Pesona Istri Season 3 Aku menatap langit-langit kamar hotel, tempat di mana aku akan menginap. Di ruangan ini aku akan menghabiskan malam, sebelum esok hari akan melangsungkan pernikahan dengan Zitini. Ya hingga detik ini aku masih tak peduli dengan perasaan wanita itu, maupun dengan perasaan Atma. Mereka yang memulai tragedi ini dan aku tak berniat sama sekali untuk mengakhirinya. Kuusir Atma dari kamarku waktu itu, saat Mama memanggil kami karena mendengarkan teriakan Atma. Kukatakan pada kembaranku, itu untuk menjelaskan kenapa dia berteriak-teriak padaku tanpa harus memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi. Lalu seperti dugaanku, Atma tak mengatakan jika pertengkaran kami karena ada hubungannya dengan pernikahanku dan Zitni. Entah apa yang dia katakan pada Mama sehingga wanita itu akhirnya percaya dan tak banyak bertanya padaku. Hingga detik ini, Mama dan Papa tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.Besok adalah hari pernikahanku dengan Zitni, dan akan dilaksanakan di hotel yan
Pesona Istri Season 3Acara ijab kabul berjalan dengan lancar. Saat tahu siapa yang menikah dengannya, Zitni tampak bahagia. Bahagia yang sesungguhnya, rona wajah yang harusnya dimiliki semua orang yang menikah. "Aku bangga sama Abang," ucap Hulya sambil mengacungkan dua jempolnya padaku, setelah tahu apa yang kulakukan."Abang, apa yang terjadi?" tanya Mama dengan mata berkaca-kaca. Begitu acara ijab kabul selesai, wanita itu langsung menghampiriku dengan mata yang berkaca-kaca. Untung hal seperti itu biasa terjadi karena rasa haru. "Zitni dan Atma saling suka, Mam. Wanita itu ingin menikah dengan saudaraku, bukan denganku. Kalian salah sangka," terangku sambil tertawa. Mama terlihat kebingungan dengan jawabanku. "Sebenarnya, Zitni ingin menikah dengan Atma, Ma. Mereka berdua itu sudah kenal dengan dekat. Wanita yang Atma bilang masih ingin kuliah itu, ya si Zinti itu," paparku. "Jadi sebenarnya keluarga mereka ingin menikahkan putrinya dengan Atma?" Mama balik bertanya. "Enta
Pesona Istri Season 3 Senja di Pantai memang selalu berbeda, sepi, sunyi, dan hembusan angin yang menerpa membuat perasaan semakin tenang. Rona jingga di ujung cakrawala berpadu dengan matahari yang sebentar lagi tengelam, membuat semakin indah pemandangan alam. Tak salah pasangan suami-istri pergi ke pantai untuk menghabiskan waktu bersama, romantis suasananya. Kakiku masih belum ingin beranjak meskipun suasana sudah sepi. Masih ingin di sini, menikmati lembutnya pasir pantai saat kaki yang telanjang menginjaknya. Menikmati sapuan gelombang pada kaki yang berakhir di bibir pantai. Ya, semuanya tampak begitu indah di pandangan mata. Pantai ini adalah tempat pertama yang aku kunjungi, setelah dari pagi berkendara, sore hatinya baru sampai di sini. Tempat sebelum senja tiba. Tadi, kuambil gambar selfi dengan senyum mengembang lalu kukirim gambar pada Mama agar dia tahu aku dimana. Kukirim foto itu lewat pesan singkat dengan caption, Mama tak ingin ke sini lagi. Tentu saja tidak lam
Pesona Istri Season 3Meskipun enggan kuarahkan ponselku pada Queena yang akhirnya memunculkan diri. Pura-pura bermain ponsel di atas sofa. Bibirnya manyun, matanya mendelik saat kuberikan ponselku padanya. "Kenapa ada di situ?" Kudengar om winsu bertanya, aku duduk tak jauh dari Queena dan suara ponsel itu memang cukup nyaring. Jadi telingaku bisa dengan jelas mendengarnya. "Pa, lebih baik aku bersama Abang Nata, daripada sendirian. Pokoknya aku akan pergi kemanapun Bang Nata pergi. Papa tak bisa melarang-larang aku lagi. Queen udah besar, Pa."Tak ada jawaban dari lawan bicara Queena. Entah Om Wisnu kesal atau bagaimana, aku tak bisa menduga-duga. "Sekarang ini, aku akan melakukan apapun yang aku mau. Giliran Papa yang nurut sama aku, atau garis keturunan Candrayana akan berakhir pada Papa." Kali ini Queena mengancam papanya.Ampun itu anak gadis, bisa-bisanya mengancam papanya dengan istilah seperti itu. Dia memang sudah gadis dewasa. "Papa mau bicara lagi dengan Nata. Berikan
Pesona Istri Season 3 Mobil yang kami tumpangi melaju meninggalkan hotel yang semalam menjadi tempatku menginap. Ya, kami, aku dan Queena sekarang berada dalam satu mobil. Sebelum berangkat, lagi-lagi aku laporan pada Om Wisnu, memberitahu kalau anaknya ikut bersamaku. Dan lagi-lagi, pria itu dengan santainya mengijinkanku. "Jaga Queena." Begitu saja pesannyaAku juga tak bertanya saat ini Oma Wisnu dan Tante Syifa ada dimana, sudah pulangkah atau masih berada di rumah Papa dan Mama. Yang aku tahu, setelah pernikahan mereka masih akan mampir ke rumah Mama. Tapi berapa hari, aku tidak tahu. "Seru yaa, rasanya seperti bulan madu," ucap Queena sambil menatap jalanan yang kami lintasi. "Sok tau, memangnya bulan madu seperti ini. Bulan madu itu, tinggal di kamar terus, bukan jalan-jalan," balasku. "Itu hanya ada dalam pikiranmu, Bang." Aku tertawa, mungkin iya mungkin tidak juga. Kami sama-sama belum tahu, lagipula dulu saat otakku merancang bulan madu dengan Zitni, kami akan banyak
Pesona Istri Season 3 Mendengar jawaban itu, semua mata langsung tertuju padaku. Sekarang aku akan disidang. "Kenapa, sekarang kamu menolak putriku?" tanya Om Wisnu. "Kamu trauma dengan penikahan?" Tanya Mama. Lalu sorot mata Queena tampak kecewa. Hanya Papa yang terlihat santai saja. "Bukan begitu, Om, Mam. Kalian tahu Nata baru saja gagal menikah. Bisa saja kita beralasan salah cetak nama pada undangan, tapi kalau tiba-tiba Nata nikah seperti ini, orang akan berpikir lain," terangku. "Maksud Abang bagaimana?" tanya Mama. "Penikahan adalah salah satu hal yang wajib disegerakan," sambungnya."Bisa aja orang berpikir Queena hamil duluan, Mam, ini misalnya. Jadi kami nikah buru-buru dan diam-diam. Lalu akan dikaitkan dengan kegagalan pernikahanku dengan Zitni karena sudah menghamili Queena.""Biarkan saja orang berkata apa," sela Qureena. "Gak bisa begitu, Queen. Lagipula apa susahnya kita bersabar sebentar lagi, sebulan dua bulan untuk menyiapkan pernikahan. Selama ini kita suda
Pesona Istri Season 3 "Bukan apa-apa, Om" jawabku. Untung saja barusan aku hanya berkata dalam hati jika tidak, bisa saja restunya akan dicabut kembali."Jadi kamu siap memberikan banyak cucu buat kami?" tanya Om Wisnu lagi, seakan dia begitu menginginkannya."Insyaallah siap," jawabku dengan percaya diri. "Tinggal Queena bakalan siap atau tidak," sambungku dalam hati. Pria hanya cukup menanam benih saja, sedangkan wanita yang akan menjaganya. Selama sembilan bulan dalam kandungan dan itu adalah fase yang cukup berat. Apakah Queena akan mau jika hamil berkali-kali.Pria itu kembali diam, dan aku melakukan hal yang sama. Malam semakin larut, harusnya aku segera tidur, tapi kami, malah asyik berduaan seperti ini. Mudah-mudahan besok aku bisa menyetir dengan benar saat dalam perjalanan pulang ."Apa kamu benci padaku?" tanya Om Wisnu, kembali bersuara untuk memecah keheningan. "Untuk alasan apa Nata membenci Om Wisnu?" Aku balik bertanya. "Untuk semua hal yang selama ini Om lakukan p
Pesona Istri Season 3"Ada di sini?" tanyaku berbasa-basi. Kugaruk pelipisku yang tidak gatal. Pertanyaan yang benar-benar basi, tentu saja dia di sini. Suaminya masih tinggal di sini. Sejujurnya aku canggung juga bertemu dengannya sekarang, dia pernah akan menjadi istriku. Mungkin rasa canggung ini akan terus terbawa hingga aku menikah dan memiliki istri juga. "Iya," balasnya pendek. Pandangnya menatap pintu keluar saat menjawabku.Zitni langsung menghampiri Mama yang baru masuk ke dalam rumah, sekilas kulihat wanita itu mencium punggung tangan Mama lalu membantunya membawa handbag yang ada di tangan Mama. Mungkin dia terburu-buru keluar rumah untuk menyambut mertuanya. Kutinggalkan ke-dua perempuan itu, kembali berlalu menuju ke tujuan awalku, kamar. "Dah pulang?" tanya Atma yang keluar dari kamarnya. Kamar kami masih bersebelahan, tentu saja. Memangnya dia mau pindah ke mana setelah beristri. Akupun belum berpikir pindah kemana saat menyiapkan pernikahan dengan Zitni dulu, seb