Pesona Istri Season 3Meskipun enggan kuarahkan ponselku pada Queena yang akhirnya memunculkan diri. Pura-pura bermain ponsel di atas sofa. Bibirnya manyun, matanya mendelik saat kuberikan ponselku padanya. "Kenapa ada di situ?" Kudengar om winsu bertanya, aku duduk tak jauh dari Queena dan suara ponsel itu memang cukup nyaring. Jadi telingaku bisa dengan jelas mendengarnya. "Pa, lebih baik aku bersama Abang Nata, daripada sendirian. Pokoknya aku akan pergi kemanapun Bang Nata pergi. Papa tak bisa melarang-larang aku lagi. Queen udah besar, Pa."Tak ada jawaban dari lawan bicara Queena. Entah Om Wisnu kesal atau bagaimana, aku tak bisa menduga-duga. "Sekarang ini, aku akan melakukan apapun yang aku mau. Giliran Papa yang nurut sama aku, atau garis keturunan Candrayana akan berakhir pada Papa." Kali ini Queena mengancam papanya.Ampun itu anak gadis, bisa-bisanya mengancam papanya dengan istilah seperti itu. Dia memang sudah gadis dewasa. "Papa mau bicara lagi dengan Nata. Berikan
Pesona Istri Season 3 Mobil yang kami tumpangi melaju meninggalkan hotel yang semalam menjadi tempatku menginap. Ya, kami, aku dan Queena sekarang berada dalam satu mobil. Sebelum berangkat, lagi-lagi aku laporan pada Om Wisnu, memberitahu kalau anaknya ikut bersamaku. Dan lagi-lagi, pria itu dengan santainya mengijinkanku. "Jaga Queena." Begitu saja pesannyaAku juga tak bertanya saat ini Oma Wisnu dan Tante Syifa ada dimana, sudah pulangkah atau masih berada di rumah Papa dan Mama. Yang aku tahu, setelah pernikahan mereka masih akan mampir ke rumah Mama. Tapi berapa hari, aku tidak tahu. "Seru yaa, rasanya seperti bulan madu," ucap Queena sambil menatap jalanan yang kami lintasi. "Sok tau, memangnya bulan madu seperti ini. Bulan madu itu, tinggal di kamar terus, bukan jalan-jalan," balasku. "Itu hanya ada dalam pikiranmu, Bang." Aku tertawa, mungkin iya mungkin tidak juga. Kami sama-sama belum tahu, lagipula dulu saat otakku merancang bulan madu dengan Zitni, kami akan banyak
Pesona Istri Season 3 Mendengar jawaban itu, semua mata langsung tertuju padaku. Sekarang aku akan disidang. "Kenapa, sekarang kamu menolak putriku?" tanya Om Wisnu. "Kamu trauma dengan penikahan?" Tanya Mama. Lalu sorot mata Queena tampak kecewa. Hanya Papa yang terlihat santai saja. "Bukan begitu, Om, Mam. Kalian tahu Nata baru saja gagal menikah. Bisa saja kita beralasan salah cetak nama pada undangan, tapi kalau tiba-tiba Nata nikah seperti ini, orang akan berpikir lain," terangku. "Maksud Abang bagaimana?" tanya Mama. "Penikahan adalah salah satu hal yang wajib disegerakan," sambungnya."Bisa aja orang berpikir Queena hamil duluan, Mam, ini misalnya. Jadi kami nikah buru-buru dan diam-diam. Lalu akan dikaitkan dengan kegagalan pernikahanku dengan Zitni karena sudah menghamili Queena.""Biarkan saja orang berkata apa," sela Qureena. "Gak bisa begitu, Queen. Lagipula apa susahnya kita bersabar sebentar lagi, sebulan dua bulan untuk menyiapkan pernikahan. Selama ini kita suda
Pesona Istri Season 3 "Bukan apa-apa, Om" jawabku. Untung saja barusan aku hanya berkata dalam hati jika tidak, bisa saja restunya akan dicabut kembali."Jadi kamu siap memberikan banyak cucu buat kami?" tanya Om Wisnu lagi, seakan dia begitu menginginkannya."Insyaallah siap," jawabku dengan percaya diri. "Tinggal Queena bakalan siap atau tidak," sambungku dalam hati. Pria hanya cukup menanam benih saja, sedangkan wanita yang akan menjaganya. Selama sembilan bulan dalam kandungan dan itu adalah fase yang cukup berat. Apakah Queena akan mau jika hamil berkali-kali.Pria itu kembali diam, dan aku melakukan hal yang sama. Malam semakin larut, harusnya aku segera tidur, tapi kami, malah asyik berduaan seperti ini. Mudah-mudahan besok aku bisa menyetir dengan benar saat dalam perjalanan pulang ."Apa kamu benci padaku?" tanya Om Wisnu, kembali bersuara untuk memecah keheningan. "Untuk alasan apa Nata membenci Om Wisnu?" Aku balik bertanya. "Untuk semua hal yang selama ini Om lakukan p
Pesona Istri Season 3"Ada di sini?" tanyaku berbasa-basi. Kugaruk pelipisku yang tidak gatal. Pertanyaan yang benar-benar basi, tentu saja dia di sini. Suaminya masih tinggal di sini. Sejujurnya aku canggung juga bertemu dengannya sekarang, dia pernah akan menjadi istriku. Mungkin rasa canggung ini akan terus terbawa hingga aku menikah dan memiliki istri juga. "Iya," balasnya pendek. Pandangnya menatap pintu keluar saat menjawabku.Zitni langsung menghampiri Mama yang baru masuk ke dalam rumah, sekilas kulihat wanita itu mencium punggung tangan Mama lalu membantunya membawa handbag yang ada di tangan Mama. Mungkin dia terburu-buru keluar rumah untuk menyambut mertuanya. Kutinggalkan ke-dua perempuan itu, kembali berlalu menuju ke tujuan awalku, kamar. "Dah pulang?" tanya Atma yang keluar dari kamarnya. Kamar kami masih bersebelahan, tentu saja. Memangnya dia mau pindah ke mana setelah beristri. Akupun belum berpikir pindah kemana saat menyiapkan pernikahan dengan Zitni dulu, seb
Pesona Istri Season 3 Persiapan pernikahanku dengan Queena sudah berjalan lima puluh persen. Semuanya diserahkan pada Wedding Organizer, undangan sudah dicetak dan siap di sebarkan. Pernikahan akan dilaksanakan di kota tempat di mana rumah Om Wisnu berada. Rumah pertama Papa dan Mama juga ada di kota itu. Sudah tak ditempati tapi tidak dijual, mereka sayang menjualnya karena menurut mereka, tempat itu banyak kenangannya. Hanya dikontrakkan pada orang dan sesekali ditengok untuk memastikan rumah itu dalam keadaan layak huni. Jika dulu Zitni ingin konsep pernikahan outdoor, maka Queena menginginkan konsep pernikahan Indoor. Karena jarak kami yang cukup jauh, lima jam perjalanan menggunakan mobil, maka semuanya kuarahkan pada calon istriku untuk memilih segala sesuatu yang berhubungan dengan pernikahan ini. Aku hanya pernah sekali datang ke sana untuk melihat tempat dimana akan dilangsungkan pernikahan. Sekarang tinggal urusan baju yang menjadi perdebatan, gadis itu ingin aku datang
Pesona Istri Season 3 "Mama mertua, boleh yaa," rengek Queena. Kali ini dia merengek pada Mama. Queena tak lagi memanggil Mama dengan panggilan Tante, tapi Mama Mertua, ada-ada saja. Seperti kami tak salah memilih calon istri, menantu-menantu perempuan Mama akrab dengannya. Mudah-mudahan akan selamanya seperti itu, menantu yang berbakti dan mertua yang menyayangi, serta menganggap menantunya seperti anak sendiri. Sehingga aku dan Atma, tak perlu kerja keras menyatukan dua wanita yang berbeda usia dan tentu saja pemikirannya. "Udah biarin saja Queena di sini dulu, cuma dua mingguan, kan. Nanti kita antar bareng-bareng, sekalian melangsungkan pernikahan," ucap Mama."Ya Masa begitu sih, Mbak. Harusnya Queena dipingit di rumah bukan malah tinggal bersama dengan calon suaminya." Tante Syifa menolak usulan Mama. "Udah gak jamannya lagi pingitan. Insya Allah di sini aman, kan temennya ada Hulya dan juga Zitni. Zitni kadangkala lebih banyak menghabiskan waktu di sini daripada di rumahnya
Pesona Istri Season 3 Mama tertawa mendengar jawaban Queena. Kupikir Mama akan marah dengan perkataan calon menantunya Bagaimana tidak marah dengan jawaban yang seolah-olah main-main seperti itu. "Kamu seperti papamu," ucap Mama di sela-sela tawanya. "Tante gak marah?" tanya Queena. "Marah sih, meskipun kalian akan segera menikah tapi tak seharusnya seperti ini. Selama ini kalian sukses menjaga diri, tidak sampai terjerumus dalam hal-hal yang terlarang. Tapi setan dan hawa nafsu selalu berusaha menggelincirkan manusia bagaimana pun caranya. Meskipun kalian akan menikah sebentar lagi, kalian tetap tak boleh melakukan apapun yang bisa mendekat pada perbuatan dosa." Panjang lebar Mama menasehati kami."Maaf, Mam." Aku berkata sembari mengangkat kepalaku dari pangkuan Queena. Ya, sejak tadi kepala ini masih menempel dengan nyamannya di sana meskipun sudah ada Mama di hadapan kami."Nata harus bisa menahan diri," nasehat Mama padaku. "Queen yang salah, Tante. Tadi minta Abang potong