Share

Seratus Sembilan

"Jadi kamu pilih siapa, Queen?" Aku ikut bertanya, dengan berdiri di belakang Atma dan Hulya, aku bisa ikut melihat wajahnya yang selama ini hanya bisa kupandangi lewat gambar saja.

Keseruan mereka langsung terhenti karena kedatanganku. Queena juga langsung diam seketika begitu melihatku. Tak lama kemudian, layar monitor mengelap. Gadis itu mematikan sambungan panggilan videonya.

"Ah, Abang Nata. Usil aja sih, Queen jadi kabur, kan." Hulya memberengut. Gadis itu langsung menutup laptopnya dan bangkit dari kursi. Kemudian berlalu meninggalkanku dan Atma.

"Kalian sering telepon bersama?" Tanyaku pada saudara kembarku itu. Aku memilih duduk di kursi yang tadi di duduki oleh Hulya tadi.

"Tumben belum tidur?" Atma malah balik bertanya.

Aku memang lebih cepat masuk kamar jika esok harinya adalah hari Senin. Sehari akan kuhabiskan waktu dengan Mama atau Papa jika tidak kuliah. Aku sangat jarang berkumpul dengan teman-teman, usiaku bukan lagi usia untuk bermain-main. Dua puluh enam tahun
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mohd Razali Samsudin
Mbak... Kenapa Wisnu itu... Kelihatannya masih agak keterlaluan dgn Mas Hanan... Apa beliau lupa... saat dia diusir oleh papanya... Saat dia tak punya apa2... Mas Hanan dgn ikhlas membantunya... Jujurnya sedikit kurang adab Sama Abg iparnya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status