Share

Seratus Dua

Penulis: Isna Arini
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-13 23:01:18

Aku pulang di sambut oleh si kembar, tak biasanya tidak ada Husniah bersama mereka.

"Mama mana?" tanyaku pada dua bocah yang bergelayut manja di kedua lenganku.

Saat mendengar mobilku datang, mereka akan berlarian ke luar dan menyambut kedatanganku. Lalu sama-sama minta di gendong. Di usianya yang ke empat, cukup berat juga mengendong keduanya sekaligus.

"Di kamar," jawab Atma.

"Mama tidak keluar sejak tadi pagi," timpal Nata.

Mereka berdua memang sudah cukup lihai berkomunikasi, mereka bisa diajak berbicara dua arah meskipun dengan logat yang belum sepenuhnya fasih. Ada beberapa huruf yang belum bisa diucapkan dengan benar.

"Kalian sudah pada mandi?"

"Sudah," jawabnya berbarengan.

"Oke, main dulu sendiri yaa. Papa ganti baju dulu," perintahku pada anak-anak itu.

Keduanya segera turun dari gendonganku begitu sampai di dalam pintu kamar. Lalu berlarian kembali ke tempat mereka bermain tadi.

Aku penasaran dengan Husniah, apa yang terjadi padanya hingga tak mau keluar dari kama
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Seratus Tiga

    Putri yang begitu aku inginkan itu akhirnya lahir juga ke dunia. Kulitnya putih seperti salju, bibirnya kecil dan merah seperti darah, bulu matanya yang lentik, rambutnya lurus dan hitam, dia bagikan bidadari. Bukan aku berlebihan hingga mendiskripsikan seperti putri dari negeri dongeng. Tapi bayi itu memang secantik itu, bagiku."Taruh, Mas, jangan digedong terus. Nanti kalau kebiasaan siapa yang repot," ucap Husniah saat melihatku masih saja mengendong bayi yang belum bernama itu. Baru dua kali dua puluh empat jam yang lalu bayi itu terlahir di dunia, dan aku terus saja mengaguminya. Kami masih ada di rumah sakit, di ruang rawat inap. Si kembar ada di rumah dalam pengawasan Ibu dan Bapak. Mereka berdua sengaja datang dari kampung menjelang kelahiran bayi yang dikandung Husniah. "Nanti aku yang bakalan gendong," jawabku tanpa mengalihkan pandangan dari bayi mungil itu."Kalau kamu kerja?""Nanti ada pengasuhnya."Husniah menghela nafas panjang. Mendengar helaan nafasnya, aku segera

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-16
  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Seratus Empat

    Suara ibu-ibu membaca ayat suci Alquran terdengar di ruang depan. Ibu-ibu pengajian komplek yang datang untuk syukuran rumah baru kami. Anak-anak berada di halaman belakang untuk mengadakan acara ulang tahun putri kami sembari menunggu orang tua mereka yang masih mengadakan pengajian. Husniah, Ibu dan Syifa ada di ruang tengah menemani ibu-ibu di sana, sedangkan aku dan Wisnu menemani anak-anak. Hanya acara sederhana saja, mendoakan agar si kecil Hulya sehat selalu dan bahagia. Kami sengaja melakukan di hari yang sama, sekalian reportnya, begitu yang kami pikirkan. Lagipula tanggal dimana kami pindahan memang tidak jauh-jauh dari tanggal Hulya ulang tahun. Acara berjalan dengan lancar, baik pengajian maupun ulang tahun. Semua orang pulang saat acara selesai di jam empat sore. Tadi kami memulainya sekitar jam dua siang. Tinggallah keluarga kami saja yang ada. Ibu dan Bapak serta Syifa sekeluarga, masih akan menginap di sini.***Tawa anak-anak bergema di ruang bermain. Sengaja aku s

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-17
  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Seratus Lima

    POV Husniah"Om, kenapa gak bikin anak kembar seperti Mama dan Papa, lihat aku gak bisa main dengan mereka. Mereka lebih asyik main berdua saja, bertiga sih dengan Hulya." Nata, putra kecilku yang kini berusia delapan tahun datang dengan wajah cemberut. Pasti dia merasa tersisihkan lagi saat main dengan saudara kembarnya dan juga Queena. Kemarahannya dari semalam masih saja berlanjut hingga pagi hari saat mereka mulai bermain lagi. Kali ini mereka bermain air di kolam renang. Sedangkan aku dan Kak Wisnu mengawasi sambil duduk di kursi yang ada di pinggir kolam."Membuat anak itu bukan seperti membuat adonan kue, Nata. Bikin banyak lalu dibagi dua, jadi deh dua kue dengan besar yang sama," jawab Kak Wisnu. "Memangnya kenapa Om harus punya anak langsung dua," sambung Kak Wisnu, bertanya alasan Nata mengatakan hal seperti itu. "Kalau ada dua, kan aku gak berebut sama Atma. Queena lebih suka main sama Atma," terang Nata."Masa?" tanya Kak Wisnu tak percaya. "Lihat saja sendiri, saat ak

