"Kamu sangat menggairahkan, aku nggak akan puas walau terus melakukan denganmu. Setelah acara selesai, bagaimana kalau kita melakukannya lagi di hotel dekat sini? Lagi pula, Meiva nggak hadir kan malam ini? Aku dengar dia dicancel digantikan denganmu?" Suara Alden sangat jelas, sedang menggoda seseorang di dalam sana.
“Bahkan kamu belum puas, padahal kita sudah melakukannya berulang kali di apartemen, sampai lututku saja rasanya masih lemas.”Meiva mengenakan long dress hitam rambut di kuncir satu di belakang ingin menemui Alden, untuk meminta bantuan pada pacarnya perihal masalah pembatalan secara sepihak oleh salah satu produser DTP TV.Tetapi, langkahnya berhenti saat mendengar suara Alden sedang bicara mesra dengan seorang perempuan.
Meiva berdiri di depan pintu kaca acid low iron glass. Sepertinya ia sama sekali tidak asing dengan suara itu. Walau penasaran tetapi ia tetap menahan kakinya untuk berdiri tagak di posisinya sambil mencengkram handle pintu, mendengarkan mereka bicara. “Kurasa tidak ada salahnya kalau aku diberi kesempatan untuk membawakan acara malam ini. Aku sendiri yang minta pada Pak Dante untuk menggantikan posisi Meiva,” ucap perempuan itu bangga. Meiva mengepal kuat, jadi ternyata orang yang menyebabkan dibatalkan dirinya adalah Ellen? Ia menarik napas dari dalam dadanya yang sesak, masih berusaha untuk tidak masuk ke dalam. 'Brengsek kalian!' Meiva sudah berusaha tampil memukau malam ini. Setelah sekian lama tidak mendapat tawaran syuting kini mendapat kesempatan lagi untuk menjadi presenter di acara award yang diadakan malam ini. Tetapi, tiba-tiba pihak DTP TV membatalkan begitu saja karena gosip menyebarnya foto Meiva dengan salah satu pejabat, padahal pria itu sebatas fans yang hanya minta foto bersama dengannya saat Meiva mengantar Ellen ke Club malam. Bahkan Ellen ada di sana, sebagai pemotret. Namun, Ellen diam, seolah membenarkan opini publik kalau Meiva dan pejabat itu memiliki scandal. Baru saja pihak produser mengatakan kalau mereka lebih memilih Ellen. Bahkan disaat Meiva sudah datang penuh antusias. Mencoba menghubungi temannya tapi tidak bisa, ternyata dia ada di sini, bersama kekasihnya! “Kalau seandainya aku hamil, kamu jangan lepas tanggung jawab, kita sudah sangat sering melakukannya, bahkan tak tahu tempat, kamu ingat, saat kita liburan bersama Meiva, kita melakukannya dengan cepat ketika dia makan.” “Ellen, aku akan tanggung jawab. Kamu jangan khawatir,” ucap Alden. Saat mendengar pria itu menyebut satu nama dan menjelaskan semuanya, rasanya dada Meiva seperti ditekan batu hingga nyeri, napasnya sesak.'Jadi, Alden berselingkuh dengan Ellen?'
Ellen adalah teman baiknya, tidak mungkin salah orang, sebab suaranya sangat mirip. Ellen tahu kalau selama ini Alden adalah kekasih Meiva, bahkan dia adalah tempat menceritakan susah senangnya perjalan cinta mereka. Dulu waktu Meiva menjadi artis, Ellen kesulitan mendapat pekerjaan di Ledoria. Dia mengatakan, pada Meiva bersedia melakukan apa saja asal mendapatkan uang. Meiva saat itu yang merupakan artis pendatang baru mencoba mendaftarkan ke dalam manajemen yang sama dengannya. Memulai dari sana, Ellen mulai di kenal public hingga kariernya berangsur naik. Selain memiliki bakat akting, Ellen juga pandai memikat hati para pejabat tinggi di perindustrian film, hingga dia kerap mendapatkan pemeran utama. Berbeda dengan Meiva, yang tanpa dia ketahui penyebabnya mengapa semakin hari dia tidak memiliki job dan bahkan beberapa stasiun teve melakukan blacklist gara-gara skandal yang sama sekali tidak dia lakukan. “Lalu bagaimana dengan Meiva? Bukankah kalian berencana akan menikah?” "Hubungan kita akan tetap berjalan lancar. Menjalin hubungan dengannya terlalu membosankan, sikapnya terlalu polos dan kekanak-kanakan. Lagi pula, dulu aku hanya memanfaatkan ketenarannya saja untuk mendongkrak popularitas. Tapi sekarang kariernya sudah meredup, apa lagi yang bisa diandalkan?" Ellen tertawa terbahak-bahak mendengar Alden. "Menurutmu apa kita terlalu jahat sama dia?" "Orang jahat nggak pernah mengakui kejahatannya, tentu saja kita benar versi kita sendiri," ucap Alden. "Kamu nakal." Meiva tidak percaya kata-kata seperti itu keluar dari bibir Alden, pria yang selama ini bersikap lembut dan sayang padanya. Tangan Meiva mengepal kuat, kedua lututnya merasa lemas sambil ia menutup mulutnya. Terlebih lagi detik berikutnya suara tertawa manja dari bibir Ellen membuatnya muak. Mereka hanya memanfaatkannya saja. Tujuan Meiva datang ke mari untuk meminta bantuan. Untuk memberikan klarifikasi ke publik, kalau Meiva tidak seperti yang digosipkan. Namun, orang yang dia harapkan bisa menolong, ternyata adalah duri dalam dagingnya. “Badanmu semakin kenyal dan sedikit berisi, apa lagi area ini. semakin menantang.” “Mungkin karena efek kamu terus menekannya. Bahkan aku sekarang merasa selalu menginginkanmu, Alden.” BRAK! Meiva membuka pintu kasar hingga membuat dua insan yang sedang terbakar gejolak asmara itu melonjak kaget. Ellen ada di pangkuan Alden dengan posisi saling berhadapan. Secara bersamaan office boy masuk membawa secangkir kopi panas, tanpa berpikir panjang, Meiva mengambil cangkir putih yang mengepulkan asal di atasnya, dan langsung menyiramkan ke tubuh mereka hingga keduanya memekik kepanasan. “Nona.” Meiva tersentak dari lamunan, sayangnya kekerasan yang dia lakukan hanya dalam angan saja. Ia menarik napas, saat seorang office boy menyapanya, karena posisinya menghalangi jalan. Meiva menempelkan satu jarinya ke depan bibir, mencegah pria itu bicara lagi sambil menariknya menjauh, karena ia tidak ingin kalau Alden dan Ellen tahu, bahwa ia mengetahui hubungan busuk mereka. Ia akan melihat sampai mana mereka bersandiwara, sampai membuat Meiva membongkar kebohongan dan membuat mereka tak bisa berkutik. Dia tidak percaya apa yang baru saja terjadi. Alden, kekasihnya selama tiga tahun, dan Ellen, sahabatnya sejak SMA, ternyata telah berbohong dan mengkhianatinya. Bahkan saat Alden memerlukan uang untuk keperluan syuting, uang makan dan kontrakan, Meiva memberikan seluruh tabungannya untuk membantu. Meiva tidak tahu harus berbuat apa atau ke mana harus pergi. Yang dia tahu hanya satu: dia harus meninggalkan tempat itu. Karena berjalan buru-buru Meiva menabrak seorang perempuan berpakaian rapi dia produser dari salah satu rumah produksi. "Oh Meiva? Sudah cukup lama aku tidak melihatmu." Walau masih ingin menangis, Meiva berusaha tetap tersenyum. "Nyonya Claire, apa kabar?" "Aku terkejut, karena kamu tidak lagi pernah muncul di teve mana pun satu tahun terakhir ini." "Persaingan begitu ketat, aku nggak mampu bersaing dengan mereka, dan mungkin sebaiknya aku nggak perlu menjadi artis. Aku akan melamar pekerjaan di bidang lain, menjadi karyawan mungkin itu nggak terlalu buruk," ucap Meiva sambil menunduk ternyata selama ini dia cukup buruk. Nyonya Claire menyunggingkan bibirnya. "Kurasa bukan karena itu, mungkin kamu mematok harga terlalu tinggi, Meiva. Seandainya kamu menyamakan harga di dengan artis lainnya, mungkin kamu bisa bersaing.” Meiva langsung mengerjap. "Aku memasang harga sama seperti artis pada umumnya." Soal harga itu biasanya Emeli, manager, yang mengaturnya, tetapi sebelumnya mereka sudah melakukan kesepakatan hingga ditulis di kontrak kerja sama. Meskipun selama ini Meiva tidak pernah diperlihatkan kontrak oleh managernya. "Tidak, Meiv. Kamu memasang harga di atas rata-rata, yang lain sepuluh juta, kamu dua puluh juta," kekeuh Nyonya Claire. Meiva masih penasaran tentang harga yang disebutkan Nyonya Claire, ia akan mencari tahu setelah ini. "Mungkin terjadi kesalahpahaman. Tapi sudahlah, sekarang semua itu nggak penting karena aku sudah memutuskan untuk mencari pekerjaan lain.”Entah sudah berapa puluh kali, notifikasi chat dan panggilan dari nomor tidak dikenal masuk ke ponsel Meiva. Sengaja ia mengabaikan, sebab tahu mereka adalah orang-orang dari pihak perusahaan pinjaman online yang berusaha penagih utang. Dalam beberapa bulan terakhir ini karena tidak memiliki pekerjaan, Meiva memilih jalan instan dengan meminjam uang ke pinjaman online, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di kota ini yang begitu besar. Namun, pada saat tanggal jatuh tempo, ia belum memiliki uang. Pagi tadi, ia baru saja mendapat informasi, dari Luna, salah satu teman yang bekerja menjadi HRD di Royal Entertainment, tempat Meiva melamar pekerjaan. Dia meberitahu kalau Meiva bisa mulai bekerja besok. Jadi, mana mungkin dia akan mendapatkan gaji langsung. Meiva memilih mematikan ponselnya, kemudian melanjutkan perjalanan. Ia menyadari ada satu mobil berwarna hitam melaju kencang mengejar laju mobilnya. Meiva terus saja menghindar tapi terus saja diikuti ke mana pun
Meiva mengerjap bingung, sebab setelah kedatangan pria ini di rumah sakit, para staf rumah sakit seketika panik. Begitu juga dengan Dokter yang kini sedang menutup luka goresan di bahu pria itu. Lukanya sangat kecil, bahkan Meiva sering mengalami dulu waktu kecil. Tetapi, mereka semua kenapa terlihat begitu khawatir? Padahal pria itu sama sekali tidak mengucap sepatah kata pun. "Ada retakan di kaki Anda, Tuan Clovis. Untuk sementara Anda harus dirawat, untuk mencegah terjadinya infeksi," ucap Dokter setelah selesai memeriksa kondisinya. Meiva baru tahu kalau nama laki-laki itu adalah Clovis. Dia pun hanya diam di belakang kursi roda yang diduduki Clovis. Di sisi lain dia juga tidak menyangka kalau orang-orang dalam rumah sakit ini mengenalnya. "Hanya retak, ‘kan, Dokter? Jadi, tidak perlu operasi?" Meiva ingin memastikan kalau Clovis tidak mengalami luka serius. Karena jika sampai pria ini perlu dioperasi, Meiva tidak tahu bagaimana membiayai biaya operasi dan rumah saki
"Ini adalah pesta yang digelar oleh pemilik majalah lifestyle ternama. Masuklah lebih dulu, sebut namaku saat orang-orang menanyakan mu." Clovis pergi menggunakan mobil, membiarkan Meiva masuk ke dalam tempat acara itu sendirian. Meiva sering mendengar pesta ini dari infotainment, meskipun ia menjadi aktris, Meiva tak pernah bisa memasuki pesta ini sejak dulu. Karena ia bukan dari kalangan sosialita. Namun kali ini, tiba-tiba Clovis membawanya ke acara mewah ini, kemudian meninggalkan sendirian sebab ada urusan yang harus diselesaikan mendadak. "Ternyata Clovis memang bukan orang sembarangan." Meiva melihat orang-orang di sekelilingnya, mereka memakai busana serba glamor dan mewah elegan, para artis pun hadir papan atas pun turut hadir. Mereka bicara dengan kelompoknya masing-masing. Meiva bingung sebab, tak ada yang mengenalnya. Dia hanya memainkan ponselnya sambil mengobati kejenuhannya, sambil berdiri di samping kolam sembari menunggu Clovis datang. "Meiva?" Meiva menoleh m
Tangan Clovis merengkuh erat di pinggang ramping Meiva, menarik perhatian mereka yang tadi bersikap arogan pada gadis itu. Terutama Raline, dia terkejut dengan kedatangan Clovis yang sebelumnya tidak disangka akan datang. “Perempuan tinggi yang sedang menatap kita paling tajam, dia adalah Raline—mantan istriku dan laki-laki angkuh itu adalah suaminya, Morgan.” Wajah Clovis begitu dekat dengan wajah Meiva, dia berbisik pelan hingga embusan napasnya terasa hangat menyapu permukaan kulit. Meiva mengangguk pelan, menarik helaian rambutnya ke belakang telinga. Gugup! Di tempat ini ada banyak aktris-aktris senior terkenal dan produser, Meiva tahu mereka, walau tidak ada yang mengenalnya. Ia sering berakting memainkan peran di dalam film, tapi akting kali ini benar-benar terasa menegangkan! “M-maafkan saya, Tuan Clovis, saya hanya menjalankan perintah.” Penjaga yang tadi kasar pada Meiva seketika tertunduk, tak berani menatap mereka berdua. Namun, Clovis memilih tidak menanggapi pr
Posisi Raline memang membelakangi Meiva dan Ellen, tapi ia bisa pastikan kalau pendengarannya lebih tajam di banding matanya. Bibir atas terangat tampak mencibir. Mendengar pembicaraan mereka tentu saja seperti angin segar baginya. Dia tidak begitu menyukai Meiva dari saat melihatnya pertama kali. Ditambah lagi, Clovis memperkenalkannya sebagai tunangan. Rasa tidak Sukanya semakin mengonfrontasi pikiran dan hatinya untuk mengetahui indentitas gadis itu lebih jauh. Ingin membuktikan, kalau dia benar-benar tidak lebih baik dibandingkan dengan dirinya. “Jadi kamu menjalin hubungan asmara dengan dua pria sekaligus?” Dengan bibir membentuk huruf ‘o’ Raline menunjukkan keterkejutannya. Menghampiri Meiva dan Ellen yang saling menatap menyimpan amarah masing-masing di matanya. “Meiv, aku pikir apa yang dikatakan Olive tadi hanya isapan jempol semata, tapi setelah apa yang baru saja aku dengar, kamu membuatku hampir tidak percaya. Apa Clovis mengetahui yang kamu lakukan?” Tatapan Mei
Posisi Raline memang membelakangi Meiva dan Ellen, tapi ia bisa pastikan kalau pendengarannya lebih tajam di banding matanya. Bibir atas terangat tampak mencibir. Mendengar pembicaraan mereka tentu saja seperti angin segar baginya. Dia tidak begitu menyukai Meiva dari saat melihatnya pertama kali. Ditambah lagi, Clovis memperkenalkannya sebagai tunangan. Rasa tidak Sukanya semakin mengonfrontasi pikiran dan hatinya untuk mengetahui indentitas gadis itu lebih jauh. Ingin membuktikan, kalau dia benar-benar tidak lebih baik dibandingkan dengan dirinya. “Jadi kamu menjalin hubungan asmara dengan dua pria sekaligus?” Dengan bibir membentuk huruf ‘o’ Raline menunjukkan keterkejutannya. Menghampiri Meiva dan Ellen yang saling menatap menyimpan amarah masing-masing di matanya. “Meiv, aku pikir apa yang dikatakan Olive tadi hanya isapan jempol semata, tapi setelah apa yang baru saja aku dengar, kamu membuatku hampir tidak percaya. Apa Clovis mengetahui yang kamu lakukan?” Tatapan Mei
Tangan Clovis merengkuh erat di pinggang ramping Meiva, menarik perhatian mereka yang tadi bersikap arogan pada gadis itu. Terutama Raline, dia terkejut dengan kedatangan Clovis yang sebelumnya tidak disangka akan datang. “Perempuan tinggi yang sedang menatap kita paling tajam, dia adalah Raline—mantan istriku dan laki-laki angkuh itu adalah suaminya, Morgan.” Wajah Clovis begitu dekat dengan wajah Meiva, dia berbisik pelan hingga embusan napasnya terasa hangat menyapu permukaan kulit. Meiva mengangguk pelan, menarik helaian rambutnya ke belakang telinga. Gugup! Di tempat ini ada banyak aktris-aktris senior terkenal dan produser, Meiva tahu mereka, walau tidak ada yang mengenalnya. Ia sering berakting memainkan peran di dalam film, tapi akting kali ini benar-benar terasa menegangkan! “M-maafkan saya, Tuan Clovis, saya hanya menjalankan perintah.” Penjaga yang tadi kasar pada Meiva seketika tertunduk, tak berani menatap mereka berdua. Namun, Clovis memilih tidak menanggapi pr
"Ini adalah pesta yang digelar oleh pemilik majalah lifestyle ternama. Masuklah lebih dulu, sebut namaku saat orang-orang menanyakan mu." Clovis pergi menggunakan mobil, membiarkan Meiva masuk ke dalam tempat acara itu sendirian. Meiva sering mendengar pesta ini dari infotainment, meskipun ia menjadi aktris, Meiva tak pernah bisa memasuki pesta ini sejak dulu. Karena ia bukan dari kalangan sosialita. Namun kali ini, tiba-tiba Clovis membawanya ke acara mewah ini, kemudian meninggalkan sendirian sebab ada urusan yang harus diselesaikan mendadak. "Ternyata Clovis memang bukan orang sembarangan." Meiva melihat orang-orang di sekelilingnya, mereka memakai busana serba glamor dan mewah elegan, para artis pun hadir papan atas pun turut hadir. Mereka bicara dengan kelompoknya masing-masing. Meiva bingung sebab, tak ada yang mengenalnya. Dia hanya memainkan ponselnya sambil mengobati kejenuhannya, sambil berdiri di samping kolam sembari menunggu Clovis datang. "Meiva?" Meiva menoleh m
Meiva mengerjap bingung, sebab setelah kedatangan pria ini di rumah sakit, para staf rumah sakit seketika panik. Begitu juga dengan Dokter yang kini sedang menutup luka goresan di bahu pria itu. Lukanya sangat kecil, bahkan Meiva sering mengalami dulu waktu kecil. Tetapi, mereka semua kenapa terlihat begitu khawatir? Padahal pria itu sama sekali tidak mengucap sepatah kata pun. "Ada retakan di kaki Anda, Tuan Clovis. Untuk sementara Anda harus dirawat, untuk mencegah terjadinya infeksi," ucap Dokter setelah selesai memeriksa kondisinya. Meiva baru tahu kalau nama laki-laki itu adalah Clovis. Dia pun hanya diam di belakang kursi roda yang diduduki Clovis. Di sisi lain dia juga tidak menyangka kalau orang-orang dalam rumah sakit ini mengenalnya. "Hanya retak, ‘kan, Dokter? Jadi, tidak perlu operasi?" Meiva ingin memastikan kalau Clovis tidak mengalami luka serius. Karena jika sampai pria ini perlu dioperasi, Meiva tidak tahu bagaimana membiayai biaya operasi dan rumah saki
Entah sudah berapa puluh kali, notifikasi chat dan panggilan dari nomor tidak dikenal masuk ke ponsel Meiva. Sengaja ia mengabaikan, sebab tahu mereka adalah orang-orang dari pihak perusahaan pinjaman online yang berusaha penagih utang. Dalam beberapa bulan terakhir ini karena tidak memiliki pekerjaan, Meiva memilih jalan instan dengan meminjam uang ke pinjaman online, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di kota ini yang begitu besar. Namun, pada saat tanggal jatuh tempo, ia belum memiliki uang. Pagi tadi, ia baru saja mendapat informasi, dari Luna, salah satu teman yang bekerja menjadi HRD di Royal Entertainment, tempat Meiva melamar pekerjaan. Dia meberitahu kalau Meiva bisa mulai bekerja besok. Jadi, mana mungkin dia akan mendapatkan gaji langsung. Meiva memilih mematikan ponselnya, kemudian melanjutkan perjalanan. Ia menyadari ada satu mobil berwarna hitam melaju kencang mengejar laju mobilnya. Meiva terus saja menghindar tapi terus saja diikuti ke mana pun
"Kamu sangat menggairahkan, aku nggak akan puas walau terus melakukan denganmu. Setelah acara selesai, bagaimana kalau kita melakukannya lagi di hotel dekat sini? Lagi pula, Meiva nggak hadir kan malam ini? Aku dengar dia dicancel digantikan denganmu?" Suara Alden sangat jelas, sedang menggoda seseorang di dalam sana. “Bahkan kamu belum puas, padahal kita sudah melakukannya berulang kali di apartemen, sampai lututku saja rasanya masih lemas.”Meiva mengenakan long dress hitam rambut di kuncir satu di belakang ingin menemui Alden, untuk meminta bantuan pada pacarnya perihal masalah pembatalan secara sepihak oleh salah satu produser DTP TV.Tetapi, langkahnya berhenti saat mendengar suara Alden sedang bicara mesra dengan seorang perempuan. Meiva berdiri di depan pintu kaca acid low iron glass. Sepertinya ia sama sekali tidak asing dengan suara itu. Walau penasaran tetapi ia tetap menahan kakinya untuk berdiri tagak di posisinya sambil mencengkram handle pintu, mendengarkan mereka b