Pesona Istri Season 3Acara ijab kabul berjalan dengan lancar. Saat tahu siapa yang menikah dengannya, Zitni tampak bahagia. Bahagia yang sesungguhnya, rona wajah yang harusnya dimiliki semua orang yang menikah. "Aku bangga sama Abang," ucap Hulya sambil mengacungkan dua jempolnya padaku, setelah tahu apa yang kulakukan."Abang, apa yang terjadi?" tanya Mama dengan mata berkaca-kaca. Begitu acara ijab kabul selesai, wanita itu langsung menghampiriku dengan mata yang berkaca-kaca. Untung hal seperti itu biasa terjadi karena rasa haru. "Zitni dan Atma saling suka, Mam. Wanita itu ingin menikah dengan saudaraku, bukan denganku. Kalian salah sangka," terangku sambil tertawa. Mama terlihat kebingungan dengan jawabanku. "Sebenarnya, Zitni ingin menikah dengan Atma, Ma. Mereka berdua itu sudah kenal dengan dekat. Wanita yang Atma bilang masih ingin kuliah itu, ya si Zinti itu," paparku. "Jadi sebenarnya keluarga mereka ingin menikahkan putrinya dengan Atma?" Mama balik bertanya. "Enta
Pesona Istri Season 3 Senja di Pantai memang selalu berbeda, sepi, sunyi, dan hembusan angin yang menerpa membuat perasaan semakin tenang. Rona jingga di ujung cakrawala berpadu dengan matahari yang sebentar lagi tengelam, membuat semakin indah pemandangan alam. Tak salah pasangan suami-istri pergi ke pantai untuk menghabiskan waktu bersama, romantis suasananya. Kakiku masih belum ingin beranjak meskipun suasana sudah sepi. Masih ingin di sini, menikmati lembutnya pasir pantai saat kaki yang telanjang menginjaknya. Menikmati sapuan gelombang pada kaki yang berakhir di bibir pantai. Ya, semuanya tampak begitu indah di pandangan mata. Pantai ini adalah tempat pertama yang aku kunjungi, setelah dari pagi berkendara, sore hatinya baru sampai di sini. Tempat sebelum senja tiba. Tadi, kuambil gambar selfi dengan senyum mengembang lalu kukirim gambar pada Mama agar dia tahu aku dimana. Kukirim foto itu lewat pesan singkat dengan caption, Mama tak ingin ke sini lagi. Tentu saja tidak lam
Pesona Istri Season 3Meskipun enggan kuarahkan ponselku pada Queena yang akhirnya memunculkan diri. Pura-pura bermain ponsel di atas sofa. Bibirnya manyun, matanya mendelik saat kuberikan ponselku padanya. "Kenapa ada di situ?" Kudengar om winsu bertanya, aku duduk tak jauh dari Queena dan suara ponsel itu memang cukup nyaring. Jadi telingaku bisa dengan jelas mendengarnya. "Pa, lebih baik aku bersama Abang Nata, daripada sendirian. Pokoknya aku akan pergi kemanapun Bang Nata pergi. Papa tak bisa melarang-larang aku lagi. Queen udah besar, Pa."Tak ada jawaban dari lawan bicara Queena. Entah Om Wisnu kesal atau bagaimana, aku tak bisa menduga-duga. "Sekarang ini, aku akan melakukan apapun yang aku mau. Giliran Papa yang nurut sama aku, atau garis keturunan Candrayana akan berakhir pada Papa." Kali ini Queena mengancam papanya.Ampun itu anak gadis, bisa-bisanya mengancam papanya dengan istilah seperti itu. Dia memang sudah gadis dewasa. "Papa mau bicara lagi dengan Nata. Berikan
Pesona Istri Season 3 Mobil yang kami tumpangi melaju meninggalkan hotel yang semalam menjadi tempatku menginap. Ya, kami, aku dan Queena sekarang berada dalam satu mobil. Sebelum berangkat, lagi-lagi aku laporan pada Om Wisnu, memberitahu kalau anaknya ikut bersamaku. Dan lagi-lagi, pria itu dengan santainya mengijinkanku. "Jaga Queena." Begitu saja pesannyaAku juga tak bertanya saat ini Oma Wisnu dan Tante Syifa ada dimana, sudah pulangkah atau masih berada di rumah Papa dan Mama. Yang aku tahu, setelah pernikahan mereka masih akan mampir ke rumah Mama. Tapi berapa hari, aku tidak tahu. "Seru yaa, rasanya seperti bulan madu," ucap Queena sambil menatap jalanan yang kami lintasi. "Sok tau, memangnya bulan madu seperti ini. Bulan madu itu, tinggal di kamar terus, bukan jalan-jalan," balasku. "Itu hanya ada dalam pikiranmu, Bang." Aku tertawa, mungkin iya mungkin tidak juga. Kami sama-sama belum tahu, lagipula dulu saat otakku merancang bulan madu dengan Zitni, kami akan banyak
Pesona Istri Season 3 Mendengar jawaban itu, semua mata langsung tertuju padaku. Sekarang aku akan disidang. "Kenapa, sekarang kamu menolak putriku?" tanya Om Wisnu. "Kamu trauma dengan penikahan?" Tanya Mama. Lalu sorot mata Queena tampak kecewa. Hanya Papa yang terlihat santai saja. "Bukan begitu, Om, Mam. Kalian tahu Nata baru saja gagal menikah. Bisa saja kita beralasan salah cetak nama pada undangan, tapi kalau tiba-tiba Nata nikah seperti ini, orang akan berpikir lain," terangku. "Maksud Abang bagaimana?" tanya Mama. "Penikahan adalah salah satu hal yang wajib disegerakan," sambungnya."Bisa aja orang berpikir Queena hamil duluan, Mam, ini misalnya. Jadi kami nikah buru-buru dan diam-diam. Lalu akan dikaitkan dengan kegagalan pernikahanku dengan Zitni karena sudah menghamili Queena.""Biarkan saja orang berkata apa," sela Qureena. "Gak bisa begitu, Queen. Lagipula apa susahnya kita bersabar sebentar lagi, sebulan dua bulan untuk menyiapkan pernikahan. Selama ini kita suda
Pesona Istri Season 3 "Bukan apa-apa, Om" jawabku. Untung saja barusan aku hanya berkata dalam hati jika tidak, bisa saja restunya akan dicabut kembali."Jadi kamu siap memberikan banyak cucu buat kami?" tanya Om Wisnu lagi, seakan dia begitu menginginkannya."Insyaallah siap," jawabku dengan percaya diri. "Tinggal Queena bakalan siap atau tidak," sambungku dalam hati. Pria hanya cukup menanam benih saja, sedangkan wanita yang akan menjaganya. Selama sembilan bulan dalam kandungan dan itu adalah fase yang cukup berat. Apakah Queena akan mau jika hamil berkali-kali.Pria itu kembali diam, dan aku melakukan hal yang sama. Malam semakin larut, harusnya aku segera tidur, tapi kami, malah asyik berduaan seperti ini. Mudah-mudahan besok aku bisa menyetir dengan benar saat dalam perjalanan pulang ."Apa kamu benci padaku?" tanya Om Wisnu, kembali bersuara untuk memecah keheningan. "Untuk alasan apa Nata membenci Om Wisnu?" Aku balik bertanya. "Untuk semua hal yang selama ini Om lakukan p
Pesona Istri Season 3"Ada di sini?" tanyaku berbasa-basi. Kugaruk pelipisku yang tidak gatal. Pertanyaan yang benar-benar basi, tentu saja dia di sini. Suaminya masih tinggal di sini. Sejujurnya aku canggung juga bertemu dengannya sekarang, dia pernah akan menjadi istriku. Mungkin rasa canggung ini akan terus terbawa hingga aku menikah dan memiliki istri juga. "Iya," balasnya pendek. Pandangnya menatap pintu keluar saat menjawabku.Zitni langsung menghampiri Mama yang baru masuk ke dalam rumah, sekilas kulihat wanita itu mencium punggung tangan Mama lalu membantunya membawa handbag yang ada di tangan Mama. Mungkin dia terburu-buru keluar rumah untuk menyambut mertuanya. Kutinggalkan ke-dua perempuan itu, kembali berlalu menuju ke tujuan awalku, kamar. "Dah pulang?" tanya Atma yang keluar dari kamarnya. Kamar kami masih bersebelahan, tentu saja. Memangnya dia mau pindah ke mana setelah beristri. Akupun belum berpikir pindah kemana saat menyiapkan pernikahan dengan Zitni dulu, seb
Pesona Istri Season 3 Persiapan pernikahanku dengan Queena sudah berjalan lima puluh persen. Semuanya diserahkan pada Wedding Organizer, undangan sudah dicetak dan siap di sebarkan. Pernikahan akan dilaksanakan di kota tempat di mana rumah Om Wisnu berada. Rumah pertama Papa dan Mama juga ada di kota itu. Sudah tak ditempati tapi tidak dijual, mereka sayang menjualnya karena menurut mereka, tempat itu banyak kenangannya. Hanya dikontrakkan pada orang dan sesekali ditengok untuk memastikan rumah itu dalam keadaan layak huni. Jika dulu Zitni ingin konsep pernikahan outdoor, maka Queena menginginkan konsep pernikahan Indoor. Karena jarak kami yang cukup jauh, lima jam perjalanan menggunakan mobil, maka semuanya kuarahkan pada calon istriku untuk memilih segala sesuatu yang berhubungan dengan pernikahan ini. Aku hanya pernah sekali datang ke sana untuk melihat tempat dimana akan dilangsungkan pernikahan. Sekarang tinggal urusan baju yang menjadi perdebatan, gadis itu ingin aku datang
Pesona Istri Season 3 POV Hanan "Selamat ulang tahun Sayang ucapku sambil memberikan sebuket bunga mawar untuknya." Meskipun di rumah ini ada taman bunga mawar, tapi tetap saja memberi bunga padanya selalu membuatnya bahagia. Namun, dia akan berkata tak suka pada bunga yang sudah dipetik. "Terima kasih, Mas," jawabnya tanpa terlihat sedikit pun senyum di wajahnya. Sudah beberapa hari ini Husniah tampak bersedih hati. Aku tahu penyebabnya tak bahagia beberapa hari ini. Sudah hampir dua bulan tak ada dari anak-anaknya yang datang mengunjungi kami baik Hulya yang belum memiliki anak maupun Atma dan Nata yang sudah sibuk dengan keluarga kecilnya ditambah dengan keberadaan anaknya."Kamu rindu pada anak-anak?" tanyaku.Pertanyaanku hanya dijawab Husniah dengan anggukan, seakan dia enggan berbicara. Aku tahu jika dia mengungkapkan isi hatinya, dia akan menangis begitu saja. Entah kenapa di usianya yang tak lagi muda, Husniah semakin melankolis. Kurasa ini terjadi setelah anak-anak perg
Pesona Istri Season 3 "Sayang, Abang minta maaf," ucapku, sembari mencoba mendekat padanya lagi. Dia marah tapi tak mau didekati, bagaimana bisa aku menenangkannya. Lebih baik dia memukuliku daripada menjauh dengan tampang seperti itu. "Kenapa minta maaf," ketus Queena. "Udah bikin kamu kesal," balasku. "Sini, kita bicarakan dengan tenang. Kamu mau apa?" Wajah itu masih cemberut, tapi tak lagi menjauhiku hingga jarak kami semakin dekat. "Maaf ya." Lagi aku mengatakan permintaan maaf, entah untuk kesalahan yang mana. Yang penting aku minta maaf saja, mungkin dengan seperti ini dia kan lebih baik. Tanpa dikomando, air mata Queena meluncur melewati pipinya yang terlihat berisi, lalu kemudian berlanjut dengan isakan kecil terdengar di telingaku. "Abang minta maaf," ucapku, lagi, entah untuk yang berapa kali. Aku merengkuh tubuh Queena dalam pelukan. Istriku itu tak menolak dan melawan, dia terisak dalam dekapanku. Biarlah, dia puas menangis setelah puas memukuliku. Biar dia mel
Pesona Istri Season 3"Nata, Queena pergi meninggalkan Rafka sejak tadi pagi," ucap Tante Syifa dari ujung telepon, ketika aku mengangkat panggilan dari mertuaku tersebut.Mendengar penuturan Tante Syifa, tentu saja membuatku sedikit terkejut. Tadi pagi memang Queena masih marah saat kutinggal pergi kerja. Kali ini bukan masalah postur tubuhnya yang gemuk namun kami bertengkar lagi karena Queena kembali mencurigaiku memiliki kedekatan dengan Yuanita pada hal dia jelas-jelas tahu kalau wanita itu sudah memiliki tunangan. Meskipun sampai sekarang mereka belum berniat untuk menikah. Entah kenapa beberapa hari ini, tidur kami selalu diwarnai dengan pertengkaran. "Quina pergi ke mana, Ma. Dia tak pamit dan meninggalkan Rafka begitu saja. Lalu gimana sekarang keadaan anak itu apakah dia rewel karena tak ada mamanya?" Bertubi-tubi aku bertanya pada mertuaku. Jika di lihat sekarang sudah mulai sore, artinya istriku itu sudah pergi dari rumah cukup lama. Tapi kenapa Tante Syifa baru mengat
Pesona Istri Season 3 "Nggak gitu juga kali konsepnya Kak Yuan," ucap Queena dengan nada sebal.Sepertinya dia tak suka dengan perkataan yang dilontarkan oleh Yuanita barusan, siapa yang suka dengan perkataan seperti itu. Aku pun tak suka, Queena adalah istriku tak ada yang boleh memilikinya selain diriku. "Aku cuma bercanda mengimbangi perkataan Liam barusan," sahut Yuanita, membela diri.Dua wanita ini nampaknya sulit akur sekarang, Queena yang cemburu pada Yuanita karena dulu kami pernah dekat, dan Yuanita yang cemburu pada Queena karena Liam begitu perhatian pada istriku. Kami berbasa-basi beberapa saat, kurang lebih hanya empat puluh lima menit. Karena kami harus segera pergi ke restoran. William pergi sendiri mengendarai mobilnya, sedangkan aku dan Yuanita akan berkendara di mobil yang sama seperti yang kami katakan tadi. "Aku pergi dulu ya, Sayang," pamitku pada Queena. "Kok Kak Yuanita ikut dengan Abang?" tanya Queena, seperti tak suka. "Liam akan langsung ke kantornya,
Pesona Istri Season 3Aku sudah mulai aktif kembali bekerja di restoran bersama dengan Yuanita. Sampai sekarang aku tak pernah tahu lagi, bagaimana hubungan dia dengan William. Kulihat mereka baik-baik saja namun hingga detik ini sepertinya tak ada kemajuan dalam hubungan mereka entah kapan mereka akan memutuskan untuk menikah. Biarlah itu bukan urusanku, mereka adalah dua orang dewasa yang sudah tahu mana yang baik dan mana yang benar. "Bagaimana keadaan Queena?" Tanya William saat aku hendak pulang. "Alhamdulillah sehat dan baik," jawabku. Sejak kejadian Yuanita melihatnya memeluk Queena dan dia marah-marah tidak jelas itu, William lebih banyak menahan diri. Dia tak lagi ingin dekat dengan Queena. Ditambah lagi aku dan istriku pergi ke luar kota, pindah ke rumah Mama dan Papa dalam beberapa bulan. Kupikir, membuat kedekatan Queena dan William tak lagi seperti dulu. "Mau ke sana, kita tengok Mama dan bayinya." Yuanita datang menghampiri kami dengan sebuah usulan. "Kamu mau?" Wil
Pesona Istri Season 3 Aku terbangun saat terdengar suara azan dari ponselku. Malam tadi kami masih tidur dengan nyenyak, Queena juga tidak membangunkanku. Bayi kami pun tidak di bawa ke sini. Perawat bilang, bayi yang baru lahir tidak langsung lapar dan ingin menyusu dari mamanya saat kutanya apa bayi kami tak kelaparan. Aku segera bangun, membersihkan diri dan sholat subuh, setelah itu membangunkan Queena. "Sayang, mau mandi gak?" Tanyaku sambil mengecup keningnya. "Sudah jam berapa?" Queena bertanya. "Jam lima lewat." Queena terlihat susah payah saat ingin bangun dari posisinya. Tentu saja, pasti dia masih kesakitan di bagian intimnya. "Ayo abang bopong," kataku sembari mengambil posisi hendak mengangkat tubuhnya. Queena menatap padaku. "Iya deh," sahutnya sambil memamerkan barisan giginya. Kenapa tak minta tolong saja dari tadi. Dengan hati-hati, kuangkat tubuhnya dan kubawa ke kamar mandi. "Mau dimandiin?" tanyaku. "Apaan sih Abang, aku bisa mandi sendiri." Dia menolak
Pesona Istri Season 3 POV Nata Wajah lelah namun tampak bahagia itu tersenyum bahagia saat menatapku. Aku baru saja mengazani bayi kami yang ada di ruang bayi. Sedangkan Queena masih berada di ruang bersalin tadi saat aku tinggalkan untuk melihat bayi kami. Queena melahirkan tanpa persiapan, kami sedang asyik jalan-jalan di mall tapi tiba-tiba dia pecah ketuban. Lalu saat di bawa ke rumah sakit ternyata sudah pembukaan 4 dan semua berjalan dengan cepat. "Bukannya anak pertama katanya perlu lama kontraksi untuk pembukaan." Itu yang aku tanyakan pada dokter saat dikatakan Queena sudah siap melahirkan. "Aku udah mulas dari kemarin, Abang. Tapi aku tahan, makanya tadi sengaja aku ajak Abang jalan-jalan biar rasa sakitnya teralihkan." Ah, Queena, ada-ada saja. Kuat juga dia menahan rasa sakit itu. Tapi mungkin aku dan kedua mertuaku akan jauh lebih khawatir jika tahi sejak kemarin dia mulas tapi bayi baru lahir hari ini. Kembali kukecup kening Queena yang sudah berada di atas kursi
Pesona Istri Season 3POV Hulya Pengantin baru, rumah baru. Begitu pulang dari hotel, aku hanya menginap di rumah Papa dan Mama dua malam. Lalu hanya semalam berada di rumah mertuaku, kemudian suamiku langsung membawaku pergi ke rumah yang dia inginkan untuk menjadi tempat tinggal kami. Sejauh ini, keluarga mertuaku semuanya baik dan sayang padaku. Termasuk adik iparku yang merupakan adik Mas Aslam. Mereka hanya dua bersaudara. Pantas saja kalau suamiku itu begitu memanjakan adik perempuannya. Aku hanya bisa menurut saat Mas Aslam mengajakku tinggal berdua saja, dia memilih rumah minimalis modern untuk menjadi tempat tinggal kami. "Aku hanya ingin menghabiskan waktu berdua saja denganmu, di rumah yang tak terlalu luas sehingga aku bisa selalu melihat keberadaanmu setiap saat. Selain itu, agar kamu tak kesepian jika sendiri karena rumah tak terlalu besar." Itu yang dikatakan Mas Asalm saat pertama kali kami menginjakkan kaki di rumah ini. Terhitung sudah satu minggu kami tinggal
Pesona Istri Season 3 Suasana pagi terasa mulai ramai oleh orang-orang yang hendak pergi bekerja. Dengan senyum lebar, aku menanti kedatangan moda transportasi umum yang sangat ingin aku coba, kereta listrik. Aku dan Mas Aslam akan naik kendaraan umum itu berbarengan dengan orang-orang yang berangkat ke kantor. "Senangnya akhirnya kita bisa naik kereta ini bareng," ucapku seraya menatap ke arah lintasan kereta. Menunggu alat transportasi tersebut datang. "Kenapa harus di jam segini sih, lihat ramai sekali. Kita ini baru menikah, harusnya bersantai di hotel menikmati kebersamaan bukannya malah ikutan berdesakan dengan para karyawan," omel Mas Aslam.Sebenarnya dia tak setuju aku melakukan ini saat ini, khawatir masih lelah setelah kemarin kami sibuk di acara pernikahan. "Ini letak serunya, ikutan berdesakan dengan penumpang lainnya. Kalau sepi mana seru, biar tahu bagaimana hidup sulit," jawabku sekenanya. Mas Aslam hanya geleng-geleng kepala mendengar perkataanku. "Memangnya gak