Share

Bab 3

Author: Samar
last update Last Updated: 2025-02-03 16:40:29

Meiva mengerjap bingung, sebab setelah kedatangan pria ini di rumah sakit, para staf rumah sakit seketika panik.

Begitu juga dengan Dokter yang kini sedang menutup luka goresan di bahu pria itu. Lukanya sangat kecil, bahkan Meiva sering mengalami dulu waktu kecil.

Tetapi, mereka semua kenapa terlihat begitu khawatir? Padahal pria itu sama sekali tidak mengucap sepatah kata pun.

"Ada retakan di kaki Anda, Tuan Clovis. Untuk sementara Anda harus dirawat, untuk mencegah terjadinya infeksi," ucap Dokter setelah selesai memeriksa kondisinya.

Meiva baru tahu kalau nama laki-laki itu adalah Clovis. Dia pun hanya diam di belakang kursi roda yang diduduki Clovis. Di sisi lain dia juga tidak menyangka kalau orang-orang dalam rumah sakit ini mengenalnya.

"Hanya retak, ‘kan, Dokter? Jadi, tidak perlu operasi?" Meiva ingin memastikan kalau Clovis tidak mengalami luka serius. Karena jika sampai pria ini perlu dioperasi, Meiva tidak tahu bagaimana membiayai biaya operasi dan rumah sakitnya.

Pria itu harus dirawat saja, Meiva tidak tahu bagaimana akan membayar biaya administrasinya.

Dokter itu mengangguk.

“Siapkan kamarku,” ucap Clovis sambil melirik Meiva dingin. Membuat Meiva semakin merasa bersalah.

"Kami akan memindahkan pasien yang ada di kamar VVIP untuk Anda tempati, Tuan Clovis." Seorang kepala perawat bergegas pergi buru-buru setelah berucap.

Meiva menganga tak percaya, wajahnya mendadak menjadi pucat. "Tuan, bagaimana kalau cari kamar yang nomor dua saja?"

Clovis bergeming, dia duduk, rahang tegas dan sorot mata yang tajam membuat Meiva seketika menunduk.

'Bagaimana ini? Aku harus bayar biaya rumah sakit dari mana?' Walau gelisah, Meiva tetap memaksa kedua sudut bibirnya tersenyum saat Clovis menatapnya.

Meiva duduk di sofa dengan tatapan kosong setelah Clovis sudah menempati kamar VVIP. Ia terus saja meremas jari-jarinya, gelisah.

Pada saat ia di luar tadi, mendengar kepala rumah sakit yang sedang bercakap dengan bawahannya, kalau Clovis adalah CEO Rilex Grub, perusahaan yang bergerak entertainment, retail dan beberapa bidang lainnya.

Saat ini juga, Meiva menyadari ia ada dalam masalah besar. Sebab berurusan dengan orang yang memiliki kekuasaan di kota Ledoria.

Clovis meliriknya dengan dingin, tatapan laki-laki itu seolah-olah ingin menertawakan kemalangan yang dialami Meiva hari ini.

Tangan kekar pria itu terulur menekan remot, televisi layar datar yang menempel di dinding menyala menghidupkan suasana yang sebelumnya mencekam.

Tayangan di channel DPT TV, acara penghargaaan disiarkan secara langsung menarik perhatian Meiva.

Di acara penghargaan itu, terlihat Alden berjalan dengan senyum mengembang di atas panggung, menerima piala berwarna silver.

"Terima kasih tak terhingga kuucapkan pada orang-orang terkasih, yang selama ini selalu mendukung karirku hingga berada di posisi sekarang. Terutama managerku dan temanku Ellen. Dia yang selalu sabar mendampingiku."

Tepuk tangan bergemuruh, dibarengi Alden yang mengangkat piala penghargaan sebagai aktor pendatang baru terkeren.

Wajahnya sangat bangga dan manisnya pria itu mengucapkan kata-kata terima kasih pada orang-orang yang membantunya, tetapi nama Meiva sama sekali tidak disebut di sana.

'Padahal aku adalah orang yang paling berkorban selama ini.' Tangan Meiva di atas sofa mengepal, dadanya terasa sakit ditambah lagi melihat Ellen yang sedang tersenyum sambil bertepuk tangan.

Clovis memperhatikan Meiva dari posisinya. "Kenapa kamu tidak menghadiri acara penghargaan itu?”

Meiva langsung menoleh mendengar pertanyaan itu. Meiva tertegun, pria itu mengenali dirinya. “Tidak. Aku bukan bagian dari mereka lagi.” Meiva menggeleng terkekeh.

"Aku tidak cukup baik untuk berada di sana," imbuhnya lirih, entah Clovis mendengarnya atau tidak.

Clovis diam-diam memperhatikannya, tetapi detik kemudian pria itu memilih mematikan saluran televisi hingga menciptakan kesunyian dalam ruangan. Lalu, pria itu memejamkan matanya.

Melihat Clovis tidak bergerak dan bernapas begitu tenang. Meiva menaik turunkan telapak tangan di depan wajahnya.

Setelah memastikan lelaki itu tidur, ia keluar dari ruangan.

Namun, saat baru saja akan memutar badan, tiba-tiba pergelangan tangannya ditahan oleh tangan kekar Clovis.

“Kamu harus tetap berada di sini.” Clovis berkata dengan mata yang masih terpejam, tetapi tangannya tetap menahan tangan Meiva. “Tanggungjawabmu belum selesai.”

"Aku akan mengganti rugi, tapi bukan sekarang. Jujur, aku tidak punya uang dan, Tuan, tahu sendiri bukan, mobilku bahkan diambil gara-gara tidak bayar angsuran. Utangku juga di mana-mana.” Meiva menghitungnya dengan jari-jarinya menunjukkan pada Clovis yang kini telah menatapnya. “Sepuluh. Sepuluh platform pinjaman online, bayangkan, Tuan,” ulangnya mempertegas.

Namun, Clovis sama sekali tidak menunjukkan rasa simpatinya. Justru seperti tidak mempedulikan ucapan Meiva.

“Aku tidak akan menuntut ganti rugi, dan sebaliknya aku akan melunasi utang-utangmu.” Suara Clovis terdengar dingin, tetapi begitu menarik perhatian Meiva hingga ia ingin pria itu mengucapkan sekali lagi untuk memastikan bahwa ucapan pria itu tidak bercanda.

“Aku tahu siapa kamu. Maka itu aku ingin memberimu kesempatan, untuk memainkan sebuah peran. Tapi ini sangat rahasia."

Mendengar kata 'rahasia' seketika pikiran Meiva bekerja. 'Pasti yang dia maksud menjadi pemeran pemain film dewasa.' Meiva bergidik ngeri kemudian menggeleng.

"Aku sudah memutuskan berhenti dan tidak akan kembali. Lagi pula, aku sudah dapat pekerjaan baru. Mungkin itu lebih baik dari pada menjadi aktris."

'Dia baru saja mengenalku, tentu saja pasti menawarkan hal itu bukan cuma-cuma.' Meiva kembali membatin.

“Oke.” Ekspresi yang ditunjukkan Clovis sangat tidak bisa ditebak.

Ketegangan seketika merayapi ruangan. Mendadak Meiva merasakan udara yang tidak nyaman.

“Kalau kamu menerima, aku tidak akan mengingkari janjiku. Tapi, kalau kamu menolak, aku akan tetap meminta pertanggungjawabanmu.”

Meiva langsung panik. Dia ada dalam dilema besar!

'Bagaimana ini?'

Ia berdehem mengatur napasnya, supaya terlihat tenang walau perasaannya sangat was-was.

"B-baik. Aku akan terima, tapi sebelumnya mau memastikan, kalau kamu tidak sedang berniat menjadikanku pemain film dewasa, ‘kan?" tanya Meiva.

Clovis melirik penampilan Meiva dari atas sampai bawah, sampai Meiva merasa malu sendiri, lalu mengubah posisinya sedikit miring.

"Tingkat percaya dirimu cukup tinggi. Apa kamu pikir perempuan sepertimu akan masuk kriteria untuk jadi pemain film dewasa?" Clovis menyeringai membuat wajah Meiva memerah.

Seketika Meiva mengingat perkataan Alden, “Tubuhmu terlalu kurus, apa kamu tidak ada niat operasi, supaya sedikit menonjol di bagian dada?"

Memang Meiva tidak memiliki bentuk badan yang padat seperti Ellen. Tetapi, dia bisa memastikan apa yang ada di dirinya semua asli.

"Jadi, apa keputusanmu?” Suara Clovis membuyarkan lamunan Meiva.

Perempuan itu menarik napas panjang sekali lagi kemudian berkata, "Baik. Aku setuju."

“Besok malam bersiaplah, kita akan pergi ke pesta. Di sana kamu akan memainkan peranmu.”

Meiva hanya mengangguk terpaksa. Setidaknya setelah ini dia akan terbebas dari hutang-hutang yang telah menjeratnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    Bab 4

    "Ini adalah pesta yang digelar oleh pemilik majalah lifestyle ternama. Masuklah lebih dulu, sebut namaku saat orang-orang menanyakan mu." Clovis pergi menggunakan mobil, membiarkan Meiva masuk ke dalam tempat acara itu sendirian. Meiva sering mendengar pesta ini dari infotainment, meskipun ia menjadi aktris, Meiva tak pernah bisa memasuki pesta ini sejak dulu. Karena ia bukan dari kalangan sosialita. Namun kali ini, tiba-tiba Clovis membawanya ke acara mewah ini, kemudian meninggalkan sendirian sebab ada urusan yang harus diselesaikan mendadak. "Ternyata Clovis memang bukan orang sembarangan." Meiva melihat orang-orang di sekelilingnya, mereka memakai busana serba glamor dan mewah elegan, para artis pun hadir papan atas pun turut hadir. Mereka bicara dengan kelompoknya masing-masing. Meiva bingung sebab, tak ada yang mengenalnya. Dia hanya memainkan ponselnya sambil mengobati kejenuhannya, sambil berdiri di samping kolam sembari menunggu Clovis datang. "Meiva?" Meiva menoleh m

    Last Updated : 2025-02-03
  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    Bab 5

    Tangan Clovis merengkuh erat di pinggang ramping Meiva, menarik perhatian mereka yang tadi bersikap arogan pada gadis itu. Terutama Raline, dia terkejut dengan kedatangan Clovis yang sebelumnya tidak disangka akan datang. “Perempuan tinggi yang sedang menatap kita paling tajam, dia adalah Raline—mantan istriku dan laki-laki angkuh itu adalah suaminya, Morgan.” Wajah Clovis begitu dekat dengan wajah Meiva, dia berbisik pelan hingga embusan napasnya terasa hangat menyapu permukaan kulit. Meiva mengangguk pelan, menarik helaian rambutnya ke belakang telinga. Gugup! Di tempat ini ada banyak aktris-aktris senior terkenal dan produser, Meiva tahu mereka, walau tidak ada yang mengenalnya. Ia sering berakting memainkan peran di dalam film, tapi akting kali ini benar-benar terasa menegangkan! “M-maafkan saya, Tuan Clovis, saya hanya menjalankan perintah.” Penjaga yang tadi kasar pada Meiva seketika tertunduk, tak berani menatap mereka berdua. Namun, Clovis memilih tidak menanggapi pr

    Last Updated : 2025-02-03
  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    Bab 6

    Posisi Raline memang membelakangi Meiva dan Ellen, tapi ia bisa pastikan kalau pendengarannya lebih tajam di banding matanya. Bibir atas terangat tampak mencibir. Mendengar pembicaraan mereka tentu saja seperti angin segar baginya. Dia tidak begitu menyukai Meiva dari saat melihatnya pertama kali. Ditambah lagi, Clovis memperkenalkannya sebagai tunangan. Rasa tidak Sukanya semakin mengonfrontasi pikiran dan hatinya untuk mengetahui indentitas gadis itu lebih jauh. Ingin membuktikan, kalau dia benar-benar tidak lebih baik dibandingkan dengan dirinya. “Jadi kamu menjalin hubungan asmara dengan dua pria sekaligus?” Dengan bibir membentuk huruf ‘o’ Raline menunjukkan keterkejutannya. Menghampiri Meiva dan Ellen yang saling menatap menyimpan amarah masing-masing di matanya. “Meiv, aku pikir apa yang dikatakan Olive tadi hanya isapan jempol semata, tapi setelah apa yang baru saja aku dengar, kamu membuatku hampir tidak percaya. Apa Clovis mengetahui yang kamu lakukan?” Tatapan Mei

    Last Updated : 2025-03-18
  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    Bab 7

    Tangan Alden meraih lengan Meiva, tubuhnya berdiri tepat di depan pintu hingga menghalangi langkahnya yang akan menekan tombol akses masuk.Menyadari laki-laki itu ada di hadapannya seketika Meiva memutar bola matanya menghindari interaksi antara keduanya. “Aku butuh penjelasan darimu, kamu tidak bisa menghindar begitu saja, Meiv!” Mendengar suara Alden yang meninggi membuat emosi Meiva ikut naik. Dengan tatapan tajam ia menaikkan dagunya seraya berkata, “Tidak perlu berteriak, pendengaranku masih berfungsi sangat baik.” Melangkah maju menabrak lengan Alden hingga membuatnya sedikit memiringkan tubuhnya memberi ruang untuk Meiva membuka pintu lalu segera menutupnya kembali. Namun, belum sempat pintu berwarna hitam itu tertutup, tangan Alden lebih dulu mencengkeram pinggirannya sambil mendesak masuk. Dengan sorot mata marah dia menatap Meiva yang sama sekali tidak berniat bicara dengannya. “Sejak kapan kamu berselingkuh? Apa karena itu, sampai membuatmu mengganti password masuk

    Last Updated : 2025-03-19
  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    Bab 8

    “Putar balik mobilnya.” Miguel yang sebelumnya fokus menyetir kini mengerutkan kening, setelah mendengar perintah dari Clovis. "Maksud Anda, kita kembali lagi ke apartemen Meiva, Tuan?" tanya Miguel. Wajah Clovis begitu tenang, punggungnya bersandar ke kursi, jemarinya menyangga pelipis sambil memejamkan mata. Tanpa atasannya menjawab apa pun, Miguel, membaca situasi tak berani lagi bertanya. "Baik Tuan." Padahal, sekitar lima ratus meter lagi dari posisi, mereka akan sampai ke rumah Clovis. Tanpa ingin membantah, laki-laki itu lantas memutar mobil di persimpangan jalan depan.Matanya melirik ke spion tengah, Clovis sedang memegang ponsel milik Meiva yang tertinggal, awalnya Clovis membiarkan saja menunggu si pemilik untuk mengambilnya sendiri. Namun setelah itu, entah apa yang membuatnya berubah pikiran. Tak ingin mengganggu suasana hati Clovis yang sedang cerah ia langsung melajukan mobil ke apartemen Meiva. .... Meiva menyeret kopernya berjalan cepat, kemudian berhenti saat

    Last Updated : 2025-03-21
  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    Bab 9

    Samar-samar indra pendengaran Meiva menangkap suara desingan vacuum cleaner, sontak saja ia menaikkan bantal ke atas kepala menurangi suara yang sudah mengganggu tidurnya. Meiva memejamkan mata tempat ini begitu nyaman dengan seprai dan bantal selembut sutra, hingga membuatnya tidak ingin bangun, tapi detik berikutnya matanya terbelalak lebar saat menyadari tempat nyaman yang dia rasakan terasa asing. “Oh tidak, aku di mana??” langsung melonjak kaget, mengedarkan pandangan ke kamar luas, gorden abu-abu menutupi jendela besar, ada rak kayu di dekat sofa yang berisi buku dan beberapa pajangan-pajangan mahal. Dengan keadaan rambut lurusnya masih tergerai, sedangkan di dahi ditempeli plaster penurun panas, kaki telanjang Meiva turun dari ranjang, ia menurunkan pandangan menatap penampilannya sendiri dari cermin besar yang ada di depannya. Pakaian kemeja putih kedodoran yang dikenakan berbeda dengan semalam. Sontak saja semakin membuatnya bingung lantas membuka pintu. “Non su

    Last Updated : 2025-03-22
  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    Bab 10

    Meiva mengerjap, bahkan menatap laki-laki itu beberapa saat. Kalau ia memanfaatkan Clovis, maka akan meraih kesuksesan dangan waktu sangat singkat. Namun, jika ia melakukan itu, apa bedanya dirinya dengan Ellen? Selama ini mereka sama-sama memiliki bakat berakting yang bagus. Hanya saja, Ellen lebih memilih jalur cepat. Meiva memilih menggeleng seraya berkata, "Tidak. Keputusanku sudah bulat. Mungkin suatu saat, tapi aku mau bukan atas bantuan siapa pun. Aku mau maju dengan hasil kerja kerasku sendiri." Clovis menyunggingkan bibir, sedikit tersinggung dengan penolakan Meiva, tapi itu masih dalam hal wajar. "Sayang sekali," ucapnya sambil beranjak dari sofa. "Clovis." CLovis yang sudah berjalan beberapa langkah berhenti saat di belakang sofa, memiringkan wajahnya menatap Meiva. Gadis itu terlihat canggung mendekatinya. "Mulai hari ini aku masuk kerja. Sekali lagi, terima kasih dan maaf, sudah banyak merepotkan dan menyusahkan mu. Setelah ini aku janji, tidak akan

    Last Updated : 2025-03-23
  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    Bab 11

    Meiva mulai bekerja hari ini, tidak ingin melewatkan kesempatan ini begitu saja. Ia melakukan dengan serius posisinya bagian dari tim kreatif. Sepertinya Meiva tidak bisa jauh-jauh dari industri media. Buktinya setelah Vacum menjadi aktris sekarang dia masih berperan di belakang layar, jadi bagian tim. Luna yang duduk di kursi sebelahnya sambil membuka sosial media terlihat sibuk. Bicara pada Meiva saat ditanya saja. Di jam makan siang seperti ini, mereka sedikit menganggur. Kecuali Meiva sebagai anak baru, sebab belum mengerti titik celah pekerjaannya. Dia masih sibuk menyiapkan naskan. "Oh astaga, gila, ini benar-benar gila!" Luna melototi layar ponselnya melihat berita mengejutkan. Meiva yang penasaran pun menoleh. "Apa ada berita mengejutkan?" tanyanya. "Kalian semua, harus lihat postingan Alden Gunadya!" Luna seorang yang sangat mengidolakan Alden. Seketika berdiri bahkan mengabaikan pertanyaan Meiva. suaranya menarik perhatian para perempuan yang ada di ruangan

    Last Updated : 2025-03-24

Latest chapter

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    BAB 28

    Mendadak jantung Meiva berdebar kencang saat masuk ke dalam ruangan luas yang dihuni beberapa orang di dalamnya. Tatapan mereka semua membuatnya seperti sedang ada di pengadilan sekarang, siap menghakiminya. Satu tangan Meiva menggenggam erat kertas yang dipegang, sedangkan satu lagi menyelipkan rambut ke belakang telinga sambil menelan ludah cekat. Apa lagi, saat melihat Produser yang sedang duduk menatapnya, entah kenapa sejak melihat orang itu saat pertama kali, ia merasa harapannya menjadi pemeran utama seolah terpatahkan. Meiva sangat tahu, siapa produser itu, dia adalah laki-laki yang sering menggunakan jabatannya untuk merayu para wanita dengan iming-iming akan menjadi aktris besar. Tentu saja, sengan imbalan yang Cuma-Cuma, melainkan wanita itu harus melayaninya. Begitu melihat Meiva Produser itu langsung menunjukkan tatapan tidak suka, memalingkan muka beberapa saat sebelum kemudian menatap lagi. “Meiva Sechan?” tanya casting director. Meiva mengangguk. “B

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    BAB 27

    Pihak Casting director telah membuka peluang casting secara besar-besaran. Artis-artis mulai dari yang pendatang baru maupun senior turut menghadiri. Tampaknya keinginan mereka untuk menjadi aktif besar sangatlah kuat sehingga tidak ingin melewatkan kesempatan ini. Mereka mengantre di depan ruangan casting. Satu persatu dipanggil masuk. Membuat Meiva pesimis antrean sangat banyak dan mereka sebagian besar adalah artis-artis yang tengah populer di tahun ini.“Aku tidak yakin aku akan diterima,” ucapannya. Emeli memperhatikan mereka yang sedang menghafal skrip. “Kita tidak tahu, mana yang beruntung di antara puluhan orang di sini. Yang penting kamu sudah berusaha, soal hasil mereka yang menentukan.” Tiga jam lamanya, mereka menunggu giliran. Tapi, belum juga dipanggil, ia mendesah pelan memegangi selembar kertas juga sebotol air mineral. Make up tipis, yang tadi dia kenakan sebelum pergi. Kini pun mulai luntur bercampur keringat. Hawa di sekitarnya terasa semakin panas, saat ia m

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    BAB 26

    Sebuah wawancara tengah berlangsung. Dengan wajah congkak Alden berdiri dengan satu tangan dimasukkan saku, di depan background acara gala premiere series yang akan diperani oleh beberapa artis dari Alva, agency nya. Di sana juga ada pengurus agency dan Ellen, tersenyum ramah menyapa kamera wartawan. "Apa rahasianya, sehingga sebagian besar aktor dan aktris dari Agency mu selalu menjadi pemeran utama?" tanya wartawan yang paling ujung. "Tidak banyak rahasia, aku selalu memberi mereka motivasi, dan membantu mereka untuk menguasai teknik-teknik penting dalam berperan, hingga akting mereka sangat bagus dan menjiwai," ucap Alden bangga. "Kamu dan Meiva Sechan sempat meng-upload video penamparan. Lalu, kalian menghapusnya secara bersamaan. Sebenarnya, apa yang terjadi?" tanya Wartawan perempuan yang memakai kacamata dengan frame tebal berwarna hitam. Alden dan Ellen sama-sama saling menatap. "Maaf, sebenarnya video itu hanya kesalahpahaman. Mungkin, karena perubahan situas

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    BAB 25

    Tatapan mata antara Clovis dan Meiva begitu lekat, membuat dahi Alden berkerut dalam. Dadanya terasa panas melihat Meiva bersama pria yang lebih memiliki segalanya dari pada dia. "Bagaimana bisa dia dekat dengan Clovis Mallory?" Alden terus menatap mereka berdua bahkan sampai tidak berkedip. Sebagai aktor papan atas, ia tahu betul siapa Clovis Mallory. Dia adalah salah satu pembisnis yang cukup berpengaruh pada perindustrian film. Siapa yang main dalam film garapan rumah produksinya, pasti memiliki peluang semakin terkenal. Melihatnya yang kini sedang bermesraan dengan Meiva, rasanya membuatnya hampir tidak percaya. Bahkan mereka terlihat bicara mesra. Alden berdecak mengalihkan pandangannya. Sedangkan di sisi Meiva. Meiva terlihat tersenyum canggung saat Clovis terus saja menatapnya. Tatapan yang biasa terlihat dingin, ini menjadi tatapan hangat seperti seorang pelindung baginya. "Kamu sedang apa di sini?" tanya Meiva untuk memecah kecanggungan. "Aku ke sini sengaja khusus

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    BAB 24

    “Gadis sepertimu lah, krirteria yang ku inginkan menjadi manantuku.” “Uhuk!” Minuman yang baru saja ditenggak Meiva, mendadak berhenti di kerongkongan, membuatnya tersedak hingga batuk-batuk. Apa yang baru saja dia dengar? “Hati-hati Lily, kenapa buru-buru sekali, akhirnya tersedak ‘Kan?” Nyonya Liona berdiri menghampiri Meiva, memberinya botol berisi air mineral. “Minumlah.” Meiva menarik napas dalam sambil mendongak, hingga sedikit merasakan lega di bagian dadanya. “Terima kasih, Nyonya,” ucapnya sambil tersenyum mengambil botol dari tangan Liona. “Sama-sama. Tenangkan dirimu dulu, baru setelah itu, mulai makan lagi.” Liona mulai memotong daging ikan salmon lagi. “Lily, apa kamu sudah punya pacar?” tanyanya saat situasi kembali tenang. Meiva menggeleng. “Saya baru saja putus beberapa waktu yang lalu, Nyonya.” “Tepat sekali!” Meiva menarik kedua sudut bibirnya untuk tersenyum terpaksa. Dia kurang paham dengan apa yang dibicarakan Liona. ‘Penyakitnya pa

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    BAB 23

    Clovis: “Apa kamu yakin, akan mulai masuk kerja hari ini?”Meiva: “Iya, aku harus tetap bekerja untuk menyambung hidup.” Satu notifikasi balasan lagi masuk ke dalam ponsel, Meiva hanya membaca dari atas layar tanpa membukannya. Justru memilih membereskan barang-barangnya, untuk pergi kerja. “Minum susunya.” Emeli membawa dua gelas susu, memberikan satu untuk Meiva, satu lagi untuk dia minum sendiri.“Meiv, apa kamu sudah ada uangnya? Sebenarnya aku tidak tega ingin menagih, tapi … kakakku harus operasi segera.” Emeli duduk di sofa sambil menyeruput susu hangat sambil memperhatikan Meiva. “Aku akan mengusahakan secepatnya, mengganti uangmu, Emeli.” “Meiv, kenapa kamu tidak meminta Alden untuk menjual apartemennya, di situ juga ada uangmu. Kamu bisa minta bagian dari hasil penjualannya, kan?” Meiva berpikir sejenak. Kemudian kedua bahunya terangkat seiring bibir yang tersungging. “Orang playing victim seperti Alden tidak akan ingat, siapa yang mencicil apartemen itu. Dia p

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    Bab 22

    Sebelumnya, Saat dokter melakukan pemeriksaan pada Meiva. Miguel datang menemui Clovis setelah kembali dari hotel. Tidak perlu menunggu lama, asisten Clovis itu dalam sekejap menemukan fakta-fakta mengenai pelayan di restoran. “Saya sudah memeriksa bagian CCTV dapur, memang benar, seorang pelayan memasukkan Vodka ke dalam gelas minuman yang kalian pesan,” ucap Miguel. Tatapan Clovis menyipit, menunjukkan kilatan kemarahan. Gara-gara pelayan itu, Clovis lah yang disangka Meiva melakukannya. “Saya langsung melaporkan pelayan itu pada pak Joseph, pemilik hotel tersebut. Yang langsung memberi perempuan itu sangsi pemecatan. Tapi, pelayan justru menolak, dia mengatakan kalau disuruh oleh seorang.” “Siapa?” tanya Clovis mengerutkan dahinya penasaran. “Salah satu aktris yang sedang naik daun, Ellen Mora. Tapi, sangat disayangkan keterangan pelayan itu tidak bisa dibenarkan, karena tidak ada bukti CCTV yang menangkap obrolan mereka sebelumnya.” Clovis lagi-lagi dibuat penasaran

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    Bab 21

    Meiva terbangun saat merasakan dadanya sesak, saat membuka mata ternyata Clovis mendekapnya erat, menganggapnya seperti guling.Menggunakan seluruh tenaganya, ia mendorong ke samping, hingga tubuh Clovis bergeser menjauh. “Dasar cowok mesum!” Meiva langsung duduk bersandar pada headboard di belakangnya sambil menyilangkan kedua tangannya ke depan dada. Begitu juga dengan Clovis, kesadarannya belum sepenuhnya normal, tapi tiba-tiba sudah mendapat tendangan dari gadis yang sudah ditolongnya itu. Ia berdecak memijat pelipisnya dengan tangan. Sambil meraih ponselnya untuk menghubungi Miguel, dijawab kemudian. “Bawakan pakaian kami ke hotel.” “Baik Tuan.” Clovis memutus sambungan telepon, sama-sama bersandar ke kepala ranjang, kini ia melirik ke samping, membuat Meiva semakin memeluk dirinya sendiri erat, takut jika Clovis berbuat kurang ajar. “Ternyata kamu sama saja seperti laki-laki pada umumnya, bahkan kamu lebih licik dari pada pria mata keranjang yang kutemui sebelumnya.” M

  • Pertemuan Pertama Membuat Presdir Terobsesi    Bab 20

    Meiva beranjak dari kursinya, tapi belum ada beberapa detik tubuh ramping yang memakai rok hitam panjang selutut dipadu dengan kemeja putih krem berbahan satin terduduk ke lantai. Ia tak kuat walau hanya membawa berat badannya sendiri. “Kenapa kakiku lemah sekali!” rutuknya pada diri sendiri sambil memukul betisnya. Clovis segera memeriksa minuman yang sebelumnya diminum oleh Meiva. Aromanya tercium sedikit menyengat dibanding mocktail pada umumnya. Sekatika dia dapat menduga, kalau pelayan tadi salah memberikan minuman. Ya, minuman ini adalah minuman beralkohol! Tidak ingin menjadi pusat perhatian, orang-orang di sekelilingnya. Tanpa pikir panjang Clovis membereskan ponsel Meiva, memasukkan ke dalam tas kemudian mengangkat tubuh Meiva melingkarkan tangan ke pinggang gadis itu, kemudian membawa pergi. “Brengsek,” lirih Meiva merancau dalam dekapan Clovis, matanya sama-samar terbuka. Ellen yang melihat keadaan Meiva, tersenyum puas. Mengeluarkan ponselnya kemudian mereka

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status