"Jadi kamu pilih siapa, Queen?" Aku ikut bertanya, dengan berdiri di belakang Atma dan Hulya, aku bisa ikut melihat wajahnya yang selama ini hanya bisa kupandangi lewat gambar saja. Keseruan mereka langsung terhenti karena kedatanganku. Queena juga langsung diam seketika begitu melihatku. Tak lama kemudian, layar monitor mengelap. Gadis itu mematikan sambungan panggilan videonya. "Ah, Abang Nata. Usil aja sih, Queen jadi kabur, kan." Hulya memberengut. Gadis itu langsung menutup laptopnya dan bangkit dari kursi. Kemudian berlalu meninggalkanku dan Atma. "Kalian sering telepon bersama?" Tanyaku pada saudara kembarku itu. Aku memilih duduk di kursi yang tadi di duduki oleh Hulya tadi. "Tumben belum tidur?" Atma malah balik bertanya. Aku memang lebih cepat masuk kamar jika esok harinya adalah hari Senin. Sehari akan kuhabiskan waktu dengan Mama atau Papa jika tidak kuliah. Aku sangat jarang berkumpul dengan teman-teman, usiaku bukan lagi usia untuk bermain-main. Dua puluh enam tahun
Aku tak berniat melepaskan pegangan tanganku pada tangan Queena, tak peduli jika Om Wisnu akan melihat semua yang terjadi saat ini. "Abang Nata, tolong lepaskan. Papa akan marah jika melihatnya," pinta Queena. "Aku sudah tak peduli lagi pada apapun, jika memang semua harus berakhir sekarang maka hari ini adalah saatnya," jawabku. Seperti apa yang dikatakan Mama, jika jodoh pasti akan bersama, maka hari ini akan kupastikan Queena jodohku atau bukan. Tak lama berselang, sudah berdiri di hadapan kami Om Wisnu dengan pandangan mata menatap pada kami berdua. Melihat dengan tajam padaku yang tengah memegang pergelangan tangan putrinya. "Ngapain di sini?" tanya Om Wisnu dengan suara rendah. Kupikir dia akan meledak-ledak seperti malam itu."Queen yang mengajak Abang Nata bertemu di sini," jawab quina.Aku menatap tak percaya pada jawaban gadis itu. Dia membelaku?"Jangan berdua-duaan saja itu tak baik, apalagi kalian berlawanan jenis. Tak peduli sebaik apapun seorang lelaki, dia tetapla
Pesona Istri Season 3 "Mam, jangan lakukan itu. Jangan jodohkan aku dengan wanita lain." Aku menyela, kutampakkan diri yang sejak tadi bersembunyi di balik tembok. Aku tak bisa menahan diri lagi sehingga tanpa berpikir panjang, aku menyela ucapan Mama dan menunjukkan diriku pada mereka.Refleks pandangan Om Wisnu dan Mama tertuju padaku."Ini yang kamu bilang anak baik-baik, nguping pembicaraan orang tua dan menyela pula," kata Om Wisnu sambil menatap padaku. Apa jadinya jika pria ini jadi mertuaku, apa Om Wisnu tidak akan pernah menatapku dengan kasih sayang seperti saat dia memandang Atma. Dulu dia juga sayang padaku, tapi sekarang terus saja membenciku. "Nata tak sengaja mendengar percakapan kalian, bukan sengaja nguping," sangkalku."Sama saja," balas Om Wisnu sambil membuang muka. Mama terlihat menghela nafas panjang. "Nata, kembali ke kamar. Ini urusan Mama dan Om Wisnu kamu tidak perlu ikut campur saat ini.""Mam....""Nataaaa." Ucapan itu, bukan sebuah suara yang melengk
Pesona Istri Season 3 Keesokan harinya, Mama bersikeras mengajak kami untuk pulang. Padahal Tante Syifa dan Queena masih ingin kami tinggal. Menginap semalam dua malam lagi, namun Mama seakan enggan untuk melakukan itu. Dia lebih memilih untuk pulang hari itu juga. Entah apa yang dibicarakan oleh Mama dan Om Wisnu setelah kepergianku, hingga membuat Mama berubah seketika. Bahkan, saat aku ikutan membujuk Mama agar menginap semalam lagi, Papa melarangku dengan isyaratnya. Membuatku semakin penasaran saja, sepertinya Papa juga sudah tahu alasan Mama tak mau menginap lagi. Tentu saja aku masih ingin menginap, masih ingin melihat Queena dari dekat. Meskipun sekarang dia tak lagi memblokir nomorku, tapi berbicara dengannya melalui ponsel tentu saja jauh berbeda dengan bicara langsung. Sepanjang perjalanan pulang, Mama hanya diam di kursi penumpang bagian tengah bersama papa dan juga Hulya. Aku dan Atma bergantian menyetir mobil yang kami kendarai. "Mama sakit?" tanya Atma. "Enggak, Na
Pesona Istri Season 3 Papa menghirup nafas dalam-dalam, lalu menatapku sekilas. Tampak seperti banyak yang dipikirkan. "Tidak ada rumah tangga yang langsung baik-baik saja dan bahagia, Nata. Setiap rumah tangga punya ujiannya sendiri-sendiri. Meskipun menikah dengan wanita yang kita cintai, awal-awal begitu bahagia, namun sering berjalannya waktu, akan ada ujian juga. Seperti itu juga pernikahan Mama dan Papa, meskipun banyak air mata yang tumpah di antara kami, tapi pada akhirnya Mama dan Papa bisa bahagia seperti sekarang," tutut Papa panjang lebar. "Apakah dulu Papa tidak punya wanita yang Papa cintai sebelum menikah dengan Mama. Apa Papa tak sedang jatuh cinta saat Nenek menyuruh Papa menikah dengan Mama." Aku masih mencecar Papa dengan pertanyaan. Jika situsnya berbeda, tentu saja dengan mudah Papa menuruti permintaan ibunya."Rasa tertarik dan cinta itu wajar terjadi pada semua orang, baik wanita ataupun pria. Papa juga pernah suka pada wanita lain sebelum menikah dengan Mam
Pesona Istri Season 3 "Berantem sama Mama?" tanya Atma yang baru saja masuk ke dalam kamarku. "Enggak, sejak kapan kita suka berantem dengan orang tua." Aku berkelit. Atma menghela nafas panjang, lalu duduk di tempat tidurku, sedangkan aku sendiri sedang mengerjakan tugas kuliah. "Tidak ada salahnya mengikuti kemauan Mama, lihat saja dulu. Kenalan aja sama wanita yang Mama inginkan. Kalau sudah kenalan dan gak cocok bilang ke Mama, jangan langsung menolaknya," tutur Atma, memberikan nasehat padaku. "Kamu bisa bilang begitu karena itu bukan kamu. Coba kalau kamu yang dijodoh-jodohkan padahal sudah punya calon sendiri, mau?" "Mau jika itu bisa membuat orang tua bahagia," balas Atma. Aku berdecak kesal. Enteng sekali dia bilang begitu. Hanya kata-kata aku juga bisa. Aku tak yakin dia akan melakukannya jika memang berada di posisiku saat ini. "Ya ... ya, kamu memang putra idaman dan paling soleh."Kali ini gantian Atma yang berdecak. "Nata, Mama dan Papa tak pernah membeda-bedakan
Pesona Istri Season 3POV Hanan.Tubuh mungil itu terisak di pembaringan, setelah sekalian lama tak kudapati dia menangis, kali ini dia menangis lagi. Hunsiah, istriku yang paling tabah itu sudah tidak menangis lagi setelah anak-anak tumbuh dewasa dan mandiri, kini mulai kudapati beberapa kali meneteskan air mata. Bahkan dulu saat mengasuh Hulya, dia tak cengeng seperti saat mengasuh si kembar. Husniah cepat menyesuaikan diri saat memiliki anak ke dua. "Kenapa?" tanyaku sambil duduk di sisinya. Mendengar sapaanku, Husniah bangun dari posisinya, kemudian ikut duduk di sampingku. Dia mengusap pipinya yang berair."Aku hampir saja menjebak Nata pada penikahan yang tidak diinginkan. Jika dia terpaksa dan berbuat aniaya pada istrinya, apa jadinya anak gadis orang. Bagaimana kita bertanggung jawab pada keluarganya," terangnya seraya kembali mengusap air mata.Husniah, dia pernah berada di posisi itu, menjadi istri yang tidak diinginkan, menjadi istri yang terabadikan. Andai saja bisa kupu
Pesona Istri Season 3Tok ... Tok ...tok. "Boleh Mama masuk, Bang?" Terdengar suara wanita yang baru saja tersakiti olehku. Setelah Papa masuk kamar, sepertinya bisa membujuk Mama hingga sekarang wanita itu mendatangiku. Papa memang keren. "Queen, ada Mama. Aku matiin dulu ya," pintaku pada Queena. Gadis itu, tak ada angin tak ada hujan, tau-tau meneleponku setelah sekian lama menolak kuhubungi. "Apa mamamu lebih berharga dari apapun, Bang?" tanya Queena, seakan protes dengan apa yang kukatakan baruan. "Iya.""Termasuk dari istrimu?""Aku akan tetap mengutamakan istriku jika sudah menikah. Mama bukanlah orang yang bertindak seenaknya sendiri, aku yakin Mama akan memperlakukan menantunya seperti putrinya sendiri, seperti Nenek memperlakukan Mama seperti itu." Aku berargumentasi."Abang marah dengan Mama?" Terdengar lagi suara wanita yang sudah melahirkanku itu dari balik pintu kamarku. "Ya udah, kayaknya Tante sedang ingin bicara penting dengan Abang. Assalamualaikum." Queena lang