Pesona Istri Season 3 "Bukan apa-apa, Om" jawabku. Untung saja barusan aku hanya berkata dalam hati jika tidak, bisa saja restunya akan dicabut kembali."Jadi kamu siap memberikan banyak cucu buat kami?" tanya Om Wisnu lagi, seakan dia begitu menginginkannya."Insyaallah siap," jawabku dengan percaya diri. "Tinggal Queena bakalan siap atau tidak," sambungku dalam hati. Pria hanya cukup menanam benih saja, sedangkan wanita yang akan menjaganya. Selama sembilan bulan dalam kandungan dan itu adalah fase yang cukup berat. Apakah Queena akan mau jika hamil berkali-kali.Pria itu kembali diam, dan aku melakukan hal yang sama. Malam semakin larut, harusnya aku segera tidur, tapi kami, malah asyik berduaan seperti ini. Mudah-mudahan besok aku bisa menyetir dengan benar saat dalam perjalanan pulang ."Apa kamu benci padaku?" tanya Om Wisnu, kembali bersuara untuk memecah keheningan. "Untuk alasan apa Nata membenci Om Wisnu?" Aku balik bertanya. "Untuk semua hal yang selama ini Om lakukan p
Pesona Istri Season 3"Ada di sini?" tanyaku berbasa-basi. Kugaruk pelipisku yang tidak gatal. Pertanyaan yang benar-benar basi, tentu saja dia di sini. Suaminya masih tinggal di sini. Sejujurnya aku canggung juga bertemu dengannya sekarang, dia pernah akan menjadi istriku. Mungkin rasa canggung ini akan terus terbawa hingga aku menikah dan memiliki istri juga. "Iya," balasnya pendek. Pandangnya menatap pintu keluar saat menjawabku.Zitni langsung menghampiri Mama yang baru masuk ke dalam rumah, sekilas kulihat wanita itu mencium punggung tangan Mama lalu membantunya membawa handbag yang ada di tangan Mama. Mungkin dia terburu-buru keluar rumah untuk menyambut mertuanya. Kutinggalkan ke-dua perempuan itu, kembali berlalu menuju ke tujuan awalku, kamar. "Dah pulang?" tanya Atma yang keluar dari kamarnya. Kamar kami masih bersebelahan, tentu saja. Memangnya dia mau pindah ke mana setelah beristri. Akupun belum berpikir pindah kemana saat menyiapkan pernikahan dengan Zitni dulu, seb
Pesona Istri Season 3 Persiapan pernikahanku dengan Queena sudah berjalan lima puluh persen. Semuanya diserahkan pada Wedding Organizer, undangan sudah dicetak dan siap di sebarkan. Pernikahan akan dilaksanakan di kota tempat di mana rumah Om Wisnu berada. Rumah pertama Papa dan Mama juga ada di kota itu. Sudah tak ditempati tapi tidak dijual, mereka sayang menjualnya karena menurut mereka, tempat itu banyak kenangannya. Hanya dikontrakkan pada orang dan sesekali ditengok untuk memastikan rumah itu dalam keadaan layak huni. Jika dulu Zitni ingin konsep pernikahan outdoor, maka Queena menginginkan konsep pernikahan Indoor. Karena jarak kami yang cukup jauh, lima jam perjalanan menggunakan mobil, maka semuanya kuarahkan pada calon istriku untuk memilih segala sesuatu yang berhubungan dengan pernikahan ini. Aku hanya pernah sekali datang ke sana untuk melihat tempat dimana akan dilangsungkan pernikahan. Sekarang tinggal urusan baju yang menjadi perdebatan, gadis itu ingin aku datang
Pesona Istri Season 3 "Mama mertua, boleh yaa," rengek Queena. Kali ini dia merengek pada Mama. Queena tak lagi memanggil Mama dengan panggilan Tante, tapi Mama Mertua, ada-ada saja. Seperti kami tak salah memilih calon istri, menantu-menantu perempuan Mama akrab dengannya. Mudah-mudahan akan selamanya seperti itu, menantu yang berbakti dan mertua yang menyayangi, serta menganggap menantunya seperti anak sendiri. Sehingga aku dan Atma, tak perlu kerja keras menyatukan dua wanita yang berbeda usia dan tentu saja pemikirannya. "Udah biarin saja Queena di sini dulu, cuma dua mingguan, kan. Nanti kita antar bareng-bareng, sekalian melangsungkan pernikahan," ucap Mama."Ya Masa begitu sih, Mbak. Harusnya Queena dipingit di rumah bukan malah tinggal bersama dengan calon suaminya." Tante Syifa menolak usulan Mama. "Udah gak jamannya lagi pingitan. Insya Allah di sini aman, kan temennya ada Hulya dan juga Zitni. Zitni kadangkala lebih banyak menghabiskan waktu di sini daripada di rumahnya
