Melalui isyarat mata akhirnya Jodi dan Rara sepakat untuk tidak mendekati Rojak dan Sabeni. Akan seheboh apa jadinya kalau para warga meledek mereka habis-habisan lantaran ternyata sejak kecil sudah ada rencana pernikahan untuk keduanya mengingat bagaimana hebohnya keributan yang keduanya ciptakan setiap kali bertemu dalam kondisi apapun.
"Di, pokoknya kite kudu bikin gagal rencana perjodohan kite!" ketus Rara yang masih berjalan beriringan bersama Jodi melewati area gang dekat rumah mereka.
"Loe kata gue mau apa ngikutin rencana babeh? Gue kan lagi ngincer si Yola. Duh, masa elo sih jodoh gue," Jodi menepuk dahinya sambil menggelengkan kepalanya meratapi nasibnya yang malang lantaran dijodohkan dengan Rara.
Akan seperti apa pernikahan yang akan mereka jalani nantinya karena selama ini keduanya terkenal sebagai Tom and Jerry? alamat akan terjadi huru-hara pastinya.
"Heh! Ngapa loe bengong? Jangan bilang loe lagi ngayal bakalan jadi laki gue!" sentak Rara yang kesal melihat ekspresi wajah menyebalkan Jodi.
"Astaghfirullah aladzim, loe jangan kelewat pede ngapa sih! Riko boleh deh rabun matanya die bisa naksir sama elo tapi gue, sorry di mori," Jodi menatap sinis ke arah Rara sambil menoyor kepala Rara.
"Asembarangan loe! Emangnya loe gak lebih baik nasibnya ketimbang gue? Naksir Yola dari kapan tau tapi kagak pernah di terima. bleee..." Rara menjulurkan lidahnya membalas dan meledek Jodi.
"Deh, ngaca dong! emang nya kapan si Riko nembak loe jadi ceweknya? Lagian biar jelek gini juga gue pernah ya pacaran, kagak kayak elo. Jomblo abadi!" sembur Jodi dengan aneka rentetan kalimat pedasnya, dan dengan bangganya memamerkan status dirinya yang pernah pacaran, bukan seperti Rara.
"Wah, iya bener loe pan emang mantan nye si dinasaurus." Rara menimpali seraya mempelesetkan nama mantan pacar Jodi yang bernama Dina.
Mendengar nama Dina disebut oleh Rara membuat suasana hati Jodi memburuk. Ya, sosok Dina selama ini memang paling getol mendekati Jodi sehingga terpaksa dia menerima perasaan Dina dengan syarat hanya mencoba pacaran selama sebulan. Hasilnya, Jodi kesal luar biasa karena Dina begitu posesif dan naif.
Cukup lama Jodi terdiam hingga dia menyadari kalau Rara sudah tidak berada disampingnya karena beberapa menit lalu baru saja naik angkot untuk pulang ke rumahnya. Hah, kenapa jadi kesal begini ya ditinggal Rara?
***
Keesokan harinya
Dari arah kamar mandi siswi terdengar suara keramaian dan pekikan teriakan seorang siswi berteriak tidak jelas sehingga membuat banyak orang berkerumun di depan kamar mandi siswi hendak mengetahui kejadian apa di dalamnya.
"Buset, itu ada yang kesurupan apa gimana teriak di WC?" seloroh Rosa yang ikut penasaran akan situasi yang sebenarnya terjadi di wc siswi.
"Loe yakin itu suara orang kesurupan? Panggil Bu Solehah, guru agama biar dia yang tanganin," Yola mengusulkan.
"Et deh Bu Solehah tadi gak masuk kelas katanya lagi ada pertemuan guru mapel di sekolah laen," Rara mengeluh.
Tiba-tiba dari dalam kamar mandi keluar Wini dengan ekspresi kepanikan luar biasa, dia celingukan mencari sosok yang sekiranya dia pikir bisa membantu menyelesaikan masalah ini.
"Ra, itu tolongin si Dina lagi di kamar mandi katanya mau bunuh diri!" pekik Wini, sahabat baik Dina setengah berteriak ke arah Rara.
"Haduh! tuh bocah gak bosen apa ngancem mo putusin urat nadinya mulu!" keluh Rara kesal lantaran kejadian ini sudah terjadi lebih dari 3 kali dalam satu bulan ini.
"Heh! Namanya juga cinta mati, jadi akal sehatnya juga mati!" ucap Rosa ketus. Dia sebenarnya juga kesal dengan drama yang dimainkan oleh Dina, tetapi nuraninya tidak tega kalau membiarkan hal buruk menimpa Dina, queen of drama sekolah ini.
"Udah deh Ra, loe coba cari si Jodi biar dia rayu Dina biar gak nekad!" ujar Wini makin panik lantaran mengkhawatirkan kondisi Dina.
Rara memutar bola matanya jengah. Dia sudah terlalu sering disibukkan dengan percintaan Jodi dan Dina yang sepertinya sudah tidak seirama lagi sehingga Jodi sering meminta putus, tetapi berakhir dengan drama seperti ini.
"Loe aja deh yang cari si Jodi, gue males!" Rara enggan selalu berurusan mengenai hal yang sama berulang-ulang.
"Ra, loe yakin enggak bakalan nyesel kalau si Dina nekad terus nasibnya berakhir jadi roh gentanyangan di kamar mandi sekolah?!" bentak Rosa yang setengah sadar menyumpahi Dina.
"Pe'a loe! teman lagi mau bunuh diri loe sumpahin modar!" sewot Rara.
"Iya makanya loe sana gih cari si Jodi!" Wini semakin memaksa Rara agar mau menuruti keinginan Dina mencari Jodi.
"Cinta oh cinta deritanya tiada akhir," sindir Rosa.
"Dasar murid patkay!" sinis Wini.
Akhirnya dengan langkah berat, Rara terpaksa berjalan mencari partner ributnya, Jodi.
Rara pun mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Jodi di setiap sudut sekolah. Tiba-tiba terbesit pikiran nya kalau Jodi sedang berada di lab IPA. Manusia ajaib itu memang selalu tertarik dengan dunia ilmiah.
Untunglah bukan dunia gaib karena Rara akan langsung melambaikan tangan apabila harus berteman dengan mba kunti dan kawan-kawan. Hihihi.
Ternyata dugaan Rara tepat karena ia melihat Jodi sedang asyik menekuni berbagai cairan pada tabung reaksi yang ada di lab IPA. Langkah Rara begitu tergesa-gesa mendekati Jodi.
"Di, loe cepetan gih ke kamar mandi, cewek loe mau bunuh diri lagi!" Rara menyuruh Jodi ketika sudah berada dekat dengannya.
Sejenak Jodi melirik ke arah Rara. "Gue capek Ra," lirih Jodi yang sudah tahu kemana arah pembicaraan Rara.
"Iya loe kan bisa omongin baik-baik sama Dina," nasihat Rara berusaha untuk berkata lemah lembut agar Jodi luluh dan mau menemui Dina
"Selalu Ra, gue selalu bicara baik-baik, tapi hasilnya sama aja, dia kagak ngertiin juga," nada suara Jodi terdengar putus asa.
"Bentar lagi kan kita mau lulusan, baru deh loe mungkin bisa menghindari dia," Rara menepuk bahu Jodi pelan memberi solusi yang sekiranya bisa meluluhkan kekerasan hati Jodi.
"Masih berapa bulan lagi Ra, sementara gue beneran gak ada rasa lagi sama Dina," aku Jodi.
"Jangan sombong loe! nanti kalau pas reunian loe ketemuan sama Dina udah cantik cetar membahana baru nyesek ntar," Rara menoyor kepala Jodi.
"Ra, pacaran yuk?" Jodi menatap Rara dalam jarak dekat dan tanpa sadar menimbulkan desiran dalam hatinya.
"Stres loe ya? Cewek loe mau bunuh diri gara-gara gak mau diputusin eh loe malah nembak gue!" bentak Rara sambil menjewer telinga Jodi.
"Justru itu biar Dina gak mau lagi sama gue makanya kita jadian. Loe kan nyeremin jadi dia gak bakalan berani marah sama loe." Jodi cengengesan menggoda Rara.
"Loe segitu putus asa nya apa selalu di tolak sama Yola terus maksa gue buat jadian cuman biar mantan loe menjauh?!" cibir Rara sebal karena merasa hanya dipermainkan saja oleh Jodi
"Tak ada akar rotan pun jadi," ucap Jodi santai.
"Suwe loe dasar!" Rara emosi.
"Ampun Ra, ampun..." Jodi memegangi telinga nya yang memerah karena di jewer dengan kencang oleh Rara.
"Udah deh loe sana temuin Dina biar gue kagak kesalahan kalo itu bocah kenapa-napa," kali ini Rara menarik tangan Jodi agar mau menemui Dina.
Jodi tidak melewatkan kesempatan ini untuk merangkul Rara sepanjang perjalanan menuju ke arah Dina. Modus yang sempurna.
Sementara Rara menahan rasa risih demi menyelamatkan Dina yang ia khawatirkan gelap mata memutuskan urat nadinya.
Mendekati arah kamar mandi barulah Rara melepaskan diri dari Jodi dan mendorongnya ke arah Dina.
Dengan langkah gontai Jodi menuju salah satu ruang kamar mandi di mana sudah terdapat Wini dan beberapa temannya di depan pintu.
Tok tok tok
"Din, buka pintunya..." Jodi mengetuk pintu kamar mandi, seraya memanggil nama Dina.
Mendengar suara pujaan hatinya, Dina menghentikan jerit tangisannya. Dia mulai menyeka air matanya, lalu membuka pintu.
Cklek
"Jodi! Aku sayang kamu! Jangan putus, please!" Dina yang tadi terisak tangis langsung menghamburkan pelukan ke arah Jodi.
Jodi merasa risih dengan perlakuan Dina yang berlebihan di hadapan banyak temannya. Hal yang sudah terjadi berulang-ulang.
"Din, please, hubungan kita tuh udah gak sehat karena isinya cuma berantem gak jelas" Jodi masih mencoba memberi pengertian kepada Dina.
"Gak mau!! Gak akan pernah ada kata putus!" tolak Dina sambil meraung-raung dan menghentakkan kakinya.
"Terserah. Gue udah dijodohin dari kecil jadi udah pasti gue bakalan nikah sama cewek lain." Jodi mengutarakan alasannya.
Dina membelalakkan matanya mendengar pengakuan Jodi kalau kekasihnya itu telah dijodohkan sejak kecil. Tubuhnya langsung lemas seketika sehingga dia pingsan dan membuat Jodi terpaksa membawanya ke ruang UKS.
"Kenapa lagi dah itu si Dina?" Rosa kepo melihat Jodi beserta Wini dan Wini kepayahan menggotong tubuh lemah Dina.
"Iya kenapa dia ampe kelenger gitu?" Siska ikutan kepo.
Rara yang melihat Jodi tergopoh-gopoh menggotong Dina ke ruang UKS mulai menebak kalau Jodi pasti mengatakan hal yang buruk kepada Dina.
Tak mampu menahan rasa penasarannya akhirnya Rara mendatangi ruang UKS dimana tempat Dina mendapatkan perawatan.
"Di, kenapa lagi si Dina?" nada suara Rara agak berbisik khawatir mengganggu anggota PMR yang sedang memeriksa kondisi Dina.
"Dia enggak bisa terima kenyataan," ucap Jodi jujur.
"Loe mah orang lagi depresi mau bunuh diri bukannya di tenangin," Rara menoyor kepala Jodi.
"Udah terlanjur Ra, biarin aja dia sekalian lupain gue," Jodi bersikeras.
"Kejam loe ternyata ya," Rara geleng-geleng kepala.
"Biar kenyataan itu pahit, tapi lebih baik daripada gue kudu pura-pura terus jadi pacar dia," ungkap Jodi.
"Yasalam, loe jarang bener nye ngapa soal perasaan tumbenan loe bisa tegas begini." Rara takjub dengan pernyataan dari Jodi.
"Gue juga kagak ngerti tapi kenapa rasanya kek anak durhaka kalo gue masih pacaran sementara orang tua kite udah jodohin kite dari kecil," cicit Jodi.
"Hust, awas tembok pun mendengar omongan loe barusan," Rara memukul lengan Jodi karena kesal dengan ucapan Jodi.
Ruangan kelas XII Sos 1 terasa hening lantaran sedang berlangsung ulangan harian Akuntansi. Pak Kalu sejak tiga puluh menit yang lalu seperti biasanya sejak awal membagikan lembar jawaban selalu berkeliling memeriksa keadaan semua siswa. Ia memfokuskan perhatiannya kepada Rara yang terlihat merapihkan alat tulisnya. "Kamu sudah selesai?" tanya Pak Kalu, guru akuntansi yang juga termasuk guru senior di sekolah Rara. Dia langsung mengambil kertas jawaban Rara. Sekilas lembar jawaban itu dia baca dan hasilnya, semua jawaban Rara benar. "Belum Pak," kelit Rara spontan menutupi kertas jawaban yang sayangnya telah lebih dulu di ambil oleh Pak Kalu. "Belum apanya? ini sudah selesai semua kok. Sudah kamu keluar kelas terus diam-diam ke perpustakaan saja biar tidak ramai kelas ini," ucap Pak Kalu menyuruh keluar sambil membaca keseluruhan kertas jawaban milik Rara. "Pak, saya disini aja deh, iseng Pak sendirian disana," pinta Rara menolak dan bersikeras ingin
Hasil keputusan bersama adalah pemberian skorsing selama 3 hari kepada Rara dan seminggu kepada Dina, Wina, Wini dan Sindi. Hukuman ini agak ringan mengingat mereka sudah kelas XII yang sebentar lagi akan menempuh ujian nasional. Tetapi, selama hukuman berlangsung Lala meminta para orang tua pro aktif setiap harinya melaporkan kegiatan mereka selama di rumah melalui video call untuk memastikan kalau pemberian skorsing memang dipergunakan sebaik mungkin untuk memperbaiki diri di rumah dalam bimbingan orang tua masing-masing. "Din, Mama enggak mau ya kamu ada masalah lagi sama si Rara," ucap Deasy berbisik kepada Dina setelah keluar dari ruang BK. "Halah, Mama kenapa sih? Malu Dina lihat Mama tadi kayak kerupuk kena air, langsung melempes ketemu Enyak nya si anak kampung," sindir Dina masih menyisakan emosi. "Husstt! Bahaya besar kalau kamu berani sama keturunannya Kong Ji'i." Deasy kewalahan menjelaskan kepada Dina. Peringatan Deasy tak dihiraukan oleh
Sesuai ketentuan yang diberikan oleh Lala selaku guru BK yang meminta laporan kegiatan selama masa skorsing akhirnya Rara berinisiatif mengisi hari-harinya dengan membantu Halimah menjadi kasir di warungnya yang berada di seberang rumahnya. Sejak pagi ia telah semangat merapihkan dan membersihkan semua barang dagangan sehingga tertata lebih rapih dan bersih. "Masya Allah... Enyak jadi ngerasa berkah loe bantuin begini," ucap Halimah ketika menghampiri Rara. "Ah, Enyak kayak kagak pernah aje aye bantuin," ucap Rara merengut. "Iya biasanya loe pan sibuk bener di sekolah," sahut Halimah. Setelah memastikan kalau Rara sudah siap untuk melayani pembeli berbekal label harga yang sudah diberikan pada setiap barang di warungnya, Halimah pulang ke rumah untuk memasak. *** Sementara itu, di rumah Rara sudah ada Rojak dan Rodiah yang hendak bertamu. Mereka sudah menghubungi Beni sebelumnya. "Assalamualaikum," Rojak mengucapkan sal
"Yola kenapa ya, kok dia mendadak menghindari gue?" curhatan Jodi yang selalu ia tanyakan setiap bertemu Rara di sekolah. "Cocok lah sama nama elo, Jodi. Jodoh di tinggal pergi. Hahaha." Rara tertawa jahat. Ck, istri apaan tuh suami sengaja mancing nyebut nama cewek lain malah dia ketawain? cemburu kek biar usaha gue ada hasilnya, batin Jodi kesal karena umpan nya tidak di terima Rara sesuai harapannya. Dua minggu sudah mereka menikah tetapi karena masih sekolah dan sama-sama tidak ingin dikeluarkan dari sekolah, maka keduanya bersikap seperti biasanya. Mereka sepakat untuk merahasiakan pernikahan mereka dari siapapun, termasuk sahabat terdekat mereka. "Ra, nanti kita ambil buku nikah ke KUA, yuk? Babeh bilang katenye udah jadi," ajak Jodi. "Gue sibuk," jawab Rara singkat. "Sibuk apaan sih loe? Bentaran doang kok," Jodi merajuk layaknya anak kecil minta diberikan jajan. Rara memang masih menyembunyikan kalau selain sekolah ia j
Bel pertanda waktu pulang yang sangat dirindukan oleh para siswa telah berbunyi. Wajah penuh lelah setelah berkutat dengan pelajaran dan deretan tugas merasakan kebahagiaan mendengar nya.Tak sampai satu menit setelah guru yang mengampu mata pelajaran terakhir melangkah keluar kelas, Jodi dengan gerakan super kilat menuju kelas Rara.Rencana pun sudah ia atur agar Dodit, sahabatnya membawa pulang motor milik Rara agar ia bisa mengajak Rara ke KUA.Sementara sosok jelita yang menggoda iman dan takwa Jodi baru saja terlihat keluar dari kelasnya. Rara tidak menyadari keberadaan Jodi yang sejak tadi tersenyum memandangi nya dari kejauhan.Menyadari kalau Rara hendak berjalan menuju parkiran akhirnya Jodi mengejar nya. Langkah kakinya yang lebar tidak memerlukan waktu yang lama untuk mensejajarkan dirinya dengan Rara."Ra, itu si Jodi ngapa dari tadi ngeliatin loe mulu?" Rosa curiga m
Bersahabat selama belasan tahun hingga berlanjut dengan status menikah dalam usia belia tentu menjadi hal yang sangat tidak di sangka sama sekali oleh Jodi dan Rara dalam mimpi sekalipun. Selama belasan tahun itu pula mereka tidak pernah menghabiskan waktu secara khusus hanya berdua seperti sekarang. Rasa canggung dirasakan oleh keduanya walau sebisa mungkin di tutupi dengan tingkah konyol mereka. Sebagai gadis yang tidak pernah berkomitmen dalam hubungan pacaran Rara nyaris sulit bernafas tatkala tanpa sadar ia harus memeluk punggung Jodi yang iseng sering memainkan rem motornya dalam perjalanan mereka. "Ra, pegangan yang bener biar gak jatoh," ucap Jodi penuh modus untuk mempersempit jarak diantara mereka kini. Rara semakin di buat melty ketika tiba-tiba Jodi bersikap manis menuntun tangannya di tempat keramaian atau menghapus sisa ice cream coklat yang menempel di bibir Rara. "Duh, mau dong jadi ice cream nya," gombal Jodi sambil menghapus
Ketika film sudah selesai dan lampu di dalam gedung bioskop telah nyala kembali akhirnya dengan menahan rasa kesal Rara memercikkan sedikit air mineral yang ia bawa di tas nya ke muka Jodi agar terbangun. "Di, kebakaran! Kebakaran!" pekik Rara sambil memukul keras lengan Jodi agar terbangun dari tidurnya. Dalam kondisi setengah sadar dan mata merah Jodi langsung panik dan menarik tangan Rara, bermaksud untuk menghindari kebakaran. "Ra, lho ini kebakaran dimana api nye?" Jodi yang celingukan baru menyadari tipu muslihat Rara dalam membangunkannya. "Otak loe kebakaran! Besok-besok jangan pernah loe paksa gue nonton lagi kalau di tinggal molor! Tau begini mah gue nonton di rumah aje!" Rara menaikkan suara nya. "Ya Allah, gue tadi beneran tidur?" Jodi mengusap wajahnya, tak percaya dirinya terlelap tidur. Sebenarnya tadi di dalam bioskop Jodi awalnya hanya ingin meredam hasratnya melihat bibir ranum Rara yang menggoda dalam suasana gelap s
Tanpa meminta dan mendapat persetujuan dari Rara pagi itu Jodi dengan penuh percaya dirinya menjemput Rara di rumahnya. Ia bahkan sengaja tidak sarapan terlebih dahulu di rumahnya sehingga membuat Rojak dan Rodiah menggelengkan kepalanya.Dasar bocah kasmaran."Assalamualaikum, eh, elo Jodi, pagi bener kemari. Loe saingan sama ayam berkokok ye? Sarapan nyok?" Halimah terkejut melihat kedatangan Jodi.Sabeni yang sebelumnya mendapat kabar dari Rojak mengenai kedatangan Jodi tak bisa berkutik untuk menolak kehadiran menantunya itu. Kalau sudah seperti ini Sabeni hanya bisa berharap Rara tidak mudah takluk oleh Jodi. Cukup menantunya saja yang bucin, Rara jangan."Ah, Enyak gak usah repot-repot." Jodi merasa sungkan mendapat tawaran sarapan bersama keluarga Rara pagi ini."Kagak repot kok ini pan sekalian kite sarapan bareng." Halimah menanggapi santai."Rara nya ada Nyak?" tanya Jodi tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya karena tidak melihat