Pesona istri season 3 Malam sudah cukup larut, namun aku tak bisa memejamkan mata. Bayangan wajah Queena yang terlihat bahagia melintas di benakku. Entah apa yang membuat dia begitu bahagia saat menelponku, dia hanya mengatakan kalau liburan akhir tahun ini, dia dan keluarganya akan datang ke rumah ini. Itu sekitar sebulan lagi dari sekarang.Seharusnya itu sudah biasa, karena dulu kami sering melewatkan pergantian tahun bersama-sama. Hanya saja, Queena tadi mengatakan jika ada hal yang membahagiakan bagi aku dan dia. Hal itu tentu saja membuat pikiranku penuh dengan banyak dugaan. Kuhela nafas panjang sambil menatap air kolam yang tenang. Tempat itu, tempat kami menghabiskan banyak waktu bersama saat kecil dulu. Keluarga Om Wisnu dan Mama yang begitu dekat, membuat kami sering kali melewatkan waktu bersama jika ada kesempatan."Belum tidur?" Atma menyapaku. "Belum." Kualihkan pandangan padanya.Kakak kembarku itu memilih duduk di kursi yang berada tak jauh dariku. Beberapa hari in
Pesona Istri Season 3 Kugeser layar ponsel untuk menerima panggilan dari Queena. Saat panggilan terhubung, yang tampak di dalam layar handphoneku adalah bagian atas dari sebuah ruangan pasti ini adalah bagian atas kamar Queena. Alih-alih memperlihatkan wajahnya padaku, aku hanya disuguhi plafon kamarnya. Hubungan kami mulai membaik kembali, namun apalah daya ternyata usaha Mama untuk menjodohkanku dengan wanita lain mendapatkan jalannya. Bahkan, sekarang statusku dengan wanita itu sudah bertunangan. Aku yakin, Queena sudah tahu dari orang tuanya. Mama dan Papa pasti sudah memberitahu berita ini pada Tante Syifa dan Om Wisnu."Kudengar Abang mau menikah, Apa itu benar?" tanya Queena."Iya," jawabku apa adanya. Memang demikianlah adanya, mau kujawab bagaimana lagi. Hubunganku dengannya sudah tak ada harapan lagi sejak saat aku menerima wanita lain untuk menjadi istriku. Setelah menikah, aku akan memfokuskan perasaanku pada istriku. Diam tak ada lagi pertanyaan dari wanita di ujung t
Pesona Istri Season 3 "Abang," lirih Hulya sambil menatapku. Gadis yang menjadi calon istriku itu langsung mengusap air matanya saat melihatku. "Hulya, kamu pulanglah sendiri naik taksi online," perintahku pada adikku."Dan kamu, ayo ikut denganku," ajaku pada Zitni. Gadis itu bergeming, dia seakan tak ingin mengikuti perintah untuk ikut denganku."Kamu mau ikut denganku secara sukarela atau, mau kupaksa." Kali ini aku mengancamnya. "Bang jangan seperti itu, dia anak orang." Hulya menyela. Kucoba untuk menahan diri, tapi rasanya aku seperti tak bisa. Kemarahan ini seakan menguasai hatiku, keluarga mereka yang mau dan datang ke rumah kami, lalu tiba-tiba sekarang putrinya tak ingin menikah denganku. Apa-apaan ini. "Memangnya aku mengatakan dia bukan anak orang," bala ku sambil menahan geram. Hulya memilih diam."Ayo ikut," perintahku sekali lagi. "Aku bisa saja memaksamu dengan caraku sendiri, jika kamu masih tak mau mengikutiku," sambungku penuh dengan ancaman. "Bang, janga
