Meskipun dilanda kelelahan dan rasa sakit yang semakin hebat, Queen tetap bertekad untuk melahirkan secara normal. Dengan bimbingan dari dokter dan bidan, ia mulai melakukan beberapa gerakan untuk membantu mempercepat pembukaan. Perlahan, ia berusaha bangkit dari tempat tidur, dibantu oleh Ageng yang selalu setia di sampingnya. Mereka berjalan pelan-pelan di sekitar ruang bersalin, dengan Queen yang sesekali harus berhenti karena kontraksi.“Yakin?” Tidak tega melihat Queen menderita kala didera kontraksi hebat, Ageng mencoba menawarkan operasi cesar untuk mengakhiri semua penderitaan yang harus dialami oleh istrinya.“Seyakin aku mau tidur denganmu.” Queen menjawab dengan ketus, lalu diikuti dengan suara desisan karena menahan rasa sakit.Ageng tersenyum tipis, antara sedih dan lucu mendengar celetukan Queen.“Kalau kamu sudah lelah, istirahatlah.”“Tidak … tidak Queen.” Ageng langsung memeluk tubuh Queen dan mengusap punggunggnya berharap mampu meredakan rasa sakit yang muncul karen
Queen menatap Ageng dengan mata yang berkaca-kaca, antara takut dan lega. Ageng tersenyum, meski hatinya terasa berdebar-debar.“Perjuangan kita sudah hampir sampai, Sayang. Sebentar lagi kita akan bertemu dengan putri kita,” ucapnya dengan lembut, mencoba memberikan semangat pada istrinya yang sudah begitu kelelahan.Segera, Queen dibawa ke ruang bersalin. Perjalanan dari ruang periksa menuju ruang bersalin terasa seperti mimpi. Segalanya berjalan begitu cepat, tetapi di satu sisi, setiap momen juga terasa begitu lambat. Suara mesin medis dan langkah-langkah perawat di sekitar mereka seakan teredam oleh fokus mereka berdua pada momen yang akan segera tiba.Di ruang bersalin, dokter dan tim medis mempersiapkan segalanya dengan saksama. Queen berbaring di ranjang dengan napas yang terengah-engah, sementara Ageng tetap berada di sisinya, tak pernah melepaskan genggaman tangannya. Sesekali dia menunduk dan berbisik di telinga Queen, “Kamu kuat, kamu hebat, aku tahu itu. Putri kita juga k
Acara akikah putri pertama Ageng dan Queen berlangsung meriah di rumah keluarga Wardana. Suasana penuh kebahagiaan terpancar dari wajah-wajah yang hadir, termasuk orang tua Ageng, Arya Suta dan Laras, yang tak henti-hentinya tersenyum bangga. Ruang tamu besar dipenuhi oleh sahabat dan kerabat, yang datang untuk turut merasakan kebahagiaan serta mendoakan masa depan yang baik untuk bayi yang baru lahir.Di sudut ruangan, Rania dan Surya Wijaya duduk berdampingan, berbincang santai dengan beberapa tamu. Wajah mereka terlihat berseri meskipun mereka akan segera berangkat ke Singapura. Rania tampak lebih sehat dan kuat, meski perjalanannya masih panjang dalam melawan penyakitnya."Kami akan ke Singapura untuk kontrol kesehatan sekaligus menemani Victoria yang akan mulai pendidikan di sana," ucap Surya Wijaya saat berbicara dengan Arya Suta dan Laras. Mereka mengangguk penuh pengertian."Semoga semuanya lancar di sana, Surya. Kami akan mendoakan yang terbaik untukmu dan Rania," jawab Arya
Setelah pergumulan yang panas dan penuh gairah, Naya merasa harus segera membicarakan berbagai hal yang masih mengganjal dalam pernikahannya dengan Bryan. Apalagi saat melihat betapa antusiasnya Bryan untuk segera memiliki anak setelah melihat putri kecil Queen dan Ageng.Mungkin dengan melakukan pillow talk setelah bercinta dia bisa mengkomunikasikan masalah yang masih menjadi ganjalan di hatinya. Naya berhati-hati saat bergerak, tidak ingin menggugah gairah Bryan kembali. Yang dia butuhkan saat ini adalah bicara, bukan bercinta."Kau sakit?" tanya Bryan terlihat penuh rasa khawatir dengan pergerakan Naya sangat pelan. Sejak mereka menikah secara siri, tak pernah absen sehari pun untuk bercinta. Bryan takut jika Apa yang dia lakukan selama ini ternyata menyakiti Naya.Naya menggelengkan kepalanya lemah. "Sejak menikah kau belum menunjukkan kontrak perjanjian pernikahan kita."Bryan mengerutkan keningnya, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Setelah apa yang me
Derrian memutuskan untuk segera menemui Ageng dan Cyrus. Setelah menyaksikan apa yang Bryan lakukan, dia tahu bahwa mereka harus bergerak cepat. Dengan berat hati Derrian menyampaikan apa yang dilihatnya kepada kedua sahabatnya itu.Saat ini Cyrus dan Ageng sedang menyaksikan video saat Bryan mencium Naya dengan kasar di dekat toilet kafe. Meski Naya bisa membalas dengan tamparan, tetapi video pada acara aqiqah Baby Al menunjukkan jika Bryan tidak melepaskan Naya begitu saja.“Bryan sudah melangkah terlalu jauh,” Derrian membuka pembicaraan dengan nada serius. “Dia melakukan sesuatu yang sangat buruk pada Naya di kafe kami. Bahkan ... apa yang dia lakukan bisa dianggap sebagai pelecehan seksual.”Cyrus, yang biasanya tenang, langsung menegang. Wajahnya memerah, matanya menyala penuh amarah. Dia kembali teringat dengan kejadian buruk yang pernah menimpa istrinya. Butuh waktu yang tidak sebentar bagi Chiara untuk bisa kembali pulih dan menjalani hidup dengan normal.“Kumpulkan semua buk
Melissa memandangi mama Bryan dengan ekspresi penuh keraguan setelah menunjukkan video tersebut. Mama Bryan terdiam, wajahnya yang biasanya tegar kini berubah pucat. Mata tuanya berkaca-kaca, dan bibirnya bergetar seolah tak percaya apa yang baru saja dilihatnya.“Bryan ... putraku ... tidak mungkin dia melakukan ini,” suara mama Bryan terdengar lirih, hampir berbisik. Napasnya terengah-engah, dan tangannya bergetar saat mencoba memegang ponsel Melissa lagi, seakan ingin memastikan apa yang dilihatnya tidak nyata.Melissa, yang semula tegar, merasa iba. Dia tahu bagaimana perasaan seorang ibu ketika melihat anaknya terlibat dalam masalah besar. Namun, sebagai sahabat Naya, dia tak bisa tinggal diam."Tante," ucap Melissa pelan, "Saya tahu ini sulit. Tapi Naya adalah sahabat saya, dan apa yang dilakukan Bryan sangat serius. Saya tidak bisa menutup mata atas ini."Mama Bryan terisak pelan, air matanya mulai jatuh tanpa henti. "Bryan ... kenapa kamu melakukan ini?" lirihnya lagi, lebih k
“Kalian sudah lihat sendiri, kan?” ucap Bryan sambil menunjuk ke arah layar ponselnya. “Aku dan Naya sudah menikah secara siri. Kami melakukannya di rumah sakit karena kondisinya waktu itu ... kami terburu-buru karena waktu itu ayah Naya sempat kritis. Tapi ini sah, ini nyata. Aku tidak main-main.”Ageng, Cyrus dan Derrian saling melempar pandangan seolah tidak percaya. Selam aini Bryan dikenal tidak siap untuk berkomitmen, tetapi dalam waktu yang begitu singkat memutuskan untuk menikah.“Ada yang salah?” Bryan menatap balik ketiga sahabatnya.“Ada yang janggal,” sahut Ageng dengan sorot mata yang tajam.Inilah yang ditakutkan oleh Ageng, Bryan menekan Naya dengan memanfaatkan keadaan sulit yang menimpa Naya beberapa waktu yang lalu. Dari Queen Ageng sempat mendengar kabar sakitnya ayah Naya, tetapi dia sama sekali tidak pernah menduga jika akhirnya akan seperti ini.“Selama ini aku tidak pernah mencampuri urusan rumah tangga kalian, jadi aku harap kalian juga bisa menghargai keputusa
“Apa? Bryan sudah menikahi Naya?” Melissa benar-benar tidak percaya setelah mendengar penjelasan Derrian.“Bukan karena Bryan ingin menyembunyikan pernikahan mereka, tetapi karena pernikahan mereka belum resmi secara hukum, maka Bryan belum berani mempublikasikannya.”“Termasuk dari papa dan mamanya?” tanya Melissa seolah sudah tahu jalan pikiran Bryan, sahabatnya sejak kecil.Derrian mengangguk, mengiyakan pertanyaan istrinya.Melissa masih terdiam, pikirannya berkecamuk. Bagaimana mungkin Bryan, sahabatnya sejak kecil, diam-diam menikah dengan Naya? Dan yang lebih mengejutkan lagi, pernikahan itu belum sah secara hukum.Melissa teringat pertemuannya dengan mama Bryan. Perempuan itu dengan antusias menceritakan rencana perjodohan Bryan dengan Naomi, artis yang sedang naik daun. Harapan keluarganya begitu besar, mereka ingin Bryan segera menikah agar bisa belajar bertanggung jawab dan mengurus keluarga.Tapi sekarang, semua yang didengarnya seolah terhempas ke dasar laut. Bryan sudah