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-17
  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Seratus Enam

    Waktu begitu cepat berlalu, rumah kami yang dulu ramai dengan tawa dan tangisan anak-anak, rumah kami yang dulu berisik dengan derap kaki anak-anak yang berlarian, kini mulai sepi. Hanya ada aku dan Mas Hanan, juga Hulya di rumah yang cukup luas ini. Nata dan Atma, mereka lebih memilih untuk kuliah di luar kota. Lebih tepatnya di kampusku dulu. Katanya, mereka ingin menikmati kampus yang sama dengan kampus dimana mamanya kuliah. Nata memilih untuk mengambil jurusan management bisnis sedangkan Atma memilih jurusan tarbiyah. Mereka kembar identik tapi sangat jauh berbeda sifat maupun keinginannya. Kak Wisnu bilang, Atma dan Nata cerminan aku dan Mas Hanan. Satu kalem dan yang satu bekasaan. Tentu saja aku yang kalem. Nata akan menggantikan papanya di perusahaan keluarga kami, sejak dulu hingga kini dialah yang menjadi wakilku di cabang perusahaan yang dimiliki oleh Kakek. Aku memilih untuk mengabdikan diri menjadi ibu rumah tangga seperti perkataanku dulu. Sedangkan Atma, dia ingin m

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-19
  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Seratus Tujuh

    Pesona Istri Season 3POV NATAKupandangi foto gadis yang sekarang sudah beranjak dewasa, Shaqueena. Teman yang aku jahili sejak kecil, nyatanya bertahta di hatiku. Bukan hanya sebagai teman ataupun saudara, tapi lebih dari itu. Tahun ini adalah tahun terakhirnya kuliah di luar negeri. Ini adalah foto satu-satunya yang kumiliki, itupun aku harus membujuknya setengah mati agar dia mau memberikannya. Selama kuliah di Australia, dia tak pernah sekalipun pulang ke Indonesia. Hanya saja Om Wisnu dan Tante Syifa sering ke sana menengok putri satu-satunya itu. Atau mungkin aku yang tak tahu kalau dia pulang ke Indonesia untuk berlibur. Gara-gara kejadian malam itu, semua hancur berantakan. Queena langsung di kirim keluar negeri begitu lulus SMA. Sedangkan aku, Mama memohon dengan air matanya agar aku tak mendekati Queena lagi untuk alasan apapun. Hari itu sepulang kuliah, aku pergi ke sekolah Queen dan mengajaknya jalan-jalan. Hari memang sudah sore saat kami pergi ke mall bersama. Kami m

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-20
  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Seratus Delapan

    Pesona Istri Season 3Mendengar pertanyaan Mama yang berulang, aku bingung hendak menjawab apa. Mama tak pernah melarangku jatuh cinta pada Queena, hanya saja karena kejadian itu, Mama melarangku mendekati Queena lagi. Wanita yang sudah melahirkanku itu bilang, sekuat apapun dikejar dan diperjuangkan, jika bukan jodoh maka tak akan bisa bersama. Cinta sejati itu mendatangkan bahagia, bukan menyakiti hati. Termasuk hari orang tua, jika dia jodohmu, maka akan menjadi milikmu bagaimanapun jalannya. Aku memilih untuk duduk bersimpuh di hadapan Mama, meletakkan kepalaku di pangkuannya. Posisi ini adalah posisi ternyaman bagiku. Dalam pangkuannya seakan ada sihir yang menenangkan. Membuat beban yang ada di dalam hatiku sekaan menghilang. Wanita berhati lembut ini, seakan memiliki sesuatu yang tidak dimiliki siapapun di dunia ini. Dia sumber kebahagiaan di rumah kami. Baik Papa maupun kami anak-anaknya sangat bergantung padanya. Kebahagiaan Mama adalah kebahagiaan kami, dukanya adalah duk

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-21
  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Seratus Sembilan

    "Jadi kamu pilih siapa, Queen?" Aku ikut bertanya, dengan berdiri di belakang Atma dan Hulya, aku bisa ikut melihat wajahnya yang selama ini hanya bisa kupandangi lewat gambar saja. Keseruan mereka langsung terhenti karena kedatanganku. Queena juga langsung diam seketika begitu melihatku. Tak lama kemudian, layar monitor mengelap. Gadis itu mematikan sambungan panggilan videonya. "Ah, Abang Nata. Usil aja sih, Queen jadi kabur, kan." Hulya memberengut. Gadis itu langsung menutup laptopnya dan bangkit dari kursi. Kemudian berlalu meninggalkanku dan Atma. "Kalian sering telepon bersama?" Tanyaku pada saudara kembarku itu. Aku memilih duduk di kursi yang tadi di duduki oleh Hulya tadi. "Tumben belum tidur?" Atma malah balik bertanya. Aku memang lebih cepat masuk kamar jika esok harinya adalah hari Senin. Sehari akan kuhabiskan waktu dengan Mama atau Papa jika tidak kuliah. Aku sangat jarang berkumpul dengan teman-teman, usiaku bukan lagi usia untuk bermain-main. Dua puluh enam tahun

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23
  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Seratus Sepuluh

    Aku tak berniat melepaskan pegangan tanganku pada tangan Queena, tak peduli jika Om Wisnu akan melihat semua yang terjadi saat ini. "Abang Nata, tolong lepaskan. Papa akan marah jika melihatnya," pinta Queena. "Aku sudah tak peduli lagi pada apapun, jika memang semua harus berakhir sekarang maka hari ini adalah saatnya," jawabku. Seperti apa yang dikatakan Mama, jika jodoh pasti akan bersama, maka hari ini akan kupastikan Queena jodohku atau bukan. Tak lama berselang, sudah berdiri di hadapan kami Om Wisnu dengan pandangan mata menatap pada kami berdua. Melihat dengan tajam padaku yang tengah memegang pergelangan tangan putrinya. "Ngapain di sini?" tanya Om Wisnu dengan suara rendah. Kupikir dia akan meledak-ledak seperti malam itu."Queen yang mengajak Abang Nata bertemu di sini," jawab quina.Aku menatap tak percaya pada jawaban gadis itu. Dia membelaku?"Jangan berdua-duaan saja itu tak baik, apalagi kalian berlawanan jenis. Tak peduli sebaik apapun seorang lelaki, dia tetapla

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25

Bab terbaru

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    End

    Pesona Istri Season 3 POV Hanan "Selamat ulang tahun Sayang ucapku sambil memberikan sebuket bunga mawar untuknya." Meskipun di rumah ini ada taman bunga mawar, tapi tetap saja memberi bunga padanya selalu membuatnya bahagia. Namun, dia akan berkata tak suka pada bunga yang sudah dipetik. "Terima kasih, Mas," jawabnya tanpa terlihat sedikit pun senyum di wajahnya. Sudah beberapa hari ini Husniah tampak bersedih hati. Aku tahu penyebabnya tak bahagia beberapa hari ini. Sudah hampir dua bulan tak ada dari anak-anaknya yang datang mengunjungi kami baik Hulya yang belum memiliki anak maupun Atma dan Nata yang sudah sibuk dengan keluarga kecilnya ditambah dengan keberadaan anaknya."Kamu rindu pada anak-anak?" tanyaku.Pertanyaanku hanya dijawab Husniah dengan anggukan, seakan dia enggan berbicara. Aku tahu jika dia mengungkapkan isi hatinya, dia akan menangis begitu saja. Entah kenapa di usianya yang tak lagi muda, Husniah semakin melankolis. Kurasa ini terjadi setelah anak-anak perg

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Tujuh

    Pesona Istri Season 3 "Sayang, Abang minta maaf," ucapku, sembari mencoba mendekat padanya lagi. Dia marah tapi tak mau didekati, bagaimana bisa aku menenangkannya. Lebih baik dia memukuliku daripada menjauh dengan tampang seperti itu. "Kenapa minta maaf," ketus Queena. "Udah bikin kamu kesal," balasku. "Sini, kita bicarakan dengan tenang. Kamu mau apa?" Wajah itu masih cemberut, tapi tak lagi menjauhiku hingga jarak kami semakin dekat. "Maaf ya." Lagi aku mengatakan permintaan maaf, entah untuk kesalahan yang mana. Yang penting aku minta maaf saja, mungkin dengan seperti ini dia kan lebih baik. Tanpa dikomando, air mata Queena meluncur melewati pipinya yang terlihat berisi, lalu kemudian berlanjut dengan isakan kecil terdengar di telingaku. "Abang minta maaf," ucapku, lagi, entah untuk yang berapa kali. Aku merengkuh tubuh Queena dalam pelukan. Istriku itu tak menolak dan melawan, dia terisak dalam dekapanku. Biarlah, dia puas menangis setelah puas memukuliku. Biar dia mel

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Enam

    Pesona Istri Season 3"Nata, Queena pergi meninggalkan Rafka sejak tadi pagi," ucap Tante Syifa dari ujung telepon, ketika aku mengangkat panggilan dari mertuaku tersebut.Mendengar penuturan Tante Syifa, tentu saja membuatku sedikit terkejut. Tadi pagi memang Queena masih marah saat kutinggal pergi kerja. Kali ini bukan masalah postur tubuhnya yang gemuk namun kami bertengkar lagi karena Queena kembali mencurigaiku memiliki kedekatan dengan Yuanita pada hal dia jelas-jelas tahu kalau wanita itu sudah memiliki tunangan. Meskipun sampai sekarang mereka belum berniat untuk menikah. Entah kenapa beberapa hari ini, tidur kami selalu diwarnai dengan pertengkaran. "Quina pergi ke mana, Ma. Dia tak pamit dan meninggalkan Rafka begitu saja. Lalu gimana sekarang keadaan anak itu apakah dia rewel karena tak ada mamanya?" Bertubi-tubi aku bertanya pada mertuaku. Jika di lihat sekarang sudah mulai sore, artinya istriku itu sudah pergi dari rumah cukup lama. Tapi kenapa Tante Syifa baru mengat

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Lima

    Pesona Istri Season 3 "Nggak gitu juga kali konsepnya Kak Yuan," ucap Queena dengan nada sebal.Sepertinya dia tak suka dengan perkataan yang dilontarkan oleh Yuanita barusan, siapa yang suka dengan perkataan seperti itu. Aku pun tak suka, Queena adalah istriku tak ada yang boleh memilikinya selain diriku. "Aku cuma bercanda mengimbangi perkataan Liam barusan," sahut Yuanita, membela diri.Dua wanita ini nampaknya sulit akur sekarang, Queena yang cemburu pada Yuanita karena dulu kami pernah dekat, dan Yuanita yang cemburu pada Queena karena Liam begitu perhatian pada istriku. Kami berbasa-basi beberapa saat, kurang lebih hanya empat puluh lima menit. Karena kami harus segera pergi ke restoran. William pergi sendiri mengendarai mobilnya, sedangkan aku dan Yuanita akan berkendara di mobil yang sama seperti yang kami katakan tadi. "Aku pergi dulu ya, Sayang," pamitku pada Queena. "Kok Kak Yuanita ikut dengan Abang?" tanya Queena, seperti tak suka. "Liam akan langsung ke kantornya,

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Empat

    Pesona Istri Season 3Aku sudah mulai aktif kembali bekerja di restoran bersama dengan Yuanita. Sampai sekarang aku tak pernah tahu lagi, bagaimana hubungan dia dengan William. Kulihat mereka baik-baik saja namun hingga detik ini sepertinya tak ada kemajuan dalam hubungan mereka entah kapan mereka akan memutuskan untuk menikah. Biarlah itu bukan urusanku, mereka adalah dua orang dewasa yang sudah tahu mana yang baik dan mana yang benar. "Bagaimana keadaan Queena?" Tanya William saat aku hendak pulang. "Alhamdulillah sehat dan baik," jawabku. Sejak kejadian Yuanita melihatnya memeluk Queena dan dia marah-marah tidak jelas itu, William lebih banyak menahan diri. Dia tak lagi ingin dekat dengan Queena. Ditambah lagi aku dan istriku pergi ke luar kota, pindah ke rumah Mama dan Papa dalam beberapa bulan. Kupikir, membuat kedekatan Queena dan William tak lagi seperti dulu. "Mau ke sana, kita tengok Mama dan bayinya." Yuanita datang menghampiri kami dengan sebuah usulan. "Kamu mau?" Wil

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Tiga

    Pesona Istri Season 3 Aku terbangun saat terdengar suara azan dari ponselku. Malam tadi kami masih tidur dengan nyenyak, Queena juga tidak membangunkanku. Bayi kami pun tidak di bawa ke sini. Perawat bilang, bayi yang baru lahir tidak langsung lapar dan ingin menyusu dari mamanya saat kutanya apa bayi kami tak kelaparan. Aku segera bangun, membersihkan diri dan sholat subuh, setelah itu membangunkan Queena. "Sayang, mau mandi gak?" Tanyaku sambil mengecup keningnya. "Sudah jam berapa?" Queena bertanya. "Jam lima lewat." Queena terlihat susah payah saat ingin bangun dari posisinya. Tentu saja, pasti dia masih kesakitan di bagian intimnya. "Ayo abang bopong," kataku sembari mengambil posisi hendak mengangkat tubuhnya. Queena menatap padaku. "Iya deh," sahutnya sambil memamerkan barisan giginya. Kenapa tak minta tolong saja dari tadi. Dengan hati-hati, kuangkat tubuhnya dan kubawa ke kamar mandi. "Mau dimandiin?" tanyaku. "Apaan sih Abang, aku bisa mandi sendiri." Dia menolak

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Dua

    Pesona Istri Season 3 POV Nata Wajah lelah namun tampak bahagia itu tersenyum bahagia saat menatapku. Aku baru saja mengazani bayi kami yang ada di ruang bayi. Sedangkan Queena masih berada di ruang bersalin tadi saat aku tinggalkan untuk melihat bayi kami. Queena melahirkan tanpa persiapan, kami sedang asyik jalan-jalan di mall tapi tiba-tiba dia pecah ketuban. Lalu saat di bawa ke rumah sakit ternyata sudah pembukaan 4 dan semua berjalan dengan cepat. "Bukannya anak pertama katanya perlu lama kontraksi untuk pembukaan." Itu yang aku tanyakan pada dokter saat dikatakan Queena sudah siap melahirkan. "Aku udah mulas dari kemarin, Abang. Tapi aku tahan, makanya tadi sengaja aku ajak Abang jalan-jalan biar rasa sakitnya teralihkan." Ah, Queena, ada-ada saja. Kuat juga dia menahan rasa sakit itu. Tapi mungkin aku dan kedua mertuaku akan jauh lebih khawatir jika tahi sejak kemarin dia mulas tapi bayi baru lahir hari ini. Kembali kukecup kening Queena yang sudah berada di atas kursi

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Satu

    Pesona Istri Season 3POV Hulya Pengantin baru, rumah baru. Begitu pulang dari hotel, aku hanya menginap di rumah Papa dan Mama dua malam. Lalu hanya semalam berada di rumah mertuaku, kemudian suamiku langsung membawaku pergi ke rumah yang dia inginkan untuk menjadi tempat tinggal kami. Sejauh ini, keluarga mertuaku semuanya baik dan sayang padaku. Termasuk adik iparku yang merupakan adik Mas Aslam. Mereka hanya dua bersaudara. Pantas saja kalau suamiku itu begitu memanjakan adik perempuannya. Aku hanya bisa menurut saat Mas Aslam mengajakku tinggal berdua saja, dia memilih rumah minimalis modern untuk menjadi tempat tinggal kami. "Aku hanya ingin menghabiskan waktu berdua saja denganmu, di rumah yang tak terlalu luas sehingga aku bisa selalu melihat keberadaanmu setiap saat. Selain itu, agar kamu tak kesepian jika sendiri karena rumah tak terlalu besar." Itu yang dikatakan Mas Asalm saat pertama kali kami menginjakkan kaki di rumah ini. Terhitung sudah satu minggu kami tinggal

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus

    Pesona Istri Season 3 Suasana pagi terasa mulai ramai oleh orang-orang yang hendak pergi bekerja. Dengan senyum lebar, aku menanti kedatangan moda transportasi umum yang sangat ingin aku coba, kereta listrik. Aku dan Mas Aslam akan naik kendaraan umum itu berbarengan dengan orang-orang yang berangkat ke kantor. "Senangnya akhirnya kita bisa naik kereta ini bareng," ucapku seraya menatap ke arah lintasan kereta. Menunggu alat transportasi tersebut datang. "Kenapa harus di jam segini sih, lihat ramai sekali. Kita ini baru menikah, harusnya bersantai di hotel menikmati kebersamaan bukannya malah ikutan berdesakan dengan para karyawan," omel Mas Aslam.Sebenarnya dia tak setuju aku melakukan ini saat ini, khawatir masih lelah setelah kemarin kami sibuk di acara pernikahan. "Ini letak serunya, ikutan berdesakan dengan penumpang lainnya. Kalau sepi mana seru, biar tahu bagaimana hidup sulit," jawabku sekenanya. Mas Aslam hanya geleng-geleng kepala mendengar perkataanku. "Memangnya gak

DMCA.com Protection Status