keluar dari kamu. Aku tidak mau nanti malah dicap anak durhaka karena tidak mengikuti keinginan orangtua."Kata-kataku membuat Farel terdiam, kemudian Farel mengatakan kalau dia juga tidak mau jadi anak durhaka. Kini giliran aku yang terdiam. "Maaf karena aku tidak bisa menikah denganm
Akhirnya yang ditunggu tiba juga, calon pengantin laki-laki dengan keluarga dan kerabatnya mengantarkan ke kediaman calon pengantin perempuan.Mereka disambut kedatangannya oleh keluarga calon pengantin perempuan dan segera mempersilahkan mereka masuk sambil menerima seserahan yang dibawa oleh pihak calon pengantin laki-laki.Tibalah saatnya acara inti setelah didahului dengan sambutan-sambutan dan pembacaan ayat suci Al Qur'an. Kami semua mendengarkan dengan khidmat lantunan ayat suci Al Qur'an yang dibacakan oleh Om Ahmad adik ipar Papa.Saat akan dilakukan ijab kabul terjadi bisik-bisik antara Papa dengan Penghulu. Ternyata Papa tidak bersedia menjadi waliku. Aku terhenyak, demikian pula dengan keluarga besar Papaku. Mama hanya terdiam tidak bereaksi apapun.Aku hanya diam menatap Papa, sedemikian tidak setujukah Papa sampai tidak mau menjadi waliku. Papa benar-benar menolak untuk menikahkan aku dengan Arsya. Akhirnya aku menggunakan wali hakim, aku sendiri tidak mengerti kenapa ja
Aku harus mulai membuang semua kenanganku bersama Farel, karena bagaimanapun kini aku sudah menjadi istri Arsya. Aku harus menghormatinya karena aku sudah memutuskan untuk menerima Arsya sebagai suamiku.Diawal pernikahan aku mulai mendapat teror yang kurang enak dari ibu mertuaku. Suamiku diwajibkan setiap hari mengunjungi rumah orangtuanya. Namun aku tidak keberatan karena menurutku anak laki-laki memang hak ibunya. Untuk urusan keuangan aku menerima gaji suamiku yang ternyata sudah mendapat potongan cicilan dari bank.Suamiku bilang itu karena sisa cicilan saat dia kuliah, katanya biaya kuliahnya ditanggung sendiri. Aku sempat mengernyit heran, masalahnya honorku dulu jauh lebih besar dari gaji yang kuterima dari suamiku dan aku hanya bisa pasrah menerimanya.Kemudian semua pendapatan suamiku yang diluar gaji juga diminta oleh ibu mertuaku, sekali lagi aku hanya bisa mengelus dadaku yang sesak. Aku akhirnya bersikap tidak peduli lagi, terserahlah. Namun setelah melihat kondisiku se
Malam itu seperti biasanya, Mama sedang asyik nonton sinetron kesayangannya yang berseri entah ke berapa. Yang aku tahu sinetron itu sudah beberapa ratus episode, sedangkan aku memang tidak menyukai sinetron sama sekali. Papa juga menemani Mama sambil minum kopi buatan Mama.Tiba-tiba aku melihat Papaku memegang dadanya, aku langsung panik membangunkan Mama yang sempat tertidur saat nonton sinetron. Akhirnya kami serumah heboh melihat kondisi Papa. Beruntungnya Mas Arsya masih dirumah dan belum berangkat dinas. Kami segera membawa Papa ke rumah sakit.Sepanjang perjalanan kami semua berdoa untuk kesembuhan Papa. Mama sejak tadi sudah menangis terisak, adikku memeluk Mama dan mengusap punggungnya berkali-kali agar Mama tenang. Sesampainya di rumah sakit, suamiku langsung membawa Papa ke IGD, dan segera menemui temannya yang bertugas malam ini di sana.Setelah diperiksa secara teliti oleh dokter, tiba-tiba dokter itu membisiki sesuatu kepada suamiku. Wajah suamiku langsung berubah pucat
Mataku perlahan mulai terbuka suasana rumah sakit masih tercium aromanya, rasa pusing seketika mendera kepalaku. Perutku rasanya mual luar biasa, aku langsung meminta orang yang ada didekatku untuk menyiapkan tempat agar aku bisa mengeluarkan isi perutku. Setelah selesai aku langsung lemas dan kembali tertidur. Kepalaku rasanya masih melayang, rasanya dunia juga berputar. Mungkin efek obat biusnya masih bekerja sehingga aku masih belum sadar sepenuhnya. Kudengar keluarga yang menjaga disekitarku bernafas lega setelah melihat aku sadar sesaat. Mamaku yang sedari awal mendampingiku dirumah sakit sampai tidak fokus karena melihat aku seperti tersiksa dengan rasa sakit yang cukup lama. Biasanya Mama orang yang paling tenang jika kita mengalami musibah atau kejadian yang membutuhkan tenaga ekstra. Namun kini melihat anaknya sendiri yang berjuang untuk melahirkan cucunya membuatnya tidak bisa melakukan apapun termasuk berdoa. Adik-adikku juga sempat keheranan melihat Mama bolak-balik ke
Arsya tidak menyangka jika istrinya langsung kabur karena marah pada dirinya. Arsya merasa kebingungan, apalagi melihat Alea mulai berjalan tertatih ingin memeluknya.Tidak banyak kata Arsya segera meraih Alea dalam pelukannya. Arsya segera mengambil kunci motornya untuk segera menyusul Dyara. Hatinya kini kacau, tidak dihiraukan perutnya yang sudah keroncongan sejak tadi.Arsya merasa bersalah terhadap Dyara, kata-katanya tadi memang sudah kelewat batas. Namun sebenarnya dia tidak bermaksud seperti itu. Kondisinya saat itu yang sedang lelah dan lapar sehingga memicu emosinya menjadi tinggi.Dalam perjalanan sambil memangku Alea, Arsya menjalankan motornya dengan hati-hati. Arsya yakin istrinya akan pulang ke rumah mertuanya. Arsya hanya bisa berdoa semoga ibu mertuanya tidak salah paham padanya.Sementara itu Dyara masih diam didalam kamar adiknya, dia enggan bicara apapun. Mulutnya terkunci, rasa lelah menderanya hingga netranya perlahan menutup. Dyara tertidur, suara dengkuran halu
Pernikahan Syena telah usai beberapa hari yang lalu. Kami masih cukup lelah, masih banyak barang-barang yang berserakan disana-sini. Kami mulai membereskannya satu persatu.Aku melirik kamar Syena masih tertutup rapat, yang aku tahu dari pagi Syena sudah berangkat kerja. Aku memang sengaja ke rumah Mama untuk membantu Mama membersihkan sampah yang masih terlihat dibeberapa tempat.Sambil membawa Alea aku duduk merapikan beberapa barang yang ada didekatku. Tanpa sengaja aku mendengar Mama menggerutu, "Enak betul jadi suami pengangguran, jam segini masih molor. Nggak punya malu pisan. Istrinya dari pagi sudah berangkat kerja. Kamu salah milih suami Syena! "Aku terdiam beberapa saat sambil kembali melirik kamar Syena. Aku khawatir tiba-tiba Ridwan nongol mendengar omelan Mamaku. Tapi iya juga sih, seorang laki-laki kalau sudah jadi imam atau pemimpin dalam rumah tangga seharusnya sudah paham tanggungjawab yang ada dipundaknya.Ridwan memang keterlaluan, aku juga jadi merasa iba kepada a
Arsya menjemput Dyara dengan Alea dari rumah mertuanya. Kami tiba dirumah dan segera membersihkan diri. Sedangkan Alea terlelap sepanjang perjalanan tadi.Aku masih dalam mode diam, rasanya malas untuk bicara. Dari pada kata-kataku membuat sakit hati, aku lebih baik diam. Arsya berusaha membuka percakapan lebih dulu, dan menganggap kami baik-baik saja.Aku hanya menoleh sekilas sambil membaringkan Alea ke tempat tidur. Arsya menanyakan kabar Mama yang mendapat anggota baru dirumahnya yaitu Ridwan. Aku tidak menjawab banyak, namun kesempatan itu aku gunakan untuk meminta ijin padanya agar aku diperbolehkan bekerja lagi.Arsya terdiam sesaat kemudian menganggukkan kepalanya. Dalam hati aku bersorak, jika aku bekerja maka otomatis frekuensi pertemuanku dengan suamiku lebih sedikit. Entah sampai kini masih belum ada rasa cinta untuknya.Aku melayaninya hanya menggugurkan kewajibanku sebagai istri. Tidak ada unsur pendukung lainnya. Arsya memang bukan laki-laki yang taat beragama, sholatny
Kegigihan Irgi mendekati Cristal patut diacungi jempol. Oscar senang melihat adiknya kini mulai merespon kehadiran Irgi. Mendapat sambutan yang cukup baik dari Cristal tentu saja membuat Irgi semakin semangat membuat Cristal jatuh cinta padanya.Akhirnya setelah sekian lama berjuang Irgi mendapatkan apa yang dia inginkan. Cristal menerima cintanya dan mau dijadikan kekasihnya. Bahkan mereka juga akhirnya menjalani hubungan dengan serius.Perjalanan cinta mereka diakhiri dengan pernikahan, rupanya jodoh Cristal akhirnya dengan Irgi. Cristal juga mencoba untuk melepas bayangan masa lalunya. Dia juga tidak akan mengganggu lagi rumah tangga Aldo yang sudah bahagia bersama keluarganya.Sedangkan Arga kini mulai menata hidupnya bersama Lisda meskipun ternyata Lisda mengalami masalah di rahimnya. Bagi Arga tidak menjadi masalah karena dia juga sudah memiliki Nino.Dyara sahabat Arga akhirnya terus hidup bersama Arsya dan Alea putrinya. Dia tidak bisa meninggalkan Alea meskipun tidak mencinta
Ica merasa lega setelah kepergian Cristal, begitu juga dengan Aldo. Sedangkan Cristal pulang dengan wajah ditekuk, dia benar-benar geram karena semua rencananya digagalkan oleh Nino.Cristal tidak menyangka kalau Nino ternyata ada di situ, awalnya Cristal pikir Nino sedang bersama Arga. "Kamu sudah pulang Cristal? " Suara Bariton Oscar terdengar menyapanya. Mata Cristal membelalak melihat Oscar ada di rumah."Sejak kapan kakak ada di sini? " Oscar tersenyum mendengar pertanyaan yang menurutnya aneh dari Cristal. "Bukankah sebentar lagi kamu akan menikah? Tentu saja aku tidak akan melewatkan momen bahagia adikku! "Cristal terhenyak, tubuhnya langsung luruh di kursi. "Aku ngga tau kak, pernikahanku dengan Aldo sepertinya belum bisa dilaksanakan dalam waktu dekat ini. "Kini Oscar yang melotot tidak terima, "Memangnya kenapa lagi si Aldo itu? Bikin ulah lagi ya. Sekarang apa dia mundur lagi membatalkan pernikahan karena alasan perempuan itu lagi? "Cristal mengangguk tegas, "Aku benci d
Cristal benar-benar terkejut dengan perubahan Aldo. Dia masih shock setelah menerima jawaban dari Aldo. Cristal segera menyambar kunci mobilnya, dia tau pasti ada yang tidak beres dengan pekerjaan paranormal yang dia percaya untuk mengganggu ketenangan keluarga Aldo."Loh Cristal, kamu mau kemana sore-sore begini sebentar lagi mau magrib, pamali anak gadis keluar rumah. Apalagi kamu sebentar lagi mau menikah! " Mama Cristal setengah berteriak untuk melarang anaknya pergi.Tapi Cristal tidak menjawabnya, dia terus melangkah mengabaikan permintaan mamanya. Dia langsung masuk ke mobilnya untuk mendatangi paranormal tersebut. Dia tidak mau Aldo lepas darinya untuk yang kedua kalinya.Kali ini dia tidak akan diam saja. Dia ingin kembali membuat Aldo tergila-gila padanya. Namun sesampainya di sana yang terlihat adalah bendera kuning di ujung gang tempat tinggal paranormal itu.Cristal melihat anak paranormal yang pernah dikenalkan padanya sedang sibuk mengeluarkan kursi bersama seorang tet
Ica menatap tajam suaminya, dia ingin mendengar jawaban Aldo. Baginya tiada maaf jika berurusan dengan pengkhianatan. "Maafkan aku sayang, aku tidak akan mengulanginya lagi."Ica tersenyum sinis, "Aku hanya memberikan kesempatan satu kali saja mas. Jika mas tidak memanfaatkan kesempatan itu maka aku yang akan mundur." Kata-kata tegas Ica membuat Aldo tersentak."Sayang, apa maksudmu? Kita sudah memiliki dua anak lalu kamu akan meninggalkan aku? " Ica terkekeh pelan, "Kamu pikir aku tidak berani melakukannya mas, bagiku seorang laki-laki yang sudah berselingkuh dia tidak akan melakukannya hanya sekali, jika dia memiliki kesempatan pasti dia akan melakukannya lagi."Aldo lagi-lagi terhenyak, "Aku sendiri bingung sayang, kenapa aku melakukannya. Padahal aku sangat mencintaimu. " Kini Ica yang curiga dengan kata-kata Aldo. "Apa maksudmu mas? "Aldo kini terlihat bingung, " Aku tidak mencintai Cristal dari dulu. Tapi sekarang aku bingung karena mulai ingin didekatnya terus. Sampai akhirnya
Kania mulai disibukkan dengan acara pernikahan ayahnya dengan ibu Suci. Dia mulai bisa menerima Edy kembali secara perlahan. Meskipun belum bisa sepenuhnya namun Kania berusaha demi Ghania.Tidak disangka Feri juga akhirnya bisa menerima kenyataan kalau Kania sekarang sudah menjadi istri Edy dan kembali bersatu setelah rumah tangga mereka sempat diganggu oleh Arum.Kini Arum dan Pardi harus menjalani hukuman mereka karena perbuatan mereka sendiri. Sedangkan Arga masih mencoba mempertahankan pernikahannya dengan Lisda agar tidak bercerai kembali.Nino hanya bisa mendukung keputusan ayahnya. Dia juga tidak mau ikut campur karena khawatir ayahnya terluka lagi. Meskipun akhirnya Lisda kembali ke rumah namun dia masih curiga dengan hubungan Arga dengan Mona.Hingga suatu saat Lisda bertemu dengan Mona yang sedang menggandeng laki-laki lain di sebuah restoran saat dia sedang makan dengan Nino. Netranya menatap lekat ke arah Mona, hingga Nino curiga dengan pandangan ibu sambungnya.Nino hany
Edy menatap lekat wajah Kania, berkali-kali dia mengutuk dirinya. Bagaimana bisa dia mengkhianati rumah tangganya hanya demi seorang Arum?"Kania, maafkan aku? Maaf kalau selama ini aku menyakitimu dengan menikahi Arum. Maaf karena aku sudah mengabaikanmu dan Ghania. Bolehkah aku memintamu dengan sangat agar kita bisa kembali lagi bersama seperti dulu? "Kania hanya menatap Edy dengan keraguan. "Tidak ada yang perlu dimaafkan, karena semua ini mungkin takdir yang harus kujalani. Meskipun aku tak mau tapi aku harus menerimanya. Aku masih belum bisa memberikan jawaban atas permintaanmu, karena hatiku masih belum sembuh mas! "Edy hanya termangu mendengar jawaban dari Kania. Tutur kata yang disampaikan Kania benar-benar menyentuh hatinya yang terdalam, bahkan dia merasa seperti ditampar oleh kenyataan. Kali ini dia harus menerima keputusan Kania, meskipun hatinya tidak rela.Demi menyatukan kembali keutuhan rumah tangganya, Edy lagi-lagi harus menekan egonya. Dia tidak mau dijauhi oleh K
Kania terlihat melirik sinis ke arah Edy. Sedangkan Edy benar-benar tidak menyangka kalau Arum yang selama ini selalu menunjukkan dirinya lemah dan tidak berdaya ternyata sekejam itu pada Kania.Arum benar-benar tidak bisa lagi berpura-pura selalu menjadi korban Kania. Selama ini Edy percaya kalau dia adalah orang yang selalu teraniaya oleh keluarga Broto. Kini dia melihat sendiri kenyataan di depan matanya."Maafkan aku Kania, maafkan karena selama ini mataku tidak bisa melihat kebenaran." Arum yang tadinya sudah menyangka kalau Edy akan memilihnya dari pada Kania, kini menunggu dengan dada berdebar penuh kecemasan."Hari ini aku sudah mendengar dan melihat permasalahannya. Aku hanya bisa berharap kamu memaafkan kebodohanku selama ini yang mau saja percaya dengan semua yang dikatakan Arum padaku. "Kedua mata Arum kini membola, dia yang awalnya sangat percaya diri kalau Edy akan memilihnya kini mulai kebingungan. Dihadapan Kania dan mertuanya Subroto akhirnya Edy menjatuhkan talak un
Pardi mulai tidak nyaman hidupnya, tatapan sinis menantunya kini dia dapatkan tanpa ampun. "Sebenarnya apa sih yang ada di otak ayah saat itu? Apakah ayah tidak memikirkan reputasi pekerjaanku? " Edy benar-benar geram mengetahui perbuatan ayah Arum yang membuatnya malu di kantor. "Edy, lihat mertuamu? Apa kamu sedang menuai apa yang kamu tanam Ed?" Rio meledeknya saat mereka bertemu kembali di tempat mereka biasa berkumpul. Edy merasa malu dan tidak punya muka untuk bertemu dengan teman-teman satu kantornya juga mereka yang tinggal didekat rumahnya. Pardi hanya terdiam mendengar pertanyaan Edy menantunya. Dia merasa bersalah telah mencoreng nama baik menantunya, bahkan Edy tidak sudi untuk membantunya mengeluarkan dirinya dari penjara. Dan akhirnya berita itu juga sampai ke telinga Arum. Bahkan Arum yang awalnya tidak percaya, kini ayahnya sudah ditemuinya di penjara membuat dia harus menerima kenyataan menyakitkan ini. "Ayah, ternyata ada sisi lain didiri ayah yang tidak pernah
Arga masih bingung menghadapi sikap Lisda yang menurutnya terlalu berlebihan. Apakah ini dikarenakan dia belum juga memiliki momongan setelah menikah dengannya? Mungkin dia khawatir dengan kondisi tubuhnya yang sampai saat ini belum juga ada tanda-tanda ke arah itu.Nino memperhatikan ayahnya yang sedang nonton TV tapi terlihat tidak fokus. Nino sebenarnya tidak mau mengganggu ayahnya, tapi karena rasa penasarannya yang tinggi akhirnya dia memberanikan diri menegur ayahnya."Apa ayah menyesal membiarkan mama Lisda pergi dari rumah?" Terlihat tatapan menyelidik dari Nino kepadanya, membuat dia jadi kikuk. "Ngga, ayah ngga mikirin itu. Memangnya kenapa No?""Nino ngga suka liat mama Lisda merajuk kaya gitu. Padahal kan, seharusnya itu tidak perlu terjadi. Dan semuanya bisa dibicarakan tanpa perlu menggunakan drama seperti tadi. "Arga hanya tersenyum menanggapi kata-kata Nino, dia tidak bisa menjelaskannya untuk saat ini. Dia hanya tidak ingin mengalami kegagalan kembali dalam rumah ta