Season 1 menceritakan tentang pernikahan dini yang dijalani Jodi dan Rara ketika mereka masih mengenakan seragam putih abu-abu. Season 2 menceritakan tentang pernikahan Dodit dan juga sahabat Jodi dan Rara yang menjadi titik awal Dodit kembali ke dalam keluarga besar Hadiningrat
View More"Heh, Roro Jonggrang! Loe kagak salah abis ujan malah jajan es?!" Jodi berdecak dengan pilihan jajanan Rara.
"Sirik aja loe! Itu banyak juga yang pada jajan kagak ada yang loe protes!" sembur Rara tak terima saran Jodi.
"Emang percuma gue ngomong sama loe." Jodi kesal dan berlalu meninggalkan Rara.
Dua orang anak remaja itu, tidak pernah akur saat bertemu. Selalu saja ada perdebatan di antara mereka. Bahkan hal kecil, bisa mengakibatkan mereka bertengkar atau berselisih, seperti saat ini.
Jodi menegur Rara saat gadis itu membeli es saat langit tengah mendung dan gelap, lebih tepatnya tadi pagi hujan turun cukup deras, untung saja satu jam lalu telah berhenti membuat aktifitas siswa tidak terganggu.
Begitu banyak yang mengantri untuk membeli es, mengingat saat ini adalah waktu istirahat membuat semua siswa memilih segera masuk ke dalam kantin dan membelanjakan seluruh uang jajan mereka, termasuk Rara, sejak tadi pagi ia mengikuti 2 mata pelajaran yang menguras waktu serta pikiran.
Hal itu pula yang dilakukan oleh Rara yang sejak 5 menit lalu mengantri jajan es bubur sum-sum di gerobak Mang Acep.
Entah mengapa Jodi tergelitik untuk mencegah Rara ikutan mengantri membeli es bubur sum-sum yang ia tahu salah satu jajanan kesukaan Rara. Ada sedikit kekhawatiran dalam pikiran Jodi kalau Rara akan sakit kalau membeli es dalam kondisi dingin seperti ini. Ah, kenapa juga gue mikirin si Roro Jonggrang? batin Jodi mempertanyakan sikapnya sendiri.
"Rara jajan apaan?" sapa Riko dengan senyuman nya yang luar biasa manis dan bikin klepek-klepek hati Rara. Semoga saja setelah ini Rara tidak terkena diabetes.
"Eh ini... es bubur sum-sum." Rara mendadak memakan jajanannya dengan perlahan. Siapa juga yang tidak merasa canggung mendapatkan perhatian dari sang ketua kelas baik hati, tidak sombong dan rajin menabung seperti Riko?
"Enak tuh kayaknya," goda Riko memperhatikan jajanan milik Rara sekaligus menyadarkan Rara dari lamunannya.
"Kamu mau nyobain?" tanya Rara, bermaksud basa-basi menawarkan dan tanpa sadar ia telah menyendok untuk dirinya dan tanpa di sangka Riko langsung melahap isi sendok dari tangan Rara.
Tindakan manis Riko sontak tanpa dia sadar membuat Rara bersemu kemerahan wajahnya. Menyadari perubahan pipi merona Rara justru membuat Riko menjadi gemas.
"Riko! Loe enggak ngeri rabies makan bekas sendok nya si Roro Jonggrang?!" pekik Jodi yang tiba-tiba muncul dari depan pintu kelas.
"Loe tuh ngapa ngefans banget sama gue ampe apa aja yang gue lakuin di komentarin?" ujar Rara ketus, sambil melengos.
"Aku belum pernah makan jajanan yang Rara makan," aku Riko yang memang tidak pernah memakan bubur sumsum sebelumnya.
"Horang kaya mana kenal jajanan rakyat jelata," ledek Jodi.
Riko memang berasal dari keluarga kaya dan itu terlihat dari semua barang branded yang ia kenakan. Dulu ketika mereka masih SD dan Riko sebagai siswa baru, awal kehadirannya banyak menimbulkan pertanyaan mengapa ia memilih sekolah di tempat biasa seperti mereka, tapi Riko hanya bilang kalau ia lebih nyaman berteman dengan mereka.
"Mau lagi boleh gak?" Riko tergiur untuk kembali memakan jajanan yang sedang di makan Rara.
"Emang gak apa-apa makan bekas aku?" Rara berkata lirih.
"Ciyeee aku, si Roro Jonggrang ketularan ber aku-kamu... Mau di bawa kemana hubungan kita jika kau terus menunda-nunda..." sindir Jodi sambil bernyanyi tidak jelas yang sebenarnya ungkapan kekecewaannya terhadap Yola karena tidak pernah bisa mesra seperti pasangan di depannya kini.
"Berisik!" Rara melempar Jodi dengan penghapus papan tulis yang kebetulan dekat dengannya.
"Tuh Riko... Lihat kelakuan aslinya, bahaya kalau loe nekat mau sama nih bocah." Jodi semakin terbakar menggoda Rara.
"Jodi kenapa sih ganggu Rara terus?" Yola menyela ucapan Jodi.
"Eh, ada Yola, " Jodi langsung salah tingkah.
"Biarin aja sih double R suap-suapan," Yola melirik ke arah Rara dan Riko.
"Widih iya double R keren juga istilahnya," Jodi cengengesan.
"Yola! kirain mau belain eh ikutan ngeledekin kayak si Jodi," sungut Rara melengos sambil melipat kedua tangannya.
"Udah biarin aja. Eh, ada sisa jajanan tuh di bibir kamu." Riko menenangkan Rara dengan mengalihkan pembicaraan.
"Yasalam, ini sekolah woiii... ngontrak udah yang laen," seloroh Jodi yang meradang karena tidak bisa mesra seperti double R bersama Yola yang cenderung mengindari dirinya semenjak ia memberikan coklat brown queen.
***
Mendung yang menggelayut di kampung Pekapuran tidak menghalangi rencana para warga yang sedang melaksanakan kerja bakti. Warga begitu antusias bahu membahu membersihkan lingkungan mereka demi menyambut perayaan rutin tahunan, tujuh belasan.
"Pak, maaf itu truk nyang angkut semen dan pasir udah datang di depan gang swadaya," Dali memberitahu Pak Joko selaku RT di kampung cinta damai.
"Wah, sudah datang toh? Terimakasih ya Pak Rojak sudah menjadi donatur yang menyumbangkan bahan untuk perbaikan jalan gang kita ini," ucap Pak Joko kepada Pak Rojak yang berada di sebelahnya.
"Ah santai aje, kebetulan stok di material lagi banyak jadi bisa di bawa kemari sedikit lebih." Rojak sang juragan material bangunan merendah.
"Ssstt... kita beruntung ya kampung ini ada Pak Rojak dan Pak Sabeni yang royal," puji Pak Sugeng sambil berbisik ke arah temannya yang berada agak jauh dari Rojak dan Pak RT. Ya, jika Rojak sang juragan toko material bangunan, maka Sabeni sang juragan restoran Saung Hijau juga selalu menyumbangkan makanan bagi para warga yang mengikuti kegiatan kerja bakti.
"Iya ya kira-kira menu makanan dari restoran Pak Sabeni sekarang apa ya?" seloroh Pak Ojan seraya membayangkan santapan lezat di benaknya.
Menjelang sore datanglah mobil catering bertuliskan Saung Hijau dari restoran milik Sabeni sang juragan restoran di kampung Pekapuran terlihat berjalan ke arah tempat para warga yang sedang melaksanakan kerja bakti.
"Woi, Beni alias Sabeni, sibuk amat loe ye ampe kagak sempet setor muka kemari," sapa Rojak yang sedang duduk istirahat di poskamling bersama beberapa warga yang sedang rehat sebentar.
"Iya nih Jak, Alhamdulillah lagi banyak orderan hajatan." Sabeni menghampiri Rojak dan para bapak yang sedang kerja bakti.
"Gimana kabar calon mantu gue?" tanya Rojak setelah jarak duduk mereka berdekatan.
"Yasalam, anak gue masih sekolah udah gak sabar banget loe mau jadiin mantu," seloroh Sabeni sambil tergelak tawa renyah. Perut buncitnya pun terlihat bergoyang mengikuti deburan ombak perut Sabeni, bak penyanyi dangdut yang sedang berjoget.
"Pegimana ya anak loe dari bini loe masih bunting kan emang udah di minta sama enyak gue jadi calon cucu nya entar." Rojak mengenang permintaan almarhumah Enyak Ida yang sudah meninggal tiga tahun silam.
Ucapan Rojak seketika mengingatkan Sabeni akan semua hutang budi dirinya kepada Rojak dan istrinya. Sosok disampingnya kini di masa lalu telah mengulurkan tangannya memberikan bantuan modal saat usahanya hampir bangkrut. Tidak hanya itu saja, ketika Halimah, istrinya yang menderita eklampsia pasca melahirkan langsung koma akhirnya membuat putrinya sempat di asuh oleh Rodiah, istri Rojak.
"Siapa yang dijodohin? Anaknya bang Rojak sama bang Beni bukannya ribut mulu kalau ketemu?" protes Sueb, kang cilor keliling.
"Biasa itu mah... FTV juga gak bakalan rame kalau pemainnya kagak berantem entar ujung-ujungnya juga demen terus kawin." Rojak membela anak dan calon mantu ciliknya.
"Hahaha... Betul loe Sueb, gue juga ampe pusing tu anak gue tiada hari tanpa ngomongin anaknya si Rojak," curhat Sabeni mengenai kelakuan anaknya
"Kagak apa-apa itu namanya anak gue udah nyantol di hati anak loe. Hahaha." sahut Rojak asal diiringi tawa bahagia.
"Nyantol sebagai apa nih? Semoga nanti mereka bisa akur ye... kagak bisa bayangin gue kalau tu anak dua ribut ampe tua kayak gitu. Ckckck." Sabeni menimpali.
"Loe jangan mikir kayak gitu dong Beni..." Rojak tidak sepemikiran dengan Sabeni.
"Pokoknya prinsip gue mah asal anak gue demen sama anak loe ya kita kawinin mereka entar lulus sekolah." Sabeni mencoba memberi pengertian kepada Rojak.
"Bujug buneng... mau ngawinin bocah, entar ngapa tunggu mereka lulus sekolah... udah kebelet mau dikawinin aje," ceplos Sueb yang terkenal sebagai makhluk paling kepo di antara mereka semuanya.
"Et deh Sueb! loe main nyamber aje kayak geledek! kagak rela gue juga bocah masih pake seragam sekolah langsung dikawinin! maksudnya tuh entar lulus sekolah SMA!" gertak Rojak sambil memukul bahu Sueb dengan peci kesayangannya.
"Oohh syukur deh kalau gitu," kali ini Pak Joko yang menimpali.
"Iya, entar anaknya Pak Rojak warisin usaha material nya terus anaknya Pak Sabeni warisin usaha restoran nya, gitu?" Sugeng ikutan menanggapi.
"Serasa orang gedean ye pernikahan bisnis." Dali berseloroh.
Celotehan para warga yang menanggapi perjodohan anak Rojak dan Sabeni membuat mereka menyesal membahas hal tersebut di depan banyak orang yang pasti memiliki berbagai pemikiran berbeda.
Parah nya, mereka tidak menyadari kalau percakapan mereka di dengar oleh kedua orang yang menjadi bahan pembicaraan mereka. Rara dan Jodi yang niatnya ingin meminta maaf kepada babehnya karena pulang terlambat lantaran baru saja selesai mengerjakan tugas Prakarya bersama kelompoknya, kini hanya saling memandang penuh kebencian mendengar rencana perjodohan mereka.
Beberapa hari kemudianHari ini suasana di kediaman Dodit dan Dina tampak semarak dengan kehadiran para personil para mantan jomblo beserta keluarga kecil masing-masing. Ya, mereka datang ingin melihat sosok penghuni baru nan menggemaskan itu.Bayi mungil bernama Zayn Fayyad Alvarendra Hadiningrat yang artinya adalah laki-laki yang memiliki keindahan, baik, dermawan, murah hati, cerdas dan beruntung yang merupakan keturunan Hadiningrat. Sebuah nama yang mewakili doa dan harapan kedua orang tua dan semua sanak saudaranya.Meski di awal para sahabat dari bayi menggemaskan itu awalnya tidak diperkenankan untuk datang menjenguk ke rumah sakit, tapi masih bisa datang ke rumah untuk merasakan kebahagiaan yang sama."Gimana rasanya jadi orang tua baru?" tanya Rosa yang memang belum dikaruniai buah hati."Nikmat banget. Loe lihat sendiri nih mata panda gue. Sehari tidur bisa di hitung cuman berapa jam," curhat Dina."Baru satu aja loe udah ngeluh, pegimana gue yang otewe mau tiga ini?" sambar
Setahun kemudian Hari itu, Eyang Soeroso menemui putra sambungnya, Bambang di kantor polisi. Wajah anak sambungnya itu terlihat kusut dan lusuh. Hilang sudah jejak kesombongan dari wajah pria itu tergerus keadaan di dalam jeruji besi.Cukup rumit dampak dari penangkapan Bambang karena setelahnya sang Ibu, Ambar dan cucunya Panji malah ingin melepaskan diri dari status mereka sebagai bagian dari keluarga Hadiningrat. Hal ini sangat mengejutkan Eyang Soeroso hingga akhirnya terpaksa menyetujui keinginan istri dan cucu sambungnya tersebut.Bambang memang belum di pindah ke rumah tahanan karena berkas kasus pria itu baru naik ke kejaksaan dan sedang di proses.Mereka duduk di ruangan khusus, Eyang Soeroso melihat Bambang yang mengenakan pakaian tahanan sebenarnya sangat sedih. Ya, biar bagaimanapun mereka telah puluhan tahun menjadi satu keluarga.Terkadang Eyang Soeroso merasa tak habis pikir mengapa putra sambungnya ini tidak pernah bersyukur dengan semua fasilitas dan kemewahan yang i
Berita mengenai cucu menantunya yang mengalami keguguran membuat murka seorang pria paruh baya yang masih berkuasa penuh dalam keluarga Hadiningrat, Eyang Soeroso."Saya tidak mau tahu temukan motor yang telah menabrak cucu menantu saya! Dan bawa orangnya kesini!"Eyang Soeroso berdiri membelakangi tiga laki-laki bertubuh gempal dengan baju seragam serba hitam. Saat ini mereka sedang berada di ruang kerjanya.Kedua laki-laki bertubuh gempal berseragam itu terlihat menunduk patuh. "Baik, Tuan. Akan saya laksanakan."Eyang Soeroso melirik sekilas, "Saya tidak main-main, kalau kalian tidak bisa mendapatkannya, maka kepala kalian adalah bayarannya!"Pria paruh baya yang masih tampak berwibawa itu memutar dirinya ke arah kedua laki-laki berseragam itu. Dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celananya. Menatap lekat dan tegas kepada keduanya, menghadirkan rasa segan dan takut secara bersamaan."Ba-baik, Pak."Merasa puas dengan ekspresi yang ditampilkan kedua manusia itu. Eyang Soeros
"DOKTER!!?" teriakan pilu Dodit di sebuah pintu masuk rumah sakit terdengar jelas oleh petugas medis yang mendapat shift malam itu.Terlihat Dodit wara-wiri dengan baju yang penuh darah. Saat menggendong wanita yang sangat dicintainya itu. Beruntung rumah sakit 24 jam ini memang di dukung penuh oleh Soeroso grup. Sehingga teriakan Dodit langsung mendapat tanggapan positif dan tindakan cepat untuk segera membawa Dina ke ruang IGD."Dodit! Ada apa ini, nak?" Hanafi dan istrinya datang, bersama Pandu, Panji dan Yola. Mereka terlihat panik.Dodit hanya terdiam, dan menunduk dalam. Membuat mereka paham kalau saat ini Dodit masih terpukul atas kecelakaan yang baru saja menimpa sang istri."Ada apa, nak? Kenapa jadi seperti ini?"Dodit masih terdiam. Kedua tangannya terlihat gemetar. Kedua matanya menatap kosong pada lantai yang ia pijak, lalu detik kemudian ia memeluk sang ibu dengan isakan pilu.Keadaan rumah sakit yang sepi, karena jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari. Membuat rasa
"Padit! Aku mau wedang ronde!" Dina sengaja menggunakan panggilan Padit yang menurut pasutri ini artinya Papa Dodit lantaran menginginkan sesuatu.Rengekan Dina terdengar cukup nyaring sehingga Dodit yang tengah tertidur mengerjapkan kedua matanya. Menatap ke arah jarum jam dinding yang berdetak menunjukkan pukul satu dini hari."Ini jam satu malam, kamu mau wedang ronde?"Sungguh tak habis pikir pada wanita terkasihnya itu. Kenapa ia harus dibangunkan, tepat saat ia mau bermimpi indah?"Madin, sekarang udah malam banget, sayang ... " Dodit pun kali ini sengaja menggunakan panggilan Madin yang artinya Mama Dina.Dina pun menggembungkan kedua pipinya yang semakin chubby semenjak dirinya hamil. "Aku gak peduli pokoknya aku mau wedang ronde!"Lihat bagaimana keras kepalanya wanita yang dicintainya itu. Membuat Dodit pusing sekali. Kenapa minta hal yang aneh-aneh di tengah malam seperti ini."Aku enggak tau cara bikinnya sayang. Lagian, kalau malam gelap begini gak ada yang jualan."Menco
Ambar yang lebih dari separuh hidupnya dihabiskan dengan ambisi menguasai harta dan tahta keluarga Hadiningrat merasa sangat kesal sekaligus kecewa lantaran gagal membujuk cucu kandungnya, Panji agar tidak memilih melanjutkan pendidikan ke luar negeri dan memutuskan untuk tidak menuruti semua keinginan pemuda itu melepaskan status sosial sebagai seorang penerus klan Hadiningrat.Puluhan tahun Ambar menggantungkan harapan bahwa kelak anak keturunannya akan hidup secara terhormat dan makmur dalam keluarga Hadiningrat. Sayangnya hanya Panji saja yang mau menjadi penerus ambisinya dalam melakukan semua hal, termasuk menyingkirkan anak keturunan Tantri yang merupakan nenek kandung Dodit.Selama ini dia memang sudah tidak bisa menaruh harapan pada Pandu, sang cucu pertama yang dari awal tidak pernah mau menjadi cucu yang penurut baginya. Lihat saja, ketimbang menjadi pengusaha kini Pandu malah berprofesi sebagai dosen. Ya, walaupun hal tersebut bukan hal yang buruk, tapi jelas naluri wanita
"Kalau kamu tidak mampu bersaing secara terbuka, coba sekarang bermain cantik. Dekati wanita itu dan jadilah sahabatnya agar kamu lebih tahu banyak semua kekurangannya untuk menjadi senjata kamu mengembalikan hati suaminya menjadi milikmu!" seru Ambar memberikan petuah sesat kepada cucunya, Yola.Sejak itulah Yola mendekati Dina. Yola memulai dengan permintaan maaf. Awalnya Yola mengira Dina si cewek bar-bar itu akan menolak mentah-mentah dirinya, namun siapa sangka justru sosok itu membuka tangannya lebar-lebar dan resmi menjadikannya adik sepupunya terdekat.Setiap hari mereka berbagi cerita dan saling berkunjung atau hang out bersama. Seperti kegiatan yang kali ini mereka lakukan di sebuah pusat perbelanjaan."Bumil, astaga tenaganya kuat sekali tak kenal lelah menjelajah hampir setiap sudut mall ini," sindir Yola yang cenderung malas sebenarnya mengikuti semua keinginan Dina sehingga sengaja mengajaknya untuk makan siang di sebuah restoran western."Ya loe tau sendirilah gimana be
Dodit dan Andri sudah kembali pada rutinitas mereka, bekerja. Rupanya koneksi persahabatan antara sesama sahabat mantan jomblo masih berlanjut hingga kini mereka menjalin kerjasama dengan perusahaan milik keluarga Riko.Untuk itulah hari ini rencananya mereka sebagai perwakilan kedua perusahaan akan melakukan pertemuan bisnis sekaligus merajut silaturahmi yang sempat merenggang karena jarak dan kesibukan masing-masing.Sebelum memulai pembicaraan serius, mereka berkumpul di cafetaria perusahaan."Kayaknya hari ini udah gak ada yang kekurangan pupuk sama air lagi deh," ujar Dina menyindir sikap ceria Riko."Ho'oh lihat tuh mukanya si duda kayak lampu baru di ganti," sahut Dodit menyambung sindiran sang istri."Silau, Men. Hahaha...." Andri latah menimpali ledekan duet maut pasutri sahabatnya itu."Yes ... Kita gak bakalan dapat curhatan sendu nan manjah lagi nih," ucap Dina sambil tersenyum sumringah."Apaan sih kalian," sahut Riko bak kura-kura dalam perahu.Sudah bukan rahasia umum l
Kebahagiaan yang terpancar dari wajah Andri dan Siska berbanding terbalik dengan sang kakak, Sandra, tetapi dia juga tidak mau di cap sebagai penghambat pernikahan keduanya. Tatapannya menatap lirih Jaka, perjaka yang tak memiliki urat malu sedikitpun mengutarakan perasaannya.Huh, bagaimana bocah tengil ini bisa punya pikiran mau serius komitmen sama gue? oke, untuk saat ini aja deh gue iya in aja lantaran gue gak bisa biarin Siska terhalang dapat jodoh karena gue. Batin Sandra dengan berpura-pura tersenyum ramah kepada para tamunya.Acara itu sekaligus juga menjadi ajang reuni para mantan jomblo dan keluarganya. Hilda yang sedang menghitung hari hendak melahirkan menjadi sosok yang begitu antusias bercerita."Bro, sorry ya kayaknya anak gue kecapean nih jadi gue balik duluan ya?" Pamit Jodi saat melihat Dira tertidur pulas di pangkuannya.Sementara Rara sejak tadi memang sedang asyik gosip sana sini sambil mengusap punggung Rani yang sejak tadi tertidur dalam gendongannya."Oh, ya
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments