Share

Seratus Tiga

Putri yang begitu aku inginkan itu akhirnya lahir juga ke dunia. Kulitnya putih seperti salju, bibirnya kecil dan merah seperti darah, bulu matanya yang lentik, rambutnya lurus dan hitam, dia bagikan bidadari. Bukan aku berlebihan hingga mendiskripsikan seperti putri dari negeri dongeng. Tapi bayi itu memang secantik itu, bagiku.

"Taruh, Mas, jangan digedong terus. Nanti kalau kebiasaan siapa yang repot," ucap Husniah saat melihatku masih saja mengendong bayi yang belum bernama itu.

Baru dua kali dua puluh empat jam yang lalu bayi itu terlahir di dunia, dan aku terus saja mengaguminya. Kami masih ada di rumah sakit, di ruang rawat inap. Si kembar ada di rumah dalam pengawasan Ibu dan Bapak. Mereka berdua sengaja datang dari kampung menjelang kelahiran bayi yang dikandung Husniah.

"Nanti aku yang bakalan gendong," jawabku tanpa mengalihkan pandangan dari bayi mungil itu.

"Kalau kamu kerja?"

"Nanti ada pengasuhnya."

Husniah menghela nafas panjang. Mendengar helaan nafasnya, aku segera
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status