Pesona Istri Season 3Waktu sudah menunjukkan jam makan malam, namun aku mengurung diri di dalam kamar. Saat Mama meminta ijin untuk masuk ke kamar, aku tak mengijinkannya. Kukatakan kalau aku ingin istirahat setelah lelah sehari mengurus persiapan pernikahan.Ketukan pintu terdengar lagi di telingaku. Ini sudah ke empat kalinya. Pertama Mama, lalu Hulya lagi, kemudian Atma, mungkin dia sudah tahu apa yang terjadi dari Hulya. Lalu sekarang siapa lagi. "Abang, ayo makan. Jangan sampai sakit pas acara pernikahan." Terdengar suara Mama dari balik pintu. "Aku lagi gak pengen makan, Mam," balasku dari dalam. "Mama masuk, ya."Kupandangi tubuhku yang masih menggunakan baju yang sama seperti tadi pagi. Aku memang belum berganti baju, apalagi mandi. Hanya ke kamar mandi untuk bersuci lalu solat, itupun di dalam kamar juga. Bisa-bisa Mama khawatir melihat keadaanku seperti ini. "Nata akan turun untuk makan, lima menit lagi, Mama duluan saja." Aku kembali menyahut dari dalam sembari berlari
Pesona Istri Season 3 Aku menatap langit-langit kamar hotel, tempat di mana aku akan menginap. Di ruangan ini aku akan menghabiskan malam, sebelum esok hari akan melangsungkan pernikahan dengan Zitini. Ya hingga detik ini aku masih tak peduli dengan perasaan wanita itu, maupun dengan perasaan Atma. Mereka yang memulai tragedi ini dan aku tak berniat sama sekali untuk mengakhirinya. Kuusir Atma dari kamarku waktu itu, saat Mama memanggil kami karena mendengarkan teriakan Atma. Kukatakan pada kembaranku, itu untuk menjelaskan kenapa dia berteriak-teriak padaku tanpa harus memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi. Lalu seperti dugaanku, Atma tak mengatakan jika pertengkaran kami karena ada hubungannya dengan pernikahanku dan Zitni. Entah apa yang dia katakan pada Mama sehingga wanita itu akhirnya percaya dan tak banyak bertanya padaku. Hingga detik ini, Mama dan Papa tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.Besok adalah hari pernikahanku dengan Zitni, dan akan dilaksanakan di hotel yan
Pesona Istri Season 3Acara ijab kabul berjalan dengan lancar. Saat tahu siapa yang menikah dengannya, Zitni tampak bahagia. Bahagia yang sesungguhnya, rona wajah yang harusnya dimiliki semua orang yang menikah. "Aku bangga sama Abang," ucap Hulya sambil mengacungkan dua jempolnya padaku, setelah tahu apa yang kulakukan."Abang, apa yang terjadi?" tanya Mama dengan mata berkaca-kaca. Begitu acara ijab kabul selesai, wanita itu langsung menghampiriku dengan mata yang berkaca-kaca. Untung hal seperti itu biasa terjadi karena rasa haru. "Zitni dan Atma saling suka, Mam. Wanita itu ingin menikah dengan saudaraku, bukan denganku. Kalian salah sangka," terangku sambil tertawa. Mama terlihat kebingungan dengan jawabanku. "Sebenarnya, Zitni ingin menikah dengan Atma, Ma. Mereka berdua itu sudah kenal dengan dekat. Wanita yang Atma bilang masih ingin kuliah itu, ya si Zinti itu," paparku. "Jadi sebenarnya keluarga mereka ingin menikahkan putrinya dengan Atma?" Mama balik bertanya. "Enta
Pesona Istri Season 3 Senja di Pantai memang selalu berbeda, sepi, sunyi, dan hembusan angin yang menerpa membuat perasaan semakin tenang. Rona jingga di ujung cakrawala berpadu dengan matahari yang sebentar lagi tengelam, membuat semakin indah pemandangan alam. Tak salah pasangan suami-istri pergi ke pantai untuk menghabiskan waktu bersama, romantis suasananya. Kakiku masih belum ingin beranjak meskipun suasana sudah sepi. Masih ingin di sini, menikmati lembutnya pasir pantai saat kaki yang telanjang menginjaknya. Menikmati sapuan gelombang pada kaki yang berakhir di bibir pantai. Ya, semuanya tampak begitu indah di pandangan mata. Pantai ini adalah tempat pertama yang aku kunjungi, setelah dari pagi berkendara, sore hatinya baru sampai di sini. Tempat sebelum senja tiba. Tadi, kuambil gambar selfi dengan senyum mengembang lalu kukirim gambar pada Mama agar dia tahu aku dimana. Kukirim foto itu lewat pesan singkat dengan caption, Mama tak ingin ke sini lagi. Tentu saja tidak lam
Pesona Istri Season 3Meskipun enggan kuarahkan ponselku pada Queena yang akhirnya memunculkan diri. Pura-pura bermain ponsel di atas sofa. Bibirnya manyun, matanya mendelik saat kuberikan ponselku padanya. "Kenapa ada di situ?" Kudengar om winsu bertanya, aku duduk tak jauh dari Queena dan suara ponsel itu memang cukup nyaring. Jadi telingaku bisa dengan jelas mendengarnya. "Pa, lebih baik aku bersama Abang Nata, daripada sendirian. Pokoknya aku akan pergi kemanapun Bang Nata pergi. Papa tak bisa melarang-larang aku lagi. Queen udah besar, Pa."Tak ada jawaban dari lawan bicara Queena. Entah Om Wisnu kesal atau bagaimana, aku tak bisa menduga-duga. "Sekarang ini, aku akan melakukan apapun yang aku mau. Giliran Papa yang nurut sama aku, atau garis keturunan Candrayana akan berakhir pada Papa." Kali ini Queena mengancam papanya.Ampun itu anak gadis, bisa-bisanya mengancam papanya dengan istilah seperti itu. Dia memang sudah gadis dewasa. "Papa mau bicara lagi dengan Nata. Berikan
Pesona Istri Season 3 POV Hanan "Selamat ulang tahun Sayang ucapku sambil memberikan sebuket bunga mawar untuknya." Meskipun di rumah ini ada taman bunga mawar, tapi tetap saja memberi bunga padanya selalu membuatnya bahagia. Namun, dia akan berkata tak suka pada bunga yang sudah dipetik. "Terima kasih, Mas," jawabnya tanpa terlihat sedikit pun senyum di wajahnya. Sudah beberapa hari ini Husniah tampak bersedih hati. Aku tahu penyebabnya tak bahagia beberapa hari ini. Sudah hampir dua bulan tak ada dari anak-anaknya yang datang mengunjungi kami baik Hulya yang belum memiliki anak maupun Atma dan Nata yang sudah sibuk dengan keluarga kecilnya ditambah dengan keberadaan anaknya."Kamu rindu pada anak-anak?" tanyaku.Pertanyaanku hanya dijawab Husniah dengan anggukan, seakan dia enggan berbicara. Aku tahu jika dia mengungkapkan isi hatinya, dia akan menangis begitu saja. Entah kenapa di usianya yang tak lagi muda, Husniah semakin melankolis. Kurasa ini terjadi setelah anak-anak perg
Pesona Istri Season 3 "Sayang, Abang minta maaf," ucapku, sembari mencoba mendekat padanya lagi. Dia marah tapi tak mau didekati, bagaimana bisa aku menenangkannya. Lebih baik dia memukuliku daripada menjauh dengan tampang seperti itu. "Kenapa minta maaf," ketus Queena. "Udah bikin kamu kesal," balasku. "Sini, kita bicarakan dengan tenang. Kamu mau apa?" Wajah itu masih cemberut, tapi tak lagi menjauhiku hingga jarak kami semakin dekat. "Maaf ya." Lagi aku mengatakan permintaan maaf, entah untuk kesalahan yang mana. Yang penting aku minta maaf saja, mungkin dengan seperti ini dia kan lebih baik. Tanpa dikomando, air mata Queena meluncur melewati pipinya yang terlihat berisi, lalu kemudian berlanjut dengan isakan kecil terdengar di telingaku. "Abang minta maaf," ucapku, lagi, entah untuk yang berapa kali. Aku merengkuh tubuh Queena dalam pelukan. Istriku itu tak menolak dan melawan, dia terisak dalam dekapanku. Biarlah, dia puas menangis setelah puas memukuliku. Biar dia mel
Pesona Istri Season 3"Nata, Queena pergi meninggalkan Rafka sejak tadi pagi," ucap Tante Syifa dari ujung telepon, ketika aku mengangkat panggilan dari mertuaku tersebut.Mendengar penuturan Tante Syifa, tentu saja membuatku sedikit terkejut. Tadi pagi memang Queena masih marah saat kutinggal pergi kerja. Kali ini bukan masalah postur tubuhnya yang gemuk namun kami bertengkar lagi karena Queena kembali mencurigaiku memiliki kedekatan dengan Yuanita pada hal dia jelas-jelas tahu kalau wanita itu sudah memiliki tunangan. Meskipun sampai sekarang mereka belum berniat untuk menikah. Entah kenapa beberapa hari ini, tidur kami selalu diwarnai dengan pertengkaran. "Quina pergi ke mana, Ma. Dia tak pamit dan meninggalkan Rafka begitu saja. Lalu gimana sekarang keadaan anak itu apakah dia rewel karena tak ada mamanya?" Bertubi-tubi aku bertanya pada mertuaku. Jika di lihat sekarang sudah mulai sore, artinya istriku itu sudah pergi dari rumah cukup lama. Tapi kenapa Tante Syifa baru mengat
Pesona Istri Season 3 "Nggak gitu juga kali konsepnya Kak Yuan," ucap Queena dengan nada sebal.Sepertinya dia tak suka dengan perkataan yang dilontarkan oleh Yuanita barusan, siapa yang suka dengan perkataan seperti itu. Aku pun tak suka, Queena adalah istriku tak ada yang boleh memilikinya selain diriku. "Aku cuma bercanda mengimbangi perkataan Liam barusan," sahut Yuanita, membela diri.Dua wanita ini nampaknya sulit akur sekarang, Queena yang cemburu pada Yuanita karena dulu kami pernah dekat, dan Yuanita yang cemburu pada Queena karena Liam begitu perhatian pada istriku. Kami berbasa-basi beberapa saat, kurang lebih hanya empat puluh lima menit. Karena kami harus segera pergi ke restoran. William pergi sendiri mengendarai mobilnya, sedangkan aku dan Yuanita akan berkendara di mobil yang sama seperti yang kami katakan tadi. "Aku pergi dulu ya, Sayang," pamitku pada Queena. "Kok Kak Yuanita ikut dengan Abang?" tanya Queena, seperti tak suka. "Liam akan langsung ke kantornya,
Pesona Istri Season 3Aku sudah mulai aktif kembali bekerja di restoran bersama dengan Yuanita. Sampai sekarang aku tak pernah tahu lagi, bagaimana hubungan dia dengan William. Kulihat mereka baik-baik saja namun hingga detik ini sepertinya tak ada kemajuan dalam hubungan mereka entah kapan mereka akan memutuskan untuk menikah. Biarlah itu bukan urusanku, mereka adalah dua orang dewasa yang sudah tahu mana yang baik dan mana yang benar. "Bagaimana keadaan Queena?" Tanya William saat aku hendak pulang. "Alhamdulillah sehat dan baik," jawabku. Sejak kejadian Yuanita melihatnya memeluk Queena dan dia marah-marah tidak jelas itu, William lebih banyak menahan diri. Dia tak lagi ingin dekat dengan Queena. Ditambah lagi aku dan istriku pergi ke luar kota, pindah ke rumah Mama dan Papa dalam beberapa bulan. Kupikir, membuat kedekatan Queena dan William tak lagi seperti dulu. "Mau ke sana, kita tengok Mama dan bayinya." Yuanita datang menghampiri kami dengan sebuah usulan. "Kamu mau?" Wil
Pesona Istri Season 3 Aku terbangun saat terdengar suara azan dari ponselku. Malam tadi kami masih tidur dengan nyenyak, Queena juga tidak membangunkanku. Bayi kami pun tidak di bawa ke sini. Perawat bilang, bayi yang baru lahir tidak langsung lapar dan ingin menyusu dari mamanya saat kutanya apa bayi kami tak kelaparan. Aku segera bangun, membersihkan diri dan sholat subuh, setelah itu membangunkan Queena. "Sayang, mau mandi gak?" Tanyaku sambil mengecup keningnya. "Sudah jam berapa?" Queena bertanya. "Jam lima lewat." Queena terlihat susah payah saat ingin bangun dari posisinya. Tentu saja, pasti dia masih kesakitan di bagian intimnya. "Ayo abang bopong," kataku sembari mengambil posisi hendak mengangkat tubuhnya. Queena menatap padaku. "Iya deh," sahutnya sambil memamerkan barisan giginya. Kenapa tak minta tolong saja dari tadi. Dengan hati-hati, kuangkat tubuhnya dan kubawa ke kamar mandi. "Mau dimandiin?" tanyaku. "Apaan sih Abang, aku bisa mandi sendiri." Dia menolak
Pesona Istri Season 3 POV Nata Wajah lelah namun tampak bahagia itu tersenyum bahagia saat menatapku. Aku baru saja mengazani bayi kami yang ada di ruang bayi. Sedangkan Queena masih berada di ruang bersalin tadi saat aku tinggalkan untuk melihat bayi kami. Queena melahirkan tanpa persiapan, kami sedang asyik jalan-jalan di mall tapi tiba-tiba dia pecah ketuban. Lalu saat di bawa ke rumah sakit ternyata sudah pembukaan 4 dan semua berjalan dengan cepat. "Bukannya anak pertama katanya perlu lama kontraksi untuk pembukaan." Itu yang aku tanyakan pada dokter saat dikatakan Queena sudah siap melahirkan. "Aku udah mulas dari kemarin, Abang. Tapi aku tahan, makanya tadi sengaja aku ajak Abang jalan-jalan biar rasa sakitnya teralihkan." Ah, Queena, ada-ada saja. Kuat juga dia menahan rasa sakit itu. Tapi mungkin aku dan kedua mertuaku akan jauh lebih khawatir jika tahi sejak kemarin dia mulas tapi bayi baru lahir hari ini. Kembali kukecup kening Queena yang sudah berada di atas kursi
Pesona Istri Season 3POV Hulya Pengantin baru, rumah baru. Begitu pulang dari hotel, aku hanya menginap di rumah Papa dan Mama dua malam. Lalu hanya semalam berada di rumah mertuaku, kemudian suamiku langsung membawaku pergi ke rumah yang dia inginkan untuk menjadi tempat tinggal kami. Sejauh ini, keluarga mertuaku semuanya baik dan sayang padaku. Termasuk adik iparku yang merupakan adik Mas Aslam. Mereka hanya dua bersaudara. Pantas saja kalau suamiku itu begitu memanjakan adik perempuannya. Aku hanya bisa menurut saat Mas Aslam mengajakku tinggal berdua saja, dia memilih rumah minimalis modern untuk menjadi tempat tinggal kami. "Aku hanya ingin menghabiskan waktu berdua saja denganmu, di rumah yang tak terlalu luas sehingga aku bisa selalu melihat keberadaanmu setiap saat. Selain itu, agar kamu tak kesepian jika sendiri karena rumah tak terlalu besar." Itu yang dikatakan Mas Asalm saat pertama kali kami menginjakkan kaki di rumah ini. Terhitung sudah satu minggu kami tinggal
Pesona Istri Season 3 Suasana pagi terasa mulai ramai oleh orang-orang yang hendak pergi bekerja. Dengan senyum lebar, aku menanti kedatangan moda transportasi umum yang sangat ingin aku coba, kereta listrik. Aku dan Mas Aslam akan naik kendaraan umum itu berbarengan dengan orang-orang yang berangkat ke kantor. "Senangnya akhirnya kita bisa naik kereta ini bareng," ucapku seraya menatap ke arah lintasan kereta. Menunggu alat transportasi tersebut datang. "Kenapa harus di jam segini sih, lihat ramai sekali. Kita ini baru menikah, harusnya bersantai di hotel menikmati kebersamaan bukannya malah ikutan berdesakan dengan para karyawan," omel Mas Aslam.Sebenarnya dia tak setuju aku melakukan ini saat ini, khawatir masih lelah setelah kemarin kami sibuk di acara pernikahan. "Ini letak serunya, ikutan berdesakan dengan penumpang lainnya. Kalau sepi mana seru, biar tahu bagaimana hidup sulit," jawabku sekenanya. Mas Aslam hanya geleng-geleng kepala mendengar perkataanku. "Memangnya gak