Pesona Istri Season 3 Mama tertawa mendengar jawaban Queena. Kupikir Mama akan marah dengan perkataan calon menantunya Bagaimana tidak marah dengan jawaban yang seolah-olah main-main seperti itu. "Kamu seperti papamu," ucap Mama di sela-sela tawanya. "Tante gak marah?" tanya Queena. "Marah sih, meskipun kalian akan segera menikah tapi tak seharusnya seperti ini. Selama ini kalian sukses menjaga diri, tidak sampai terjerumus dalam hal-hal yang terlarang. Tapi setan dan hawa nafsu selalu berusaha menggelincirkan manusia bagaimana pun caranya. Meskipun kalian akan menikah sebentar lagi, kalian tetap tak boleh melakukan apapun yang bisa mendekat pada perbuatan dosa." Panjang lebar Mama menasehati kami."Maaf, Mam." Aku berkata sembari mengangkat kepalaku dari pangkuan Queena. Ya, sejak tadi kepala ini masih menempel dengan nyamannya di sana meskipun sudah ada Mama di hadapan kami."Nata harus bisa menahan diri," nasehat Mama padaku. "Queen yang salah, Tante. Tadi minta Abang potong
Pesona Istri Season 3Aku memutar tubuh yang bertelanjang dada di depan cermin. Mencari sesuatu yang tampak berbeda, mendadak otakku teringat malam itu saat tertidur begitu saja di kamar hotel tanpa peduli pada Queena. Apa dia meneliti tubuhku. Ah, dasar Queena. Apa yang dia lakukan padaku. Apa dia menandaiku. Pertanyaan berputar-putar di kepalaku. "Abang, ayo makan." Ketukan pintu disertai panggilan menyadarkanku. Sejak Queena di sini, dia rajin sekali manggilku pada jam-jam makan. Katanya salah satu cara belajar menjadi istri yang baik. Aku penasaran, apa dia bisa memasak juga seperti Mama. Kulihat dia belum pernah ke dapur sama sekali. "Abang, aku masuk yaa," teriak Queena di sertai pintu kamar yang terbuka. Aku belum mengijinkannya tapi dia sudah hendak masuk begitu saja. Matanya menatapku yang belum memakai baju, bukannya memalingkan wajah, kaget dan malu-malu, dia malah tampak santai saja. "Lihatin kamar calon suami, ah. Bentar lagi jadi kamarku juga," ucap Queena, kakinya
Pesona Istri Season 3 "Abang ...," panggil Queena dengan suara manja. Gadis itu menelponku dari kamarnya lewat panggilan video. Hari mulai larut tapi dia belum tidur juga, padahal besok adalah hari pernikahan kami. "Apa, Queen, Abang ngantuk pengen tidur," jawabku sambil bermalas-malasan. Kusembunyikan wajahku di atas bantal. "Lihat dulu ini," rengek Queena. Aku mengangkat wajah dan menatap pada layar ponsel. Terlihat olehku, kelap-kelip lampu kota dari ketinggian. Kami menginap di sebuah hotel bintang lima tempat dimana kami akan melangsungkan pernikahan juga. "Gak ada yang seru dari lampu-lampu itu," balasku. Kembali kusembunyikan wajahku."Ih, bukan lampunya. Ini tempat berendamnya," teriak Queena.Aku kembali mengangkat kepala dengan malas. Pandangku berpindah fokus, beralih pada Jacuzzi yang tepat berada di kaca besar yang memperlihatkan pemandangan kota di malam hari tadi . "Apanya yang seru?" Tanyaku. Lagi-lagi merasa tidak ada yang seru dengan tempat itu. Apa serunya
Pesona Istri Season 3 Queena menyambutku dengan senyumannya. Dia terlihat sudah segar dan berganti dengan gaun tidur yang panjang hingga menutupi mata kakinya. Namun gaun itu tanpa kancing sama sekali, hanya diikat di bagian pinggang dengan tali yang tak terlalu besar. Gaun berwarna mint dengan bahan satin itu terlihat halus dan tampak jatuh di tubuhnya yang ramping.Kulangkahkan kaki masuk ke dalam, aroma wangi melati memenuhi ruangan. Entah darimana asalanya aroma itu tapi kurasa cukup memanjakan indera penciuman. Di atas ranjang yang terlapisi sprei berwarna putih terdapat kelopak bunga mawar dengan dibentuk hati. "Abang mandi dulu biar aku yang beresin bajunya," ucap Queena, wanita yang sudah menjadi istriku itu meraih pegangan koper yang saat ini masih ada dalam genggaman. Benda berisi pakaianku itu berpindah ke tangannya. Queena lebih mempedulikan koper daripada aku yang sudah ada di depannya. Kemarin-kemarin sebelum menjadi suami istri dia selalu saja ingin bersentuhan kulit