Pesona Istri Season 3 "Mama mertua, boleh yaa," rengek Queena. Kali ini dia merengek pada Mama. Queena tak lagi memanggil Mama dengan panggilan Tante, tapi Mama Mertua, ada-ada saja. Seperti kami tak salah memilih calon istri, menantu-menantu perempuan Mama akrab dengannya. Mudah-mudahan akan selamanya seperti itu, menantu yang berbakti dan mertua yang menyayangi, serta menganggap menantunya seperti anak sendiri. Sehingga aku dan Atma, tak perlu kerja keras menyatukan dua wanita yang berbeda usia dan tentu saja pemikirannya. "Udah biarin saja Queena di sini dulu, cuma dua mingguan, kan. Nanti kita antar bareng-bareng, sekalian melangsungkan pernikahan," ucap Mama."Ya Masa begitu sih, Mbak. Harusnya Queena dipingit di rumah bukan malah tinggal bersama dengan calon suaminya." Tante Syifa menolak usulan Mama. "Udah gak jamannya lagi pingitan. Insya Allah di sini aman, kan temennya ada Hulya dan juga Zitni. Zitni kadangkala lebih banyak menghabiskan waktu di sini daripada di rumahnya
Pesona Istri Season 3 Mama tertawa mendengar jawaban Queena. Kupikir Mama akan marah dengan perkataan calon menantunya Bagaimana tidak marah dengan jawaban yang seolah-olah main-main seperti itu. "Kamu seperti papamu," ucap Mama di sela-sela tawanya. "Tante gak marah?" tanya Queena. "Marah sih, meskipun kalian akan segera menikah tapi tak seharusnya seperti ini. Selama ini kalian sukses menjaga diri, tidak sampai terjerumus dalam hal-hal yang terlarang. Tapi setan dan hawa nafsu selalu berusaha menggelincirkan manusia bagaimana pun caranya. Meskipun kalian akan menikah sebentar lagi, kalian tetap tak boleh melakukan apapun yang bisa mendekat pada perbuatan dosa." Panjang lebar Mama menasehati kami."Maaf, Mam." Aku berkata sembari mengangkat kepalaku dari pangkuan Queena. Ya, sejak tadi kepala ini masih menempel dengan nyamannya di sana meskipun sudah ada Mama di hadapan kami."Nata harus bisa menahan diri," nasehat Mama padaku. "Queen yang salah, Tante. Tadi minta Abang potong
Pesona Istri Season 3Aku memutar tubuh yang bertelanjang dada di depan cermin. Mencari sesuatu yang tampak berbeda, mendadak otakku teringat malam itu saat tertidur begitu saja di kamar hotel tanpa peduli pada Queena. Apa dia meneliti tubuhku. Ah, dasar Queena. Apa yang dia lakukan padaku. Apa dia menandaiku. Pertanyaan berputar-putar di kepalaku. "Abang, ayo makan." Ketukan pintu disertai panggilan menyadarkanku. Sejak Queena di sini, dia rajin sekali manggilku pada jam-jam makan. Katanya salah satu cara belajar menjadi istri yang baik. Aku penasaran, apa dia bisa memasak juga seperti Mama. Kulihat dia belum pernah ke dapur sama sekali. "Abang, aku masuk yaa," teriak Queena di sertai pintu kamar yang terbuka. Aku belum mengijinkannya tapi dia sudah hendak masuk begitu saja. Matanya menatapku yang belum memakai baju, bukannya memalingkan wajah, kaget dan malu-malu, dia malah tampak santai saja. "Lihatin kamar calon suami, ah. Bentar lagi jadi kamarku juga," ucap Queena, kakinya
Pesona Istri Season 3 "Abang ...," panggil Queena dengan suara manja. Gadis itu menelponku dari kamarnya lewat panggilan video. Hari mulai larut tapi dia belum tidur juga, padahal besok adalah hari pernikahan kami. "Apa, Queen, Abang ngantuk pengen tidur," jawabku sambil bermalas-malasan. Kusembunyikan wajahku di atas bantal. "Lihat dulu ini," rengek Queena. Aku mengangkat wajah dan menatap pada layar ponsel. Terlihat olehku, kelap-kelip lampu kota dari ketinggian. Kami menginap di sebuah hotel bintang lima tempat dimana kami akan melangsungkan pernikahan juga. "Gak ada yang seru dari lampu-lampu itu," balasku. Kembali kusembunyikan wajahku."Ih, bukan lampunya. Ini tempat berendamnya," teriak Queena.Aku kembali mengangkat kepala dengan malas. Pandangku berpindah fokus, beralih pada Jacuzzi yang tepat berada di kaca besar yang memperlihatkan pemandangan kota di malam hari tadi . "Apanya yang seru?" Tanyaku. Lagi-lagi merasa tidak ada yang seru dengan tempat itu. Apa serunya
Pesona Istri Season 3 Queena menyambutku dengan senyumannya. Dia terlihat sudah segar dan berganti dengan gaun tidur yang panjang hingga menutupi mata kakinya. Namun gaun itu tanpa kancing sama sekali, hanya diikat di bagian pinggang dengan tali yang tak terlalu besar. Gaun berwarna mint dengan bahan satin itu terlihat halus dan tampak jatuh di tubuhnya yang ramping.Kulangkahkan kaki masuk ke dalam, aroma wangi melati memenuhi ruangan. Entah darimana asalanya aroma itu tapi kurasa cukup memanjakan indera penciuman. Di atas ranjang yang terlapisi sprei berwarna putih terdapat kelopak bunga mawar dengan dibentuk hati. "Abang mandi dulu biar aku yang beresin bajunya," ucap Queena, wanita yang sudah menjadi istriku itu meraih pegangan koper yang saat ini masih ada dalam genggaman. Benda berisi pakaianku itu berpindah ke tangannya. Queena lebih mempedulikan koper daripada aku yang sudah ada di depannya. Kemarin-kemarin sebelum menjadi suami istri dia selalu saja ingin bersentuhan kulit
Pesona Istri Season 3Wajah cantik itu memerah, nafas kami berat dan bersahutan seperti habis berlarian. Ini yang pertama bagiku, bagi kami. Aku memang tak sesoleh Atma, tapi tak juga berbuat semaunya. Aku tak pernah berniat merusak anak gadis orang meskipun hanya sekedar menikmati bibirnya. "Kenapa Abang membentak barusan," tanya Queena. "Mana?" Aku berkelit. Memang tadi aku sempat sedikit berkata keras padanya karena kupikir dia sudah melakukan hal yang tidak-tidak. "Tadi, barusan. Sebelum Abang menerkamku.""Enggak ah.""Pasti Abang pikir aku sudah tidak per ....""Sttt!" Kuletakkan jariku di bibirnya. "Kamu sengaja kan melakukannya. Pura-pura sedih, memelas, agar Abang berpikir yang tidak-tidak. Kamu sukses ngerjain Abang."Queena hanya tersenyum menanggapi perkataanku. Benar kan dugaanku, tak habis-habisnya dia berbuat seperti itu. Lagian tak mungkin dalam sekejap, Queena berubah seperti tadi. Kubelai pipinya yang halus, sejak tadi kami tak berniat untuk merubah posisi, Quee
Pesona Istri Season 3 Suasana Restoran cukup rame pagi ini, banyak orang yang melakukan hal yang sama seperti yang kami lakukan, sarapan. Kami memilih tempat semi outdoor dengan meja yang muat banyak orang. Sengaja agar kami bisa duduk bersama-sama dengan dua keluarga. Ada Mama dan Papa, Om Wisnu juga Tante Syifa, Atma dengan istrinya, aku dengan Queena, lalu juga Hulya. Menu yang kami ambil sesuai selera sudah terhidang di meja. Kami tinggal menikmati sambil berbincang-bincang. "Mama dan Papa hari ini pulang," ucap Mama. "Kamu jaga diri, jadi suami dan menantu yang bertanggung jawab," sambungnya, memberi pesan padaku. "Iya, Mam.""Kalau Mama rindu, kalian mau datang, kan?" tanya Mama lagi. "Tentu saja Mam," jawab Queena."Kamu masih punya Hulya dan Atma, jangan terlalu merasa kehilangan begitu. Dia bukan pergi kemana-mana, hanya tinggal bersamaku," timpal Om Wisnu. Mama tak menanggapi ucapan besannya, hanya menatap tajam tanda tak suka. Sepertinya Mama sedang enggan berdebat de
Pesona Istri Season 3 POV Atma Matanya yang bening dan berbinar-binar itu selalu langsung tertunduk saat tak sengaja kami berpandangan. Senyum manis selalu menghias wajahnya yang bersih bak pualam. Suaranya lembut, dan begitu nyaman saat menyapa indera pendengaran. Gadis itu, semakin tumbuh dewasa semakin anggun dan menawan. Ibarat bunga mawar, aku melihatnya sejak saat dia baru tumbuh dedaunan, kemudian ranting semakin banyak, lalu tumbuhlah kuncup-kuncup kecil yang yg begitu indah, siap mekar dan memperlihatkan pesonanya sebagai bunga. Zitni Khaldean Mukhsin, itu nama yang tersemat pada gadis itu. Aku melihat dan mengenalnya saat usia kami sama-sama masih remaja. Seperti halnya Nata yang sudah tertarik dengan Queena sejak masih remaja, begitu pula denganku. Kupikir, rasa ini hanyalah rasa yang biasa terjadi pada remaja-remaja yang dalam masa mencari jari diri, masa pubertas. Namun sering berjalannya waktu, aku tetap mengaguminya. Dalam diam, kami saling mencuri pandang.Dua sauda