Pesona Istri Season 3 Mama tertawa mendengar jawaban Queena. Kupikir Mama akan marah dengan perkataan calon menantunya Bagaimana tidak marah dengan jawaban yang seolah-olah main-main seperti itu. "Kamu seperti papamu," ucap Mama di sela-sela tawanya. "Tante gak marah?" tanya Queena. "Marah sih, meskipun kalian akan segera menikah tapi tak seharusnya seperti ini. Selama ini kalian sukses menjaga diri, tidak sampai terjerumus dalam hal-hal yang terlarang. Tapi setan dan hawa nafsu selalu berusaha menggelincirkan manusia bagaimana pun caranya. Meskipun kalian akan menikah sebentar lagi, kalian tetap tak boleh melakukan apapun yang bisa mendekat pada perbuatan dosa." Panjang lebar Mama menasehati kami."Maaf, Mam." Aku berkata sembari mengangkat kepalaku dari pangkuan Queena. Ya, sejak tadi kepala ini masih menempel dengan nyamannya di sana meskipun sudah ada Mama di hadapan kami."Nata harus bisa menahan diri," nasehat Mama padaku. "Queen yang salah, Tante. Tadi minta Abang potong
Pesona Istri Season 3Aku memutar tubuh yang bertelanjang dada di depan cermin. Mencari sesuatu yang tampak berbeda, mendadak otakku teringat malam itu saat tertidur begitu saja di kamar hotel tanpa peduli pada Queena. Apa dia meneliti tubuhku. Ah, dasar Queena. Apa yang dia lakukan padaku. Apa dia menandaiku. Pertanyaan berputar-putar di kepalaku. "Abang, ayo makan." Ketukan pintu disertai panggilan menyadarkanku. Sejak Queena di sini, dia rajin sekali manggilku pada jam-jam makan. Katanya salah satu cara belajar menjadi istri yang baik. Aku penasaran, apa dia bisa memasak juga seperti Mama. Kulihat dia belum pernah ke dapur sama sekali. "Abang, aku masuk yaa," teriak Queena di sertai pintu kamar yang terbuka. Aku belum mengijinkannya tapi dia sudah hendak masuk begitu saja. Matanya menatapku yang belum memakai baju, bukannya memalingkan wajah, kaget dan malu-malu, dia malah tampak santai saja. "Lihatin kamar calon suami, ah. Bentar lagi jadi kamarku juga," ucap Queena, kakinya
Pesona Istri Season 3 "Abang ...," panggil Queena dengan suara manja. Gadis itu menelponku dari kamarnya lewat panggilan video. Hari mulai larut tapi dia belum tidur juga, padahal besok adalah hari pernikahan kami. "Apa, Queen, Abang ngantuk pengen tidur," jawabku sambil bermalas-malasan. Kusembunyikan wajahku di atas bantal. "Lihat dulu ini," rengek Queena. Aku mengangkat wajah dan menatap pada layar ponsel. Terlihat olehku, kelap-kelip lampu kota dari ketinggian. Kami menginap di sebuah hotel bintang lima tempat dimana kami akan melangsungkan pernikahan juga. "Gak ada yang seru dari lampu-lampu itu," balasku. Kembali kusembunyikan wajahku."Ih, bukan lampunya. Ini tempat berendamnya," teriak Queena.Aku kembali mengangkat kepala dengan malas. Pandangku berpindah fokus, beralih pada Jacuzzi yang tepat berada di kaca besar yang memperlihatkan pemandangan kota di malam hari tadi . "Apanya yang seru?" Tanyaku. Lagi-lagi merasa tidak ada yang seru dengan tempat itu. Apa serunya
Pesona Istri Season 3 Queena menyambutku dengan senyumannya. Dia terlihat sudah segar dan berganti dengan gaun tidur yang panjang hingga menutupi mata kakinya. Namun gaun itu tanpa kancing sama sekali, hanya diikat di bagian pinggang dengan tali yang tak terlalu besar. Gaun berwarna mint dengan bahan satin itu terlihat halus dan tampak jatuh di tubuhnya yang ramping.Kulangkahkan kaki masuk ke dalam, aroma wangi melati memenuhi ruangan. Entah darimana asalanya aroma itu tapi kurasa cukup memanjakan indera penciuman. Di atas ranjang yang terlapisi sprei berwarna putih terdapat kelopak bunga mawar dengan dibentuk hati. "Abang mandi dulu biar aku yang beresin bajunya," ucap Queena, wanita yang sudah menjadi istriku itu meraih pegangan koper yang saat ini masih ada dalam genggaman. Benda berisi pakaianku itu berpindah ke tangannya. Queena lebih mempedulikan koper daripada aku yang sudah ada di depannya. Kemarin-kemarin sebelum menjadi suami istri dia selalu saja ingin bersentuhan kulit
Pesona Istri Season 3Wajah cantik itu memerah, nafas kami berat dan bersahutan seperti habis berlarian. Ini yang pertama bagiku, bagi kami. Aku memang tak sesoleh Atma, tapi tak juga berbuat semaunya. Aku tak pernah berniat merusak anak gadis orang meskipun hanya sekedar menikmati bibirnya. "Kenapa Abang membentak barusan," tanya Queena. "Mana?" Aku berkelit. Memang tadi aku sempat sedikit berkata keras padanya karena kupikir dia sudah melakukan hal yang tidak-tidak. "Tadi, barusan. Sebelum Abang menerkamku.""Enggak ah.""Pasti Abang pikir aku sudah tidak per ....""Sttt!" Kuletakkan jariku di bibirnya. "Kamu sengaja kan melakukannya. Pura-pura sedih, memelas, agar Abang berpikir yang tidak-tidak. Kamu sukses ngerjain Abang."Queena hanya tersenyum menanggapi perkataanku. Benar kan dugaanku, tak habis-habisnya dia berbuat seperti itu. Lagian tak mungkin dalam sekejap, Queena berubah seperti tadi. Kubelai pipinya yang halus, sejak tadi kami tak berniat untuk merubah posisi, Quee
Pesona Istri Season 3 Suasana Restoran cukup rame pagi ini, banyak orang yang melakukan hal yang sama seperti yang kami lakukan, sarapan. Kami memilih tempat semi outdoor dengan meja yang muat banyak orang. Sengaja agar kami bisa duduk bersama-sama dengan dua keluarga. Ada Mama dan Papa, Om Wisnu juga Tante Syifa, Atma dengan istrinya, aku dengan Queena, lalu juga Hulya. Menu yang kami ambil sesuai selera sudah terhidang di meja. Kami tinggal menikmati sambil berbincang-bincang. "Mama dan Papa hari ini pulang," ucap Mama. "Kamu jaga diri, jadi suami dan menantu yang bertanggung jawab," sambungnya, memberi pesan padaku. "Iya, Mam.""Kalau Mama rindu, kalian mau datang, kan?" tanya Mama lagi. "Tentu saja Mam," jawab Queena."Kamu masih punya Hulya dan Atma, jangan terlalu merasa kehilangan begitu. Dia bukan pergi kemana-mana, hanya tinggal bersamaku," timpal Om Wisnu. Mama tak menanggapi ucapan besannya, hanya menatap tajam tanda tak suka. Sepertinya Mama sedang enggan berdebat de
Pesona Istri Season 3 POV Atma Matanya yang bening dan berbinar-binar itu selalu langsung tertunduk saat tak sengaja kami berpandangan. Senyum manis selalu menghias wajahnya yang bersih bak pualam. Suaranya lembut, dan begitu nyaman saat menyapa indera pendengaran. Gadis itu, semakin tumbuh dewasa semakin anggun dan menawan. Ibarat bunga mawar, aku melihatnya sejak saat dia baru tumbuh dedaunan, kemudian ranting semakin banyak, lalu tumbuhlah kuncup-kuncup kecil yang yg begitu indah, siap mekar dan memperlihatkan pesonanya sebagai bunga. Zitni Khaldean Mukhsin, itu nama yang tersemat pada gadis itu. Aku melihat dan mengenalnya saat usia kami sama-sama masih remaja. Seperti halnya Nata yang sudah tertarik dengan Queena sejak masih remaja, begitu pula denganku. Kupikir, rasa ini hanyalah rasa yang biasa terjadi pada remaja-remaja yang dalam masa mencari jari diri, masa pubertas. Namun sering berjalannya waktu, aku tetap mengaguminya. Dalam diam, kami saling mencuri pandang.Dua sauda
Pesona Istri Season 3"Abang, sholat dulu," lirih Zitni, yang sudah berada di bawahku. Tak kuasa aku untuk tidak menjamahnya begitu dia tersenyum padaku tadi. Seakan semua penghalang sudah lenyap dan aku bisa melakukan apa saja padanya. Hingga dengan naluri berburu yang ada pada laki-laki, aku menciumnya dan membawanya ke pembaringan.Ah, iya. Aku sampai lupa untuk mengawali dengan mendirikan sholat dua rakaat. Apa aku memang setergesa-gesa itu ingin menyatu dengan pujaan hatiku. Pertama kali yang harus ditegakkan bersama dengan pasangan adalah taat kepada Allah, makanya kebersamaan suami istri hendaknya diawali dengan sholat dua rakaat. "Harusnya kamu menyambutku dalam balutan mukena, biar aku gak khilaf," ujarku, mencari pembenaran atas tindakan yang barusan kulakukan. "Iya, kah?" Zitni balik bertanya. "Ya sudah ayo, ke kamar mandi." Tak berniat membalas perkataannya, kuajak dia untuk bersuci saja. Aku bangkit dari posisiku, dimana tubuhku menindihnya dengan sempurna. "Ngapain?
Pesona Istri Season 3 POV Hanan "Selamat ulang tahun Sayang ucapku sambil memberikan sebuket bunga mawar untuknya." Meskipun di rumah ini ada taman bunga mawar, tapi tetap saja memberi bunga padanya selalu membuatnya bahagia. Namun, dia akan berkata tak suka pada bunga yang sudah dipetik. "Terima kasih, Mas," jawabnya tanpa terlihat sedikit pun senyum di wajahnya. Sudah beberapa hari ini Husniah tampak bersedih hati. Aku tahu penyebabnya tak bahagia beberapa hari ini. Sudah hampir dua bulan tak ada dari anak-anaknya yang datang mengunjungi kami baik Hulya yang belum memiliki anak maupun Atma dan Nata yang sudah sibuk dengan keluarga kecilnya ditambah dengan keberadaan anaknya."Kamu rindu pada anak-anak?" tanyaku.Pertanyaanku hanya dijawab Husniah dengan anggukan, seakan dia enggan berbicara. Aku tahu jika dia mengungkapkan isi hatinya, dia akan menangis begitu saja. Entah kenapa di usianya yang tak lagi muda, Husniah semakin melankolis. Kurasa ini terjadi setelah anak-anak perg
Pesona Istri Season 3 "Sayang, Abang minta maaf," ucapku, sembari mencoba mendekat padanya lagi. Dia marah tapi tak mau didekati, bagaimana bisa aku menenangkannya. Lebih baik dia memukuliku daripada menjauh dengan tampang seperti itu. "Kenapa minta maaf," ketus Queena. "Udah bikin kamu kesal," balasku. "Sini, kita bicarakan dengan tenang. Kamu mau apa?" Wajah itu masih cemberut, tapi tak lagi menjauhiku hingga jarak kami semakin dekat. "Maaf ya." Lagi aku mengatakan permintaan maaf, entah untuk kesalahan yang mana. Yang penting aku minta maaf saja, mungkin dengan seperti ini dia kan lebih baik. Tanpa dikomando, air mata Queena meluncur melewati pipinya yang terlihat berisi, lalu kemudian berlanjut dengan isakan kecil terdengar di telingaku. "Abang minta maaf," ucapku, lagi, entah untuk yang berapa kali. Aku merengkuh tubuh Queena dalam pelukan. Istriku itu tak menolak dan melawan, dia terisak dalam dekapanku. Biarlah, dia puas menangis setelah puas memukuliku. Biar dia mel
Pesona Istri Season 3"Nata, Queena pergi meninggalkan Rafka sejak tadi pagi," ucap Tante Syifa dari ujung telepon, ketika aku mengangkat panggilan dari mertuaku tersebut.Mendengar penuturan Tante Syifa, tentu saja membuatku sedikit terkejut. Tadi pagi memang Queena masih marah saat kutinggal pergi kerja. Kali ini bukan masalah postur tubuhnya yang gemuk namun kami bertengkar lagi karena Queena kembali mencurigaiku memiliki kedekatan dengan Yuanita pada hal dia jelas-jelas tahu kalau wanita itu sudah memiliki tunangan. Meskipun sampai sekarang mereka belum berniat untuk menikah. Entah kenapa beberapa hari ini, tidur kami selalu diwarnai dengan pertengkaran. "Quina pergi ke mana, Ma. Dia tak pamit dan meninggalkan Rafka begitu saja. Lalu gimana sekarang keadaan anak itu apakah dia rewel karena tak ada mamanya?" Bertubi-tubi aku bertanya pada mertuaku. Jika di lihat sekarang sudah mulai sore, artinya istriku itu sudah pergi dari rumah cukup lama. Tapi kenapa Tante Syifa baru mengat
Pesona Istri Season 3 "Nggak gitu juga kali konsepnya Kak Yuan," ucap Queena dengan nada sebal.Sepertinya dia tak suka dengan perkataan yang dilontarkan oleh Yuanita barusan, siapa yang suka dengan perkataan seperti itu. Aku pun tak suka, Queena adalah istriku tak ada yang boleh memilikinya selain diriku. "Aku cuma bercanda mengimbangi perkataan Liam barusan," sahut Yuanita, membela diri.Dua wanita ini nampaknya sulit akur sekarang, Queena yang cemburu pada Yuanita karena dulu kami pernah dekat, dan Yuanita yang cemburu pada Queena karena Liam begitu perhatian pada istriku. Kami berbasa-basi beberapa saat, kurang lebih hanya empat puluh lima menit. Karena kami harus segera pergi ke restoran. William pergi sendiri mengendarai mobilnya, sedangkan aku dan Yuanita akan berkendara di mobil yang sama seperti yang kami katakan tadi. "Aku pergi dulu ya, Sayang," pamitku pada Queena. "Kok Kak Yuanita ikut dengan Abang?" tanya Queena, seperti tak suka. "Liam akan langsung ke kantornya,
Pesona Istri Season 3Aku sudah mulai aktif kembali bekerja di restoran bersama dengan Yuanita. Sampai sekarang aku tak pernah tahu lagi, bagaimana hubungan dia dengan William. Kulihat mereka baik-baik saja namun hingga detik ini sepertinya tak ada kemajuan dalam hubungan mereka entah kapan mereka akan memutuskan untuk menikah. Biarlah itu bukan urusanku, mereka adalah dua orang dewasa yang sudah tahu mana yang baik dan mana yang benar. "Bagaimana keadaan Queena?" Tanya William saat aku hendak pulang. "Alhamdulillah sehat dan baik," jawabku. Sejak kejadian Yuanita melihatnya memeluk Queena dan dia marah-marah tidak jelas itu, William lebih banyak menahan diri. Dia tak lagi ingin dekat dengan Queena. Ditambah lagi aku dan istriku pergi ke luar kota, pindah ke rumah Mama dan Papa dalam beberapa bulan. Kupikir, membuat kedekatan Queena dan William tak lagi seperti dulu. "Mau ke sana, kita tengok Mama dan bayinya." Yuanita datang menghampiri kami dengan sebuah usulan. "Kamu mau?" Wil
Pesona Istri Season 3 Aku terbangun saat terdengar suara azan dari ponselku. Malam tadi kami masih tidur dengan nyenyak, Queena juga tidak membangunkanku. Bayi kami pun tidak di bawa ke sini. Perawat bilang, bayi yang baru lahir tidak langsung lapar dan ingin menyusu dari mamanya saat kutanya apa bayi kami tak kelaparan. Aku segera bangun, membersihkan diri dan sholat subuh, setelah itu membangunkan Queena. "Sayang, mau mandi gak?" Tanyaku sambil mengecup keningnya. "Sudah jam berapa?" Queena bertanya. "Jam lima lewat." Queena terlihat susah payah saat ingin bangun dari posisinya. Tentu saja, pasti dia masih kesakitan di bagian intimnya. "Ayo abang bopong," kataku sembari mengambil posisi hendak mengangkat tubuhnya. Queena menatap padaku. "Iya deh," sahutnya sambil memamerkan barisan giginya. Kenapa tak minta tolong saja dari tadi. Dengan hati-hati, kuangkat tubuhnya dan kubawa ke kamar mandi. "Mau dimandiin?" tanyaku. "Apaan sih Abang, aku bisa mandi sendiri." Dia menolak
Pesona Istri Season 3 POV Nata Wajah lelah namun tampak bahagia itu tersenyum bahagia saat menatapku. Aku baru saja mengazani bayi kami yang ada di ruang bayi. Sedangkan Queena masih berada di ruang bersalin tadi saat aku tinggalkan untuk melihat bayi kami. Queena melahirkan tanpa persiapan, kami sedang asyik jalan-jalan di mall tapi tiba-tiba dia pecah ketuban. Lalu saat di bawa ke rumah sakit ternyata sudah pembukaan 4 dan semua berjalan dengan cepat. "Bukannya anak pertama katanya perlu lama kontraksi untuk pembukaan." Itu yang aku tanyakan pada dokter saat dikatakan Queena sudah siap melahirkan. "Aku udah mulas dari kemarin, Abang. Tapi aku tahan, makanya tadi sengaja aku ajak Abang jalan-jalan biar rasa sakitnya teralihkan." Ah, Queena, ada-ada saja. Kuat juga dia menahan rasa sakit itu. Tapi mungkin aku dan kedua mertuaku akan jauh lebih khawatir jika tahi sejak kemarin dia mulas tapi bayi baru lahir hari ini. Kembali kukecup kening Queena yang sudah berada di atas kursi
Pesona Istri Season 3POV Hulya Pengantin baru, rumah baru. Begitu pulang dari hotel, aku hanya menginap di rumah Papa dan Mama dua malam. Lalu hanya semalam berada di rumah mertuaku, kemudian suamiku langsung membawaku pergi ke rumah yang dia inginkan untuk menjadi tempat tinggal kami. Sejauh ini, keluarga mertuaku semuanya baik dan sayang padaku. Termasuk adik iparku yang merupakan adik Mas Aslam. Mereka hanya dua bersaudara. Pantas saja kalau suamiku itu begitu memanjakan adik perempuannya. Aku hanya bisa menurut saat Mas Aslam mengajakku tinggal berdua saja, dia memilih rumah minimalis modern untuk menjadi tempat tinggal kami. "Aku hanya ingin menghabiskan waktu berdua saja denganmu, di rumah yang tak terlalu luas sehingga aku bisa selalu melihat keberadaanmu setiap saat. Selain itu, agar kamu tak kesepian jika sendiri karena rumah tak terlalu besar." Itu yang dikatakan Mas Asalm saat pertama kali kami menginjakkan kaki di rumah ini. Terhitung sudah satu minggu kami tinggal
Pesona Istri Season 3 Suasana pagi terasa mulai ramai oleh orang-orang yang hendak pergi bekerja. Dengan senyum lebar, aku menanti kedatangan moda transportasi umum yang sangat ingin aku coba, kereta listrik. Aku dan Mas Aslam akan naik kendaraan umum itu berbarengan dengan orang-orang yang berangkat ke kantor. "Senangnya akhirnya kita bisa naik kereta ini bareng," ucapku seraya menatap ke arah lintasan kereta. Menunggu alat transportasi tersebut datang. "Kenapa harus di jam segini sih, lihat ramai sekali. Kita ini baru menikah, harusnya bersantai di hotel menikmati kebersamaan bukannya malah ikutan berdesakan dengan para karyawan," omel Mas Aslam.Sebenarnya dia tak setuju aku melakukan ini saat ini, khawatir masih lelah setelah kemarin kami sibuk di acara pernikahan. "Ini letak serunya, ikutan berdesakan dengan penumpang lainnya. Kalau sepi mana seru, biar tahu bagaimana hidup sulit," jawabku sekenanya. Mas Aslam hanya geleng-geleng kepala mendengar perkataanku. "Memangnya gak