Share

Seratus Dua Belas

Author: Isna Arini
last update Last Updated: 2023-10-27 10:56:09

Pesona Istri Season 3

Keesokan harinya, Mama bersikeras mengajak kami untuk pulang. Padahal Tante Syifa dan Queena masih ingin kami tinggal. Menginap semalam dua malam lagi, namun Mama seakan enggan untuk melakukan itu. Dia lebih memilih untuk pulang hari itu juga. Entah apa yang dibicarakan oleh Mama dan Om Wisnu setelah kepergianku, hingga membuat Mama berubah seketika.

Bahkan, saat aku ikutan membujuk Mama agar menginap semalam lagi, Papa melarangku dengan isyaratnya. Membuatku semakin penasaran saja, sepertinya Papa juga sudah tahu alasan Mama tak mau menginap lagi. Tentu saja aku masih ingin menginap, masih ingin melihat Queena dari dekat. Meskipun sekarang dia tak lagi memblokir nomorku, tapi berbicara dengannya melalui ponsel tentu saja jauh berbeda dengan bicara langsung.

Sepanjang perjalanan pulang, Mama hanya diam di kursi penumpang bagian tengah bersama papa dan juga Hulya. Aku dan Atma bergantian menyetir mobil yang kami kendarai.

"Mama sakit?" tanya Atma.

"Enggak, Na
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mohd Razali Samsudin
Waduhhhh.... Ingatan itu kembali menghimpit mas Hanan... Hehehe
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Seratus Tiga Belas

    Pesona Istri Season 3 Papa menghirup nafas dalam-dalam, lalu menatapku sekilas. Tampak seperti banyak yang dipikirkan. "Tidak ada rumah tangga yang langsung baik-baik saja dan bahagia, Nata. Setiap rumah tangga punya ujiannya sendiri-sendiri. Meskipun menikah dengan wanita yang kita cintai, awal-awal begitu bahagia, namun sering berjalannya waktu, akan ada ujian juga. Seperti itu juga pernikahan Mama dan Papa, meskipun banyak air mata yang tumpah di antara kami, tapi pada akhirnya Mama dan Papa bisa bahagia seperti sekarang," tutut Papa panjang lebar. "Apakah dulu Papa tidak punya wanita yang Papa cintai sebelum menikah dengan Mama. Apa Papa tak sedang jatuh cinta saat Nenek menyuruh Papa menikah dengan Mama." Aku masih mencecar Papa dengan pertanyaan. Jika situsnya berbeda, tentu saja dengan mudah Papa menuruti permintaan ibunya."Rasa tertarik dan cinta itu wajar terjadi pada semua orang, baik wanita ataupun pria. Papa juga pernah suka pada wanita lain sebelum menikah dengan Mam

    Last Updated : 2023-10-27
  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Seratus Empat Belas

    Pesona Istri Season 3 "Berantem sama Mama?" tanya Atma yang baru saja masuk ke dalam kamarku. "Enggak, sejak kapan kita suka berantem dengan orang tua." Aku berkelit. Atma menghela nafas panjang, lalu duduk di tempat tidurku, sedangkan aku sendiri sedang mengerjakan tugas kuliah. "Tidak ada salahnya mengikuti kemauan Mama, lihat saja dulu. Kenalan aja sama wanita yang Mama inginkan. Kalau sudah kenalan dan gak cocok bilang ke Mama, jangan langsung menolaknya," tutur Atma, memberikan nasehat padaku. "Kamu bisa bilang begitu karena itu bukan kamu. Coba kalau kamu yang dijodoh-jodohkan padahal sudah punya calon sendiri, mau?" "Mau jika itu bisa membuat orang tua bahagia," balas Atma. Aku berdecak kesal. Enteng sekali dia bilang begitu. Hanya kata-kata aku juga bisa. Aku tak yakin dia akan melakukannya jika memang berada di posisiku saat ini. "Ya ... ya, kamu memang putra idaman dan paling soleh."Kali ini gantian Atma yang berdecak. "Nata, Mama dan Papa tak pernah membeda-bedakan

    Last Updated : 2023-10-28
  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Seratus Lima Belas

