"Heh, Roro Jonggrang! Loe kagak salah abis ujan malah jajan es?!" Jodi berdecak dengan pilihan jajanan Rara.
"Sirik aja loe! Itu banyak juga yang pada jajan kagak ada yang loe protes!" sembur Rara tak terima saran Jodi.
"Emang percuma gue ngomong sama loe." Jodi kesal dan berlalu meninggalkan Rara.
Dua orang anak remaja itu, tidak pernah akur saat bertemu. Selalu saja ada perdebatan di antara mereka. Bahkan hal kecil, bisa mengakibatkan mereka bertengkar atau berselisih, seperti saat ini.
Jodi menegur Rara saat gadis itu membeli es saat langit tengah mendung dan gelap, lebih tepatnya tadi pagi hujan turun cukup deras, untung saja satu jam lalu telah berhenti membuat aktifitas siswa tidak terganggu.
Begitu banyak yang mengantri untuk membeli es, mengingat saat ini adalah waktu istirahat membuat semua siswa memilih segera masuk ke dalam kantin dan membelanjakan seluruh uang jajan mereka, termasuk Rara, sejak tadi pagi ia mengikuti 2 mata pelajaran yang menguras waktu serta pikiran.
Hal itu pula yang dilakukan oleh Rara yang sejak 5 menit lalu mengantri jajan es bubur sum-sum di gerobak Mang Acep.
Entah mengapa Jodi tergelitik untuk mencegah Rara ikutan mengