Entah sudah berapa puluh kali, notifikasi chat dan panggilan dari nomor tidak dikenal masuk ke ponsel Meiva.
Sengaja ia mengabaikan, sebab tahu mereka adalah orang-orang dari pihak perusahaan pinjaman online yang berusaha penagih utang. Dalam beberapa bulan terakhir ini karena tidak memiliki pekerjaan, Meiva memilih jalan instan dengan meminjam uang ke pinjaman online, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di kota ini yang begitu besar. Namun, pada saat tanggal jatuh tempo, ia belum memiliki uang. Pagi tadi, ia baru saja mendapat informasi, dari Luna, salah satu teman yang bekerja menjadi HRD di Royal Entertainment, tempat Meiva melamar pekerjaan. Dia meberitahu kalau Meiva bisa mulai bekerja besok. Jadi, mana mungkin dia akan mendapatkan gaji langsung. Meiva memilih mematikan ponselnya, kemudian melanjutkan perjalanan. Ia menyadari ada satu mobil berwarna hitam melaju kencang mengejar laju mobilnya. Meiva terus saja menghindar tapi terus saja diikuti ke mana pun berbelok. hingga membuatnya sulit mengendalikan diri di jalanan licin yang baru saja turun hujan. Meiva menginjak rem mendadak tidak sengaja menabrak orang yang sedang berjalan di pinggir. Untung mobil segera berhenti jadi tidak seberapa parah mengenai lelaki itu. Namun, itu cukup membuat jantung Meiva terpacu kencang. Ia berinisiatif untuk menolong. Namun secara bersamaan, gadis itu berdecih saat dua orang berpenampilan preman berdiri di samping pintu mobil sambil mengetuk kasar. “Turun, atau kami sakiti?” Mereka mengancam dengan nada membentak. Sorot matanya tajam mengintimidasi. Meiva terpojokkan, tidak mempunyai pilihan lain. Mau bergerak pun tak bisa, tak ada jalan lain, selain membuka pintu sambil memasukkan ponsel ke dalam tas. “Siapa kalian menyuruhku keluar? Kalian mau merampok?!” teriak Meiva, hatinya telah hancur, maka tidak ada yang dia takutkan sekarang. “Serahkan mobilmu! Karena kamu sudah telat membayar angsuran selama tiga bulan terakhir,” ucap pria seram berambut klimis. “Beri saya waktu, Pak, biar saya lunasi.” “Kami tidak mau terima alasan apa pun, tiga bulan bukan waktu yang sebentar. Maka terpaksa sekarang mobil harus kami sita.” Pria itu dengan kasar mendorong Meiva hingga menyingkir dari depan pintu mobil. Meiva sudah mencicil separuh dari harga mobil ini, maka dia tidak rela kalau harus kehilangan uang yang sudah dia kumpulkan mati-matian. “Cepat!” “Kumohon, jangan ambil mobilku.” Meiva ditarik minggir. Lalu dengan cepat pria bertubuh besar itu masuk mobil lalu membawanya pergi. Sungguh malang nasibnya kini! Meiva ditinggal di tengah jalan sendirian, dengan kondisi yang memprihatinkan. Apa lagi yang akan diambil lagi darinya sekarang? Semua sudah selesai, bahkan apartemen yang selama ini dia beli ternyata kepemilikannya atas nama Alden. Dan ia harus berpura-pura tidak mengetahui untuk tetap bisa tinggal di apartemen itu. “Ah!” Meiva langsung menoleh saat mendengar desahan kesakitan dari seseorang. Buru-buru menghampiri sambil ketakutan, melihat pria beralis tebal dan matanya menatap ke arahnya sayu, tapi ada kilatan kemarahan. “Sepertinya Tuan kesakitan, apa kamu mengalami luka? Aku minta maaf, karena sudah menabrak Tuan tadi.” Meiva memperhatikan tubuh pria itu dari atas sampai bawah, dia sama sekali tidak merespons dalam posisi duduk mendongak ke atas sambil memejamkan mata. ‘Kalau goresan semacam ini, setidaknya aku nggak perlu ganti rugi,’ batin Meiva melihat kondiri pria itu. Ada luka gores di siku kanannya, tidak parah. Membuat Meiva sedikit tenang. Tidak mempedulikan ucapan Meiva, pria itu memegang dadanya, sambil bernapas cepat. ‘Jangan-jangan dia terkena serangan jantung?’ Jika iya, pasti Meiva adalah orang pertama yang akan disalahkan. “Tuan, kamu baik-baik saja, ‘kan? “Sepertinya memang terkena serangan jantung, Anda mengeluarkan keringat dingin. Lebih baik pindah posisi yang lebih nyaman.” Menarik tubuh pria itu lalu menaikkan satu tangan ke pundaknya membawanya minggir di atas trotoar. Jalanan sangat sepi, sejak tadi tak ada satu pun mobil yang bisa dimintai tolong. Pria itu memejamkan mata sambil menekan dadanya terlihat kesakitan. “Bernapaslah pelan-pelan, Tuan, aku akan mencoba memberikan pertolongan padamu.” Meiva melepaskan kancing kemeja pria itu cepat, lalu menekan dada pria dengan kedua tangannya siap memompa. “Jangan menekan sebelah sana. Rasanya sangat sakit,” desah pria itu semakin parah, dia sangat kesakitan sesak napas. “Tuan, tolong bertahanlah. Aku akan memberi pertolongan padamu. Jadi, kumohon tetap bersamaku.” Meiva mengusap keringat yang mengalir di pelipisnya. Dalam kepanikan dia ingat, dulu pernah menguasai CPR, teknik pertolongan pertama pada kondisi henti jantung. “Pertolongan pertama henti jantung harus dilakukan sesegera mungkin.” Kurangnya suplai oksigen dapat menyebabkan kerusakan otak hingga kematian hanya dalam waktu delapan sampai sepuluh menit. Meiva menarik napas panjang, tidak mengira kalau nasibnya akan berakhir seperti ini. Ia mengangkat dagu pria itu, membuka mulutnya. Sekali lagi, Meiva memejamkan mata sambil menghela napas panjang. Bibirnya di atas mulut pria tampan itu. Ia menjepit hidungnya menggunakan tangan, dengan kesiapan yang matang, ia memberikan udara dengan cepat. Aroma mint menguar dari bibir mulut pria itu, hingga membuat Meiva terdiam beberapa saat. Secara bersamaan pria itu membuka mata, sontak membuat dada Meiva berdebar kencang. Kedua mata mereka saling bertemu. Tatapan pria itu begitu tegas dan karismatik, hingga membuat Meiva menunduk menyembunyikan pipinya yang merona setelah mengakhiri pertolongannya. Ia mendadak canggung. "Tuan, baru saja aku--" Setelah kesadaran pria itu berangsur-angsur mulai penuh, pria itu menempelkan jari telunjuk ke bibir Meiva dengan perlahan. “Kamu tetap … harus bertanggung jawab.” “Tanggung jawab? Aku sudah bertanggung jawab menolong dengan memberi napas buatan. Tanggung jawab apa lagi maksud Tuan?” "Kita harus ke rumah sakit, untuk memastikan kalau tidak ada luka yang serius." Pria itu mencengkram pergelangan tangan Meiva lalu menghubungi seseorang dari ponselnya, tak lama berselang mobil berwarna hitam datang, langsung membawa Meiva pergi dari lokasi kejadian.Meiva mengerjap bingung, sebab setelah kedatangan pria ini di rumah sakit, para staf rumah sakit seketika panik. Begitu juga dengan Dokter yang kini sedang menutup luka goresan di bahu pria itu. Lukanya sangat kecil, bahkan Meiva sering mengalami dulu waktu kecil. Tetapi, mereka semua kenapa terlihat begitu khawatir? Padahal pria itu sama sekali tidak mengucap sepatah kata pun. "Ada retakan di kaki Anda, Tuan Clovis. Untuk sementara Anda harus dirawat, untuk mencegah terjadinya infeksi," ucap Dokter setelah selesai memeriksa kondisinya. Meiva baru tahu kalau nama laki-laki itu adalah Clovis. Dia pun hanya diam di belakang kursi roda yang diduduki Clovis. Di sisi lain dia juga tidak menyangka kalau orang-orang dalam rumah sakit ini mengenalnya. "Hanya retak, ‘kan, Dokter? Jadi, tidak perlu operasi?" Meiva ingin memastikan kalau Clovis tidak mengalami luka serius. Karena jika sampai pria ini perlu dioperasi, Meiva tidak tahu bagaimana membiayai biaya operasi dan rumah saki
"Ini adalah pesta yang digelar oleh pemilik majalah lifestyle ternama. Masuklah lebih dulu, sebut namaku saat orang-orang menanyakan mu." Clovis pergi menggunakan mobil, membiarkan Meiva masuk ke dalam tempat acara itu sendirian. Meiva sering mendengar pesta ini dari infotainment, meskipun ia menjadi aktris, Meiva tak pernah bisa memasuki pesta ini sejak dulu. Karena ia bukan dari kalangan sosialita. Namun kali ini, tiba-tiba Clovis membawanya ke acara mewah ini, kemudian meninggalkan sendirian sebab ada urusan yang harus diselesaikan mendadak. "Ternyata Clovis memang bukan orang sembarangan." Meiva melihat orang-orang di sekelilingnya, mereka memakai busana serba glamor dan mewah elegan, para artis pun hadir papan atas pun turut hadir. Mereka bicara dengan kelompoknya masing-masing. Meiva bingung sebab, tak ada yang mengenalnya. Dia hanya memainkan ponselnya sambil mengobati kejenuhannya, sambil berdiri di samping kolam sembari menunggu Clovis datang. "Meiva?" Meiva menoleh m
Tangan Clovis merengkuh erat di pinggang ramping Meiva, menarik perhatian mereka yang tadi bersikap arogan pada gadis itu. Terutama Raline, dia terkejut dengan kedatangan Clovis yang sebelumnya tidak disangka akan datang. “Perempuan tinggi yang sedang menatap kita paling tajam, dia adalah Raline—mantan istriku dan laki-laki angkuh itu adalah suaminya, Morgan.” Wajah Clovis begitu dekat dengan wajah Meiva, dia berbisik pelan hingga embusan napasnya terasa hangat menyapu permukaan kulit. Meiva mengangguk pelan, menarik helaian rambutnya ke belakang telinga. Gugup! Di tempat ini ada banyak aktris-aktris senior terkenal dan produser, Meiva tahu mereka, walau tidak ada yang mengenalnya. Ia sering berakting memainkan peran di dalam film, tapi akting kali ini benar-benar terasa menegangkan! “M-maafkan saya, Tuan Clovis, saya hanya menjalankan perintah.” Penjaga yang tadi kasar pada Meiva seketika tertunduk, tak berani menatap mereka berdua. Namun, Clovis memilih tidak menanggapi pr
Posisi Raline memang membelakangi Meiva dan Ellen, tapi ia bisa pastikan kalau pendengarannya lebih tajam di banding matanya. Bibir atas terangat tampak mencibir. Mendengar pembicaraan mereka tentu saja seperti angin segar baginya. Dia tidak begitu menyukai Meiva dari saat melihatnya pertama kali. Ditambah lagi, Clovis memperkenalkannya sebagai tunangan. Rasa tidak Sukanya semakin mengonfrontasi pikiran dan hatinya untuk mengetahui indentitas gadis itu lebih jauh. Ingin membuktikan, kalau dia benar-benar tidak lebih baik dibandingkan dengan dirinya. “Jadi kamu menjalin hubungan asmara dengan dua pria sekaligus?” Dengan bibir membentuk huruf ‘o’ Raline menunjukkan keterkejutannya. Menghampiri Meiva dan Ellen yang saling menatap menyimpan amarah masing-masing di matanya. “Meiv, aku pikir apa yang dikatakan Olive tadi hanya isapan jempol semata, tapi setelah apa yang baru saja aku dengar, kamu membuatku hampir tidak percaya. Apa Clovis mengetahui yang kamu lakukan?” Tatapan Mei
"Kamu sangat menggairahkan, aku nggak akan puas walau terus melakukan denganmu. Setelah acara selesai, bagaimana kalau kita melakukannya lagi di hotel dekat sini? Lagi pula, Meiva nggak hadir kan malam ini? Aku dengar dia dicancel digantikan denganmu?" Suara Alden sangat jelas, sedang menggoda seseorang di dalam sana. “Bahkan kamu belum puas, padahal kita sudah melakukannya berulang kali di apartemen, sampai lututku saja rasanya masih lemas.”Meiva mengenakan long dress hitam rambut di kuncir satu di belakang ingin menemui Alden, untuk meminta bantuan pada pacarnya perihal masalah pembatalan secara sepihak oleh salah satu produser DTP TV.Tetapi, langkahnya berhenti saat mendengar suara Alden sedang bicara mesra dengan seorang perempuan. Meiva berdiri di depan pintu kaca acid low iron glass. Sepertinya ia sama sekali tidak asing dengan suara itu. Walau penasaran tetapi ia tetap menahan kakinya untuk berdiri tagak di posisinya sambil mencengkram handle pintu, mendengarkan mereka b
Posisi Raline memang membelakangi Meiva dan Ellen, tapi ia bisa pastikan kalau pendengarannya lebih tajam di banding matanya. Bibir atas terangat tampak mencibir. Mendengar pembicaraan mereka tentu saja seperti angin segar baginya. Dia tidak begitu menyukai Meiva dari saat melihatnya pertama kali. Ditambah lagi, Clovis memperkenalkannya sebagai tunangan. Rasa tidak Sukanya semakin mengonfrontasi pikiran dan hatinya untuk mengetahui indentitas gadis itu lebih jauh. Ingin membuktikan, kalau dia benar-benar tidak lebih baik dibandingkan dengan dirinya. “Jadi kamu menjalin hubungan asmara dengan dua pria sekaligus?” Dengan bibir membentuk huruf ‘o’ Raline menunjukkan keterkejutannya. Menghampiri Meiva dan Ellen yang saling menatap menyimpan amarah masing-masing di matanya. “Meiv, aku pikir apa yang dikatakan Olive tadi hanya isapan jempol semata, tapi setelah apa yang baru saja aku dengar, kamu membuatku hampir tidak percaya. Apa Clovis mengetahui yang kamu lakukan?” Tatapan Mei
Tangan Clovis merengkuh erat di pinggang ramping Meiva, menarik perhatian mereka yang tadi bersikap arogan pada gadis itu. Terutama Raline, dia terkejut dengan kedatangan Clovis yang sebelumnya tidak disangka akan datang. “Perempuan tinggi yang sedang menatap kita paling tajam, dia adalah Raline—mantan istriku dan laki-laki angkuh itu adalah suaminya, Morgan.” Wajah Clovis begitu dekat dengan wajah Meiva, dia berbisik pelan hingga embusan napasnya terasa hangat menyapu permukaan kulit. Meiva mengangguk pelan, menarik helaian rambutnya ke belakang telinga. Gugup! Di tempat ini ada banyak aktris-aktris senior terkenal dan produser, Meiva tahu mereka, walau tidak ada yang mengenalnya. Ia sering berakting memainkan peran di dalam film, tapi akting kali ini benar-benar terasa menegangkan! “M-maafkan saya, Tuan Clovis, saya hanya menjalankan perintah.” Penjaga yang tadi kasar pada Meiva seketika tertunduk, tak berani menatap mereka berdua. Namun, Clovis memilih tidak menanggapi pr
"Ini adalah pesta yang digelar oleh pemilik majalah lifestyle ternama. Masuklah lebih dulu, sebut namaku saat orang-orang menanyakan mu." Clovis pergi menggunakan mobil, membiarkan Meiva masuk ke dalam tempat acara itu sendirian. Meiva sering mendengar pesta ini dari infotainment, meskipun ia menjadi aktris, Meiva tak pernah bisa memasuki pesta ini sejak dulu. Karena ia bukan dari kalangan sosialita. Namun kali ini, tiba-tiba Clovis membawanya ke acara mewah ini, kemudian meninggalkan sendirian sebab ada urusan yang harus diselesaikan mendadak. "Ternyata Clovis memang bukan orang sembarangan." Meiva melihat orang-orang di sekelilingnya, mereka memakai busana serba glamor dan mewah elegan, para artis pun hadir papan atas pun turut hadir. Mereka bicara dengan kelompoknya masing-masing. Meiva bingung sebab, tak ada yang mengenalnya. Dia hanya memainkan ponselnya sambil mengobati kejenuhannya, sambil berdiri di samping kolam sembari menunggu Clovis datang. "Meiva?" Meiva menoleh m
Meiva mengerjap bingung, sebab setelah kedatangan pria ini di rumah sakit, para staf rumah sakit seketika panik. Begitu juga dengan Dokter yang kini sedang menutup luka goresan di bahu pria itu. Lukanya sangat kecil, bahkan Meiva sering mengalami dulu waktu kecil. Tetapi, mereka semua kenapa terlihat begitu khawatir? Padahal pria itu sama sekali tidak mengucap sepatah kata pun. "Ada retakan di kaki Anda, Tuan Clovis. Untuk sementara Anda harus dirawat, untuk mencegah terjadinya infeksi," ucap Dokter setelah selesai memeriksa kondisinya. Meiva baru tahu kalau nama laki-laki itu adalah Clovis. Dia pun hanya diam di belakang kursi roda yang diduduki Clovis. Di sisi lain dia juga tidak menyangka kalau orang-orang dalam rumah sakit ini mengenalnya. "Hanya retak, ‘kan, Dokter? Jadi, tidak perlu operasi?" Meiva ingin memastikan kalau Clovis tidak mengalami luka serius. Karena jika sampai pria ini perlu dioperasi, Meiva tidak tahu bagaimana membiayai biaya operasi dan rumah saki
Entah sudah berapa puluh kali, notifikasi chat dan panggilan dari nomor tidak dikenal masuk ke ponsel Meiva. Sengaja ia mengabaikan, sebab tahu mereka adalah orang-orang dari pihak perusahaan pinjaman online yang berusaha penagih utang. Dalam beberapa bulan terakhir ini karena tidak memiliki pekerjaan, Meiva memilih jalan instan dengan meminjam uang ke pinjaman online, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di kota ini yang begitu besar. Namun, pada saat tanggal jatuh tempo, ia belum memiliki uang. Pagi tadi, ia baru saja mendapat informasi, dari Luna, salah satu teman yang bekerja menjadi HRD di Royal Entertainment, tempat Meiva melamar pekerjaan. Dia meberitahu kalau Meiva bisa mulai bekerja besok. Jadi, mana mungkin dia akan mendapatkan gaji langsung. Meiva memilih mematikan ponselnya, kemudian melanjutkan perjalanan. Ia menyadari ada satu mobil berwarna hitam melaju kencang mengejar laju mobilnya. Meiva terus saja menghindar tapi terus saja diikuti ke mana pun
"Kamu sangat menggairahkan, aku nggak akan puas walau terus melakukan denganmu. Setelah acara selesai, bagaimana kalau kita melakukannya lagi di hotel dekat sini? Lagi pula, Meiva nggak hadir kan malam ini? Aku dengar dia dicancel digantikan denganmu?" Suara Alden sangat jelas, sedang menggoda seseorang di dalam sana. “Bahkan kamu belum puas, padahal kita sudah melakukannya berulang kali di apartemen, sampai lututku saja rasanya masih lemas.”Meiva mengenakan long dress hitam rambut di kuncir satu di belakang ingin menemui Alden, untuk meminta bantuan pada pacarnya perihal masalah pembatalan secara sepihak oleh salah satu produser DTP TV.Tetapi, langkahnya berhenti saat mendengar suara Alden sedang bicara mesra dengan seorang perempuan. Meiva berdiri di depan pintu kaca acid low iron glass. Sepertinya ia sama sekali tidak asing dengan suara itu. Walau penasaran tetapi ia tetap menahan kakinya untuk berdiri tagak di posisinya sambil mencengkram handle pintu, mendengarkan mereka b