    Pesona Istri Season 3POV Hanan.Tubuh mungil itu terisak di pembaringan, setelah sekalian lama tak kudapati dia menangis, kali ini dia menangis lagi. Hunsiah, istriku yang paling tabah itu sudah tidak menangis lagi setelah anak-anak tumbuh dewasa dan mandiri, kini mulai kudapati beberapa kali meneteskan air mata. Bahkan dulu saat mengasuh Hulya, dia tak cengeng seperti saat mengasuh si kembar. Husniah cepat menyesuaikan diri saat memiliki anak ke dua. "Kenapa?" tanyaku sambil duduk di sisinya. Mendengar sapaanku, Husniah bangun dari posisinya, kemudian ikut duduk di sampingku. Dia mengusap pipinya yang berair."Aku hampir saja menjebak Nata pada penikahan yang tidak diinginkan. Jika dia terpaksa dan berbuat aniaya pada istrinya, apa jadinya anak gadis orang. Bagaimana kita bertanggung jawab pada keluarganya," terangnya seraya kembali mengusap air mata.Husniah, dia pernah berada di posisi itu, menjadi istri yang tidak diinginkan, menjadi istri yang terabadikan. Andai saja bisa kupu

    Last Updated : 2023-10-29
  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Seratus Enam Belas

    Pesona Istri Season 3Tok ... Tok ...tok. "Boleh Mama masuk, Bang?" Terdengar suara wanita yang baru saja tersakiti olehku. Setelah Papa masuk kamar, sepertinya bisa membujuk Mama hingga sekarang wanita itu mendatangiku. Papa memang keren. "Queen, ada Mama. Aku matiin dulu ya," pintaku pada Queena. Gadis itu, tak ada angin tak ada hujan, tau-tau meneleponku setelah sekian lama menolak kuhubungi. "Apa mamamu lebih berharga dari apapun, Bang?" tanya Queena, seakan protes dengan apa yang kukatakan baruan. "Iya.""Termasuk dari istrimu?""Aku akan tetap mengutamakan istriku jika sudah menikah. Mama bukanlah orang yang bertindak seenaknya sendiri, aku yakin Mama akan memperlakukan menantunya seperti putrinya sendiri, seperti Nenek memperlakukan Mama seperti itu." Aku berargumentasi."Abang marah dengan Mama?" Terdengar lagi suara wanita yang sudah melahirkanku itu dari balik pintu kamarku. "Ya udah, kayaknya Tante sedang ingin bicara penting dengan Abang. Assalamualaikum." Queena lang

    Last Updated : 2023-10-30
  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Seratus Tujuh Belas

    Pesona istri season 3 Malam sudah cukup larut, namun aku tak bisa memejamkan mata. Bayangan wajah Queena yang terlihat bahagia melintas di benakku. Entah apa yang membuat dia begitu bahagia saat menelponku, dia hanya mengatakan kalau liburan akhir tahun ini, dia dan keluarganya akan datang ke rumah ini. Itu sekitar sebulan lagi dari sekarang.Seharusnya itu sudah biasa, karena dulu kami sering melewatkan pergantian tahun bersama-sama. Hanya saja, Queena tadi mengatakan jika ada hal yang membahagiakan bagi aku dan dia. Hal itu tentu saja membuat pikiranku penuh dengan banyak dugaan. Kuhela nafas panjang sambil menatap air kolam yang tenang. Tempat itu, tempat kami menghabiskan banyak waktu bersama saat kecil dulu. Keluarga Om Wisnu dan Mama yang begitu dekat, membuat kami sering kali melewatkan waktu bersama jika ada kesempatan."Belum tidur?" Atma menyapaku. "Belum." Kualihkan pandangan padanya.Kakak kembarku itu memilih duduk di kursi yang berada tak jauh dariku. Beberapa hari in

    Last Updated : 2023-10-31
  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Seratus Delapan Belas

    Pesona Istri Season 3 Kugeser layar ponsel untuk menerima panggilan dari Queena. Saat panggilan terhubung, yang tampak di dalam layar handphoneku adalah bagian atas dari sebuah ruangan pasti ini adalah bagian atas kamar Queena. Alih-alih memperlihatkan wajahnya padaku, aku hanya disuguhi plafon kamarnya. Hubungan kami mulai membaik kembali, namun apalah daya ternyata usaha Mama untuk menjodohkanku dengan wanita lain mendapatkan jalannya. Bahkan, sekarang statusku dengan wanita itu sudah bertunangan. Aku yakin, Queena sudah tahu dari orang tuanya. Mama dan Papa pasti sudah memberitahu berita ini pada Tante Syifa dan Om Wisnu."Kudengar Abang mau menikah, Apa itu benar?" tanya Queena."Iya," jawabku apa adanya. Memang demikianlah adanya, mau kujawab bagaimana lagi. Hubunganku dengannya sudah tak ada harapan lagi sejak saat aku menerima wanita lain untuk menjadi istriku. Setelah menikah, aku akan memfokuskan perasaanku pada istriku. Diam tak ada lagi pertanyaan dari wanita di ujung t

    Last Updated : 2023-11-01
  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Seratus Sembilan Belas

    Pesona Istri Season 3 "Abang," lirih Hulya sambil menatapku. Gadis yang menjadi calon istriku itu langsung mengusap air matanya saat melihatku. "Hulya, kamu pulanglah sendiri naik taksi online," perintahku pada adikku."Dan kamu, ayo ikut denganku," ajaku pada Zitni. Gadis itu bergeming, dia seakan tak ingin mengikuti perintah untuk ikut denganku."Kamu mau ikut denganku secara sukarela atau, mau kupaksa." Kali ini aku mengancamnya. "Bang jangan seperti itu, dia anak orang." Hulya menyela. Kucoba untuk menahan diri, tapi rasanya aku seperti tak bisa. Kemarahan ini seakan menguasai hatiku, keluarga mereka yang mau dan datang ke rumah kami, lalu tiba-tiba sekarang putrinya tak ingin menikah denganku. Apa-apaan ini. "Memangnya aku mengatakan dia bukan anak orang," bala ku sambil menahan geram. Hulya memilih diam."Ayo ikut," perintahku sekali lagi. "Aku bisa saja memaksamu dengan caraku sendiri, jika kamu masih tak mau mengikutiku," sambungku penuh dengan ancaman. "Bang, janga

    Last Updated : 2023-11-02
  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Seratus Dua Puluh

    Pesona Istri Season 3Waktu sudah menunjukkan jam makan malam, namun aku mengurung diri di dalam kamar. Saat Mama meminta ijin untuk masuk ke kamar, aku tak mengijinkannya. Kukatakan kalau aku ingin istirahat setelah lelah sehari mengurus persiapan pernikahan.Ketukan pintu terdengar lagi di telingaku. Ini sudah ke empat kalinya. Pertama Mama, lalu Hulya lagi, kemudian Atma, mungkin dia sudah tahu apa yang terjadi dari Hulya. Lalu sekarang siapa lagi. "Abang, ayo makan. Jangan sampai sakit pas acara pernikahan." Terdengar suara Mama dari balik pintu. "Aku lagi gak pengen makan, Mam," balasku dari dalam. "Mama masuk, ya."Kupandangi tubuhku yang masih menggunakan baju yang sama seperti tadi pagi. Aku memang belum berganti baju, apalagi mandi. Hanya ke kamar mandi untuk bersuci lalu solat, itupun di dalam kamar juga. Bisa-bisa Mama khawatir melihat keadaanku seperti ini. "Nata akan turun untuk makan, lima menit lagi, Mama duluan saja." Aku kembali menyahut dari dalam sembari berlari

    Last Updated : 2023-11-02

Latest chapter

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    End

    Pesona Istri Season 3 POV Hanan "Selamat ulang tahun Sayang ucapku sambil memberikan sebuket bunga mawar untuknya." Meskipun di rumah ini ada taman bunga mawar, tapi tetap saja memberi bunga padanya selalu membuatnya bahagia. Namun, dia akan berkata tak suka pada bunga yang sudah dipetik. "Terima kasih, Mas," jawabnya tanpa terlihat sedikit pun senyum di wajahnya. Sudah beberapa hari ini Husniah tampak bersedih hati. Aku tahu penyebabnya tak bahagia beberapa hari ini. Sudah hampir dua bulan tak ada dari anak-anaknya yang datang mengunjungi kami baik Hulya yang belum memiliki anak maupun Atma dan Nata yang sudah sibuk dengan keluarga kecilnya ditambah dengan keberadaan anaknya."Kamu rindu pada anak-anak?" tanyaku.Pertanyaanku hanya dijawab Husniah dengan anggukan, seakan dia enggan berbicara. Aku tahu jika dia mengungkapkan isi hatinya, dia akan menangis begitu saja. Entah kenapa di usianya yang tak lagi muda, Husniah semakin melankolis. Kurasa ini terjadi setelah anak-anak perg

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Tujuh

    Pesona Istri Season 3 "Sayang, Abang minta maaf," ucapku, sembari mencoba mendekat padanya lagi. Dia marah tapi tak mau didekati, bagaimana bisa aku menenangkannya. Lebih baik dia memukuliku daripada menjauh dengan tampang seperti itu. "Kenapa minta maaf," ketus Queena. "Udah bikin kamu kesal," balasku. "Sini, kita bicarakan dengan tenang. Kamu mau apa?" Wajah itu masih cemberut, tapi tak lagi menjauhiku hingga jarak kami semakin dekat. "Maaf ya." Lagi aku mengatakan permintaan maaf, entah untuk kesalahan yang mana. Yang penting aku minta maaf saja, mungkin dengan seperti ini dia kan lebih baik. Tanpa dikomando, air mata Queena meluncur melewati pipinya yang terlihat berisi, lalu kemudian berlanjut dengan isakan kecil terdengar di telingaku. "Abang minta maaf," ucapku, lagi, entah untuk yang berapa kali. Aku merengkuh tubuh Queena dalam pelukan. Istriku itu tak menolak dan melawan, dia terisak dalam dekapanku. Biarlah, dia puas menangis setelah puas memukuliku. Biar dia mel

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Enam

    Pesona Istri Season 3"Nata, Queena pergi meninggalkan Rafka sejak tadi pagi," ucap Tante Syifa dari ujung telepon, ketika aku mengangkat panggilan dari mertuaku tersebut.Mendengar penuturan Tante Syifa, tentu saja membuatku sedikit terkejut. Tadi pagi memang Queena masih marah saat kutinggal pergi kerja. Kali ini bukan masalah postur tubuhnya yang gemuk namun kami bertengkar lagi karena Queena kembali mencurigaiku memiliki kedekatan dengan Yuanita pada hal dia jelas-jelas tahu kalau wanita itu sudah memiliki tunangan. Meskipun sampai sekarang mereka belum berniat untuk menikah. Entah kenapa beberapa hari ini, tidur kami selalu diwarnai dengan pertengkaran. "Quina pergi ke mana, Ma. Dia tak pamit dan meninggalkan Rafka begitu saja. Lalu gimana sekarang keadaan anak itu apakah dia rewel karena tak ada mamanya?" Bertubi-tubi aku bertanya pada mertuaku. Jika di lihat sekarang sudah mulai sore, artinya istriku itu sudah pergi dari rumah cukup lama. Tapi kenapa Tante Syifa baru mengat

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Lima

    Pesona Istri Season 3 "Nggak gitu juga kali konsepnya Kak Yuan," ucap Queena dengan nada sebal.Sepertinya dia tak suka dengan perkataan yang dilontarkan oleh Yuanita barusan, siapa yang suka dengan perkataan seperti itu. Aku pun tak suka, Queena adalah istriku tak ada yang boleh memilikinya selain diriku. "Aku cuma bercanda mengimbangi perkataan Liam barusan," sahut Yuanita, membela diri.Dua wanita ini nampaknya sulit akur sekarang, Queena yang cemburu pada Yuanita karena dulu kami pernah dekat, dan Yuanita yang cemburu pada Queena karena Liam begitu perhatian pada istriku. Kami berbasa-basi beberapa saat, kurang lebih hanya empat puluh lima menit. Karena kami harus segera pergi ke restoran. William pergi sendiri mengendarai mobilnya, sedangkan aku dan Yuanita akan berkendara di mobil yang sama seperti yang kami katakan tadi. "Aku pergi dulu ya, Sayang," pamitku pada Queena. "Kok Kak Yuanita ikut dengan Abang?" tanya Queena, seperti tak suka. "Liam akan langsung ke kantornya,

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Empat

    Pesona Istri Season 3Aku sudah mulai aktif kembali bekerja di restoran bersama dengan Yuanita. Sampai sekarang aku tak pernah tahu lagi, bagaimana hubungan dia dengan William. Kulihat mereka baik-baik saja namun hingga detik ini sepertinya tak ada kemajuan dalam hubungan mereka entah kapan mereka akan memutuskan untuk menikah. Biarlah itu bukan urusanku, mereka adalah dua orang dewasa yang sudah tahu mana yang baik dan mana yang benar. "Bagaimana keadaan Queena?" Tanya William saat aku hendak pulang. "Alhamdulillah sehat dan baik," jawabku. Sejak kejadian Yuanita melihatnya memeluk Queena dan dia marah-marah tidak jelas itu, William lebih banyak menahan diri. Dia tak lagi ingin dekat dengan Queena. Ditambah lagi aku dan istriku pergi ke luar kota, pindah ke rumah Mama dan Papa dalam beberapa bulan. Kupikir, membuat kedekatan Queena dan William tak lagi seperti dulu. "Mau ke sana, kita tengok Mama dan bayinya." Yuanita datang menghampiri kami dengan sebuah usulan. "Kamu mau?" Wil

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Tiga

    Pesona Istri Season 3 Aku terbangun saat terdengar suara azan dari ponselku. Malam tadi kami masih tidur dengan nyenyak, Queena juga tidak membangunkanku. Bayi kami pun tidak di bawa ke sini. Perawat bilang, bayi yang baru lahir tidak langsung lapar dan ingin menyusu dari mamanya saat kutanya apa bayi kami tak kelaparan. Aku segera bangun, membersihkan diri dan sholat subuh, setelah itu membangunkan Queena. "Sayang, mau mandi gak?" Tanyaku sambil mengecup keningnya. "Sudah jam berapa?" Queena bertanya. "Jam lima lewat." Queena terlihat susah payah saat ingin bangun dari posisinya. Tentu saja, pasti dia masih kesakitan di bagian intimnya. "Ayo abang bopong," kataku sembari mengambil posisi hendak mengangkat tubuhnya. Queena menatap padaku. "Iya deh," sahutnya sambil memamerkan barisan giginya. Kenapa tak minta tolong saja dari tadi. Dengan hati-hati, kuangkat tubuhnya dan kubawa ke kamar mandi. "Mau dimandiin?" tanyaku. "Apaan sih Abang, aku bisa mandi sendiri." Dia menolak

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Dua

    Pesona Istri Season 3 POV Nata Wajah lelah namun tampak bahagia itu tersenyum bahagia saat menatapku. Aku baru saja mengazani bayi kami yang ada di ruang bayi. Sedangkan Queena masih berada di ruang bersalin tadi saat aku tinggalkan untuk melihat bayi kami. Queena melahirkan tanpa persiapan, kami sedang asyik jalan-jalan di mall tapi tiba-tiba dia pecah ketuban. Lalu saat di bawa ke rumah sakit ternyata sudah pembukaan 4 dan semua berjalan dengan cepat. "Bukannya anak pertama katanya perlu lama kontraksi untuk pembukaan." Itu yang aku tanyakan pada dokter saat dikatakan Queena sudah siap melahirkan. "Aku udah mulas dari kemarin, Abang. Tapi aku tahan, makanya tadi sengaja aku ajak Abang jalan-jalan biar rasa sakitnya teralihkan." Ah, Queena, ada-ada saja. Kuat juga dia menahan rasa sakit itu. Tapi mungkin aku dan kedua mertuaku akan jauh lebih khawatir jika tahi sejak kemarin dia mulas tapi bayi baru lahir hari ini. Kembali kukecup kening Queena yang sudah berada di atas kursi

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus Satu

    Pesona Istri Season 3POV Hulya Pengantin baru, rumah baru. Begitu pulang dari hotel, aku hanya menginap di rumah Papa dan Mama dua malam. Lalu hanya semalam berada di rumah mertuaku, kemudian suamiku langsung membawaku pergi ke rumah yang dia inginkan untuk menjadi tempat tinggal kami. Sejauh ini, keluarga mertuaku semuanya baik dan sayang padaku. Termasuk adik iparku yang merupakan adik Mas Aslam. Mereka hanya dua bersaudara. Pantas saja kalau suamiku itu begitu memanjakan adik perempuannya. Aku hanya bisa menurut saat Mas Aslam mengajakku tinggal berdua saja, dia memilih rumah minimalis modern untuk menjadi tempat tinggal kami. "Aku hanya ingin menghabiskan waktu berdua saja denganmu, di rumah yang tak terlalu luas sehingga aku bisa selalu melihat keberadaanmu setiap saat. Selain itu, agar kamu tak kesepian jika sendiri karena rumah tak terlalu besar." Itu yang dikatakan Mas Asalm saat pertama kali kami menginjakkan kaki di rumah ini. Terhitung sudah satu minggu kami tinggal

  • Pesona Istri Yang Kuabaikan    Dua Ratus

    Pesona Istri Season 3 Suasana pagi terasa mulai ramai oleh orang-orang yang hendak pergi bekerja. Dengan senyum lebar, aku menanti kedatangan moda transportasi umum yang sangat ingin aku coba, kereta listrik. Aku dan Mas Aslam akan naik kendaraan umum itu berbarengan dengan orang-orang yang berangkat ke kantor. "Senangnya akhirnya kita bisa naik kereta ini bareng," ucapku seraya menatap ke arah lintasan kereta. Menunggu alat transportasi tersebut datang. "Kenapa harus di jam segini sih, lihat ramai sekali. Kita ini baru menikah, harusnya bersantai di hotel menikmati kebersamaan bukannya malah ikutan berdesakan dengan para karyawan," omel Mas Aslam.Sebenarnya dia tak setuju aku melakukan ini saat ini, khawatir masih lelah setelah kemarin kami sibuk di acara pernikahan. "Ini letak serunya, ikutan berdesakan dengan penumpang lainnya. Kalau sepi mana seru, biar tahu bagaimana hidup sulit," jawabku sekenanya. Mas Aslam hanya geleng-geleng kepala mendengar perkataanku. "Memangnya gak

DMCA.com Protection Status