Posisi Raline memang membelakangi Meiva dan Ellen, tapi ia bisa pastikan kalau pendengarannya lebih tajam di banding matanya. Bibir atas terangat tampak mencibir. Mendengar pembicaraan mereka tentu saja seperti angin segar baginya.
Dia tidak begitu menyukai Meiva dari saat melihatnya pertama kali. Ditambah lagi, Clovis memperkenalkannya sebagai tunangan. Rasa tidak Sukanya semakin mengonfrontasi pikiran dan hatinya untuk mengetahui indentitas gadis itu lebih jauh. Ingin membuktikan, kalau dia benar-benar tidak lebih baik dibandingkan dengan dirinya. “Jadi kamu menjalin hubungan asmara dengan dua pria sekaligus?” Dengan bibir membentuk huruf ‘o’ Raline menunjukkan keterkejutannya. Menghampiri Meiva dan Ellen yang saling menatap menyimpan amarah masing-masing di matanya. “Meiv, aku pikir apa yang dikatakan Olive tadi hanya isapan jempol semata, tapi setelah apa yang baru saja aku dengar, kamu membuatku hampir tidak percaya. Apa Clovis mengetahui yang kamu lakukan?” Tatapan Meiva semakin tajam terarah pada Ellen, harusnya ia menyadari sikap licik mantan temannya itu akan selalu melekat di mana pun keberadaannya. Pasti dengan sengaja Ellen membuat suasana supaya keruh. “Kamu mendengar pembicaraan kami, Raline?” Ellen menggeleng berpura-pura menyesal membuat Meiva semakin muak dengan sandiwarannya. “Sebenarnya aku tidak berniat melibatkan siapa pun ke dalam pembicaraan kami berdua. Tapi, ternyata kamu sudah mendengarnya lebih dulu. Apa boleh buat, aku tidak bisa mengelak lagi. Barusan aku berdebat dengan Meiva karena aku kurang setuju dengan sikapnya.” Tangan Meiva mengepal erat hingga kuku-kukunya yang di cat berwarna pink glossy menancap dikulitmya. Matanya melirik ke arah Clovis yang sedang bicara dengan laki-laki yang lebih tua tidak melihat ke arahnya. “Aku tahu kariermu meredup satu tahun belakangan ini, tapi seharusnya kamu fokus memperbaiki diri, supaya bisa memcapai puncak popularitas. Aku bahkan bersedia membantumu, kalau memang kamu mau. Tapi, kamu justru memilih merayu para pria. Kemarin kamu digosipkan dengan pejabat beristri, sekarang kamu bersama pria lain lagi?” ucap Ellen dengan suara lembutnya yang pura-pura prihatin. Sungguh, Meiva tak membutuhkan itu! “Meiva, aku dan Clovis menjalin ikatan pernikahan selama dua tahun, dia sengat mencintaiku, dan pernah bilang kalau selamanya tidak akan menggantikan posisiku di hatinya. Begitu dia datang bersamamu, aku sangat terkejut, dan aku yakin dia tidak akan memilih Perempuan sembarangan untuk jadi pendampingnya. Tapi saat tahu kelakuanmu seperti itu, aku rasa kamu bukan orang yang tepat bersamannya, Clovis berhak mendapatkan yang lebih baik,” ucap Raline. Mereka pikir, Meiva peduli dengan anggapan tidak berguna, yang terdengar seperti dengungan lebah di telinganya, tentang hubungannya dengan Clovis? Sama sekali tidak! Satu-satunya yang dia pedulikan adalah tentang harga dirinya. Setiap mendengar tuduhan tidak berdasar mengenai dia Perempuan penggoda, hati Meiva berdenyut nyeri. Kalau saja dia menolak tawaran Clovis tentu saja citra buruknya tidak akan bertambah sekarang. Karena dirinya tidak akan bertemu dengan orang-orang seperti mereka. Meiva menarik napasnya dalam, membuat dirinya sedikit lebih tenang meletakkan gelas yang masih berisi sisa bekas minumannya setengah. Tidak ingin masuk ke dalam konflik yang lebih panjang, ia memilih meninggalkan tempat luas yang berhiaskan lampu menambah Kesan mewah itu. Meiva melangkah cepat tanpa mempedulikan Clovis yang kini sedang memiringkan wajah menatapnya di sela-sela perbincangan dengan seorang sutradara. “Tim akan sangat senang, kalau Pak Clovis mau menyuntikan dana ke dalam produksi film kami. Jujur, kami memulai proyek ini dengan dana yang sangat minim dan terbatas.” Sudah sejak tadi, sutradara berjidat lebar itu mengeluarkan semua kata-kata manis dan merayu di hadapan Clovis yang dia Yakini bisa memberinya kucuran dana untuk biaya produksi film terbaru yang akan dirilis. Namun, Clovis yang begitu diharapkan tampaknya sama sekali tidak mendengar ucapanya, justru memilih berjalan cepat tapi, tidak mengurangi wibawanya berusaha menghentikan Meiva. Mengetahui Clovis berjalan di belakangnya, Meiva semakin mempercepat langkah, hingga suara hak tinggi yang menginjak lantai marmer menggema di lorong menuju halaman depan. “Berhenti, Nona Meiva!” cegah Clovis menggapai pergelangan tangan Meiva. Bingung dengan sikap gadis itu yang tiba-tiba berubah dingin. “Pak Clovis, aku sudah menjalankan tugasku dengan datang ke pesta ini. aku juga sudah memainkan peran sebagai tunanganmu, maka tugasku sekarang sudah selesai. Aku mau pulang.” Meiva sudah menerima resiko besar, dia dirandahkan bahkan dianggap Perempuan matre, setelah menerima tawaran Clovis, tapi, setidaknya dia akan terbebas dari rugi setelah ini. “Lepaskan tanganku, Pak Clovis,” imbuhnya. Tangan lebar Clovs perlahan mengendur, memberikan ruang untuknya pergi. Meiva keluar melewati lorong yang kini dilewati oleh beberapa tamu dan pelayan. Setidaknya Meiva lega sekarang, sebab tidak lagi terganggu oleh kehadiran pria itu. Ia pun mempercepat langkahnya hingga sampai di halaman depan. Berhenti saat mengeluarkan ponselnya dari dalam tas untuk memesan taxi, tapi secara bersamaan ponselnya menyala siap menekan aplikasi pemesan, pandangannya teralihkan pada mobil hitam yang berhenti tepat di hadapannya. Seorang laki-laki muda berpakaian rapi dengan stelan jas berwarna navy keluar dengan sigap membuka pintu tengah. Pandangan Meiva mengarah ke seseorang yang sedang duduk dengan kaki saling bertumpu, Clovis. “Nona Meiva, Pak Clovis ingin Anda masuk,” ucap laki-laki yang merupakan sekertaris Clovis. Meiva mematung sesaat, hingga kemudian suara barinton membuatnya mengerjap. “Masuklah, ada banyak kamera pengawas yang mengikuti pergerakanmu.” Clovis bersuara dari dalam mobil, wajahnya datar tidak bisa ditebak. Tak ingin memperpanjang situasi, Meiva memilih menuruti keinginan laki-laki itu, hingga mereka melanjutkan perjalanan. .... Meiva sedikit membukukkan punggungnya setelah turun dari mobi, mengucap terimakasih. Setelah mobil Clovis pergi, setidaknya ia merasa lega, sebab telah selesai melewati masa-masa menegangkan bersama pria itu. Meive memutar badannya ingin segera masuk ke dalam apartemen. Ia merasa lelah fisik dan juga pikiran, ingin istirahat. Namun, tepat saat ia berbalik di Alden berdiri di hadapannya. Dengan kedua tangan terlipat di depan dada laki-laki itu menatapnya sinis. “Tadi yang mengantar selingkuhanmu?” tanya Alden tanpa basa-basi. Pasti Ellen sudah menceritakan apa yang terjadi di pesta tadi. Dan sekarang Alden dengan tidak tahu malunya menuduh Meiva selingkuh. Meiva memilih terus berjalan melewati gerbang masuk, mengabaikan Alden. Namun, lelaki itu tidak membiarkannya pergi justru mengejarnya hingga sampai di unit apartment tempat tinggal Meiva."Kamu sangat menggairahkan, aku nggak akan puas walau terus melakukan denganmu. Setelah acara selesai, bagaimana kalau kita melakukannya lagi di hotel dekat sini? Lagi pula, Meiva nggak hadir kan malam ini? Aku dengar dia dicancel digantikan denganmu?" Suara Alden sangat jelas, sedang menggoda seseorang di dalam sana. “Bahkan kamu belum puas, padahal kita sudah melakukannya berulang kali di apartemen, sampai lututku saja rasanya masih lemas.”Meiva mengenakan long dress hitam rambut di kuncir satu di belakang ingin menemui Alden, untuk meminta bantuan pada pacarnya perihal masalah pembatalan secara sepihak oleh salah satu produser DTP TV.Tetapi, langkahnya berhenti saat mendengar suara Alden sedang bicara mesra dengan seorang perempuan. Meiva berdiri di depan pintu kaca acid low iron glass. Sepertinya ia sama sekali tidak asing dengan suara itu. Walau penasaran tetapi ia tetap menahan kakinya untuk berdiri tagak di posisinya sambil mencengkram handle pintu, mendengarkan mereka b
Entah sudah berapa puluh kali, notifikasi chat dan panggilan dari nomor tidak dikenal masuk ke ponsel Meiva. Sengaja ia mengabaikan, sebab tahu mereka adalah orang-orang dari pihak perusahaan pinjaman online yang berusaha penagih utang. Dalam beberapa bulan terakhir ini karena tidak memiliki pekerjaan, Meiva memilih jalan instan dengan meminjam uang ke pinjaman online, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di kota ini yang begitu besar. Namun, pada saat tanggal jatuh tempo, ia belum memiliki uang. Pagi tadi, ia baru saja mendapat informasi, dari Luna, salah satu teman yang bekerja menjadi HRD di Royal Entertainment, tempat Meiva melamar pekerjaan. Dia meberitahu kalau Meiva bisa mulai bekerja besok. Jadi, mana mungkin dia akan mendapatkan gaji langsung. Meiva memilih mematikan ponselnya, kemudian melanjutkan perjalanan. Ia menyadari ada satu mobil berwarna hitam melaju kencang mengejar laju mobilnya. Meiva terus saja menghindar tapi terus saja diikuti ke mana pun
Meiva mengerjap bingung, sebab setelah kedatangan pria ini di rumah sakit, para staf rumah sakit seketika panik. Begitu juga dengan Dokter yang kini sedang menutup luka goresan di bahu pria itu. Lukanya sangat kecil, bahkan Meiva sering mengalami dulu waktu kecil. Tetapi, mereka semua kenapa terlihat begitu khawatir? Padahal pria itu sama sekali tidak mengucap sepatah kata pun. "Ada retakan di kaki Anda, Tuan Clovis. Untuk sementara Anda harus dirawat, untuk mencegah terjadinya infeksi," ucap Dokter setelah selesai memeriksa kondisinya. Meiva baru tahu kalau nama laki-laki itu adalah Clovis. Dia pun hanya diam di belakang kursi roda yang diduduki Clovis. Di sisi lain dia juga tidak menyangka kalau orang-orang dalam rumah sakit ini mengenalnya. "Hanya retak, ‘kan, Dokter? Jadi, tidak perlu operasi?" Meiva ingin memastikan kalau Clovis tidak mengalami luka serius. Karena jika sampai pria ini perlu dioperasi, Meiva tidak tahu bagaimana membiayai biaya operasi dan rumah saki
"Ini adalah pesta yang digelar oleh pemilik majalah lifestyle ternama. Masuklah lebih dulu, sebut namaku saat orang-orang menanyakan mu." Clovis pergi menggunakan mobil, membiarkan Meiva masuk ke dalam tempat acara itu sendirian. Meiva sering mendengar pesta ini dari infotainment, meskipun ia menjadi aktris, Meiva tak pernah bisa memasuki pesta ini sejak dulu. Karena ia bukan dari kalangan sosialita. Namun kali ini, tiba-tiba Clovis membawanya ke acara mewah ini, kemudian meninggalkan sendirian sebab ada urusan yang harus diselesaikan mendadak. "Ternyata Clovis memang bukan orang sembarangan." Meiva melihat orang-orang di sekelilingnya, mereka memakai busana serba glamor dan mewah elegan, para artis pun hadir papan atas pun turut hadir. Mereka bicara dengan kelompoknya masing-masing. Meiva bingung sebab, tak ada yang mengenalnya. Dia hanya memainkan ponselnya sambil mengobati kejenuhannya, sambil berdiri di samping kolam sembari menunggu Clovis datang. "Meiva?" Meiva menoleh m
Tangan Clovis merengkuh erat di pinggang ramping Meiva, menarik perhatian mereka yang tadi bersikap arogan pada gadis itu. Terutama Raline, dia terkejut dengan kedatangan Clovis yang sebelumnya tidak disangka akan datang. “Perempuan tinggi yang sedang menatap kita paling tajam, dia adalah Raline—mantan istriku dan laki-laki angkuh itu adalah suaminya, Morgan.” Wajah Clovis begitu dekat dengan wajah Meiva, dia berbisik pelan hingga embusan napasnya terasa hangat menyapu permukaan kulit. Meiva mengangguk pelan, menarik helaian rambutnya ke belakang telinga. Gugup! Di tempat ini ada banyak aktris-aktris senior terkenal dan produser, Meiva tahu mereka, walau tidak ada yang mengenalnya. Ia sering berakting memainkan peran di dalam film, tapi akting kali ini benar-benar terasa menegangkan! “M-maafkan saya, Tuan Clovis, saya hanya menjalankan perintah.” Penjaga yang tadi kasar pada Meiva seketika tertunduk, tak berani menatap mereka berdua. Namun, Clovis memilih tidak menanggapi pr
Posisi Raline memang membelakangi Meiva dan Ellen, tapi ia bisa pastikan kalau pendengarannya lebih tajam di banding matanya. Bibir atas terangat tampak mencibir. Mendengar pembicaraan mereka tentu saja seperti angin segar baginya. Dia tidak begitu menyukai Meiva dari saat melihatnya pertama kali. Ditambah lagi, Clovis memperkenalkannya sebagai tunangan. Rasa tidak Sukanya semakin mengonfrontasi pikiran dan hatinya untuk mengetahui indentitas gadis itu lebih jauh. Ingin membuktikan, kalau dia benar-benar tidak lebih baik dibandingkan dengan dirinya. “Jadi kamu menjalin hubungan asmara dengan dua pria sekaligus?” Dengan bibir membentuk huruf ‘o’ Raline menunjukkan keterkejutannya. Menghampiri Meiva dan Ellen yang saling menatap menyimpan amarah masing-masing di matanya. “Meiv, aku pikir apa yang dikatakan Olive tadi hanya isapan jempol semata, tapi setelah apa yang baru saja aku dengar, kamu membuatku hampir tidak percaya. Apa Clovis mengetahui yang kamu lakukan?” Tatapan Mei
Tangan Clovis merengkuh erat di pinggang ramping Meiva, menarik perhatian mereka yang tadi bersikap arogan pada gadis itu. Terutama Raline, dia terkejut dengan kedatangan Clovis yang sebelumnya tidak disangka akan datang. “Perempuan tinggi yang sedang menatap kita paling tajam, dia adalah Raline—mantan istriku dan laki-laki angkuh itu adalah suaminya, Morgan.” Wajah Clovis begitu dekat dengan wajah Meiva, dia berbisik pelan hingga embusan napasnya terasa hangat menyapu permukaan kulit. Meiva mengangguk pelan, menarik helaian rambutnya ke belakang telinga. Gugup! Di tempat ini ada banyak aktris-aktris senior terkenal dan produser, Meiva tahu mereka, walau tidak ada yang mengenalnya. Ia sering berakting memainkan peran di dalam film, tapi akting kali ini benar-benar terasa menegangkan! “M-maafkan saya, Tuan Clovis, saya hanya menjalankan perintah.” Penjaga yang tadi kasar pada Meiva seketika tertunduk, tak berani menatap mereka berdua. Namun, Clovis memilih tidak menanggapi pr
"Ini adalah pesta yang digelar oleh pemilik majalah lifestyle ternama. Masuklah lebih dulu, sebut namaku saat orang-orang menanyakan mu." Clovis pergi menggunakan mobil, membiarkan Meiva masuk ke dalam tempat acara itu sendirian. Meiva sering mendengar pesta ini dari infotainment, meskipun ia menjadi aktris, Meiva tak pernah bisa memasuki pesta ini sejak dulu. Karena ia bukan dari kalangan sosialita. Namun kali ini, tiba-tiba Clovis membawanya ke acara mewah ini, kemudian meninggalkan sendirian sebab ada urusan yang harus diselesaikan mendadak. "Ternyata Clovis memang bukan orang sembarangan." Meiva melihat orang-orang di sekelilingnya, mereka memakai busana serba glamor dan mewah elegan, para artis pun hadir papan atas pun turut hadir. Mereka bicara dengan kelompoknya masing-masing. Meiva bingung sebab, tak ada yang mengenalnya. Dia hanya memainkan ponselnya sambil mengobati kejenuhannya, sambil berdiri di samping kolam sembari menunggu Clovis datang. "Meiva?" Meiva menoleh m
Meiva mengerjap bingung, sebab setelah kedatangan pria ini di rumah sakit, para staf rumah sakit seketika panik. Begitu juga dengan Dokter yang kini sedang menutup luka goresan di bahu pria itu. Lukanya sangat kecil, bahkan Meiva sering mengalami dulu waktu kecil. Tetapi, mereka semua kenapa terlihat begitu khawatir? Padahal pria itu sama sekali tidak mengucap sepatah kata pun. "Ada retakan di kaki Anda, Tuan Clovis. Untuk sementara Anda harus dirawat, untuk mencegah terjadinya infeksi," ucap Dokter setelah selesai memeriksa kondisinya. Meiva baru tahu kalau nama laki-laki itu adalah Clovis. Dia pun hanya diam di belakang kursi roda yang diduduki Clovis. Di sisi lain dia juga tidak menyangka kalau orang-orang dalam rumah sakit ini mengenalnya. "Hanya retak, ‘kan, Dokter? Jadi, tidak perlu operasi?" Meiva ingin memastikan kalau Clovis tidak mengalami luka serius. Karena jika sampai pria ini perlu dioperasi, Meiva tidak tahu bagaimana membiayai biaya operasi dan rumah saki
Entah sudah berapa puluh kali, notifikasi chat dan panggilan dari nomor tidak dikenal masuk ke ponsel Meiva. Sengaja ia mengabaikan, sebab tahu mereka adalah orang-orang dari pihak perusahaan pinjaman online yang berusaha penagih utang. Dalam beberapa bulan terakhir ini karena tidak memiliki pekerjaan, Meiva memilih jalan instan dengan meminjam uang ke pinjaman online, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di kota ini yang begitu besar. Namun, pada saat tanggal jatuh tempo, ia belum memiliki uang. Pagi tadi, ia baru saja mendapat informasi, dari Luna, salah satu teman yang bekerja menjadi HRD di Royal Entertainment, tempat Meiva melamar pekerjaan. Dia meberitahu kalau Meiva bisa mulai bekerja besok. Jadi, mana mungkin dia akan mendapatkan gaji langsung. Meiva memilih mematikan ponselnya, kemudian melanjutkan perjalanan. Ia menyadari ada satu mobil berwarna hitam melaju kencang mengejar laju mobilnya. Meiva terus saja menghindar tapi terus saja diikuti ke mana pun
"Kamu sangat menggairahkan, aku nggak akan puas walau terus melakukan denganmu. Setelah acara selesai, bagaimana kalau kita melakukannya lagi di hotel dekat sini? Lagi pula, Meiva nggak hadir kan malam ini? Aku dengar dia dicancel digantikan denganmu?" Suara Alden sangat jelas, sedang menggoda seseorang di dalam sana. “Bahkan kamu belum puas, padahal kita sudah melakukannya berulang kali di apartemen, sampai lututku saja rasanya masih lemas.”Meiva mengenakan long dress hitam rambut di kuncir satu di belakang ingin menemui Alden, untuk meminta bantuan pada pacarnya perihal masalah pembatalan secara sepihak oleh salah satu produser DTP TV.Tetapi, langkahnya berhenti saat mendengar suara Alden sedang bicara mesra dengan seorang perempuan. Meiva berdiri di depan pintu kaca acid low iron glass. Sepertinya ia sama sekali tidak asing dengan suara itu. Walau penasaran tetapi ia tetap menahan kakinya untuk berdiri tagak di posisinya sambil mencengkram handle pintu, mendengarkan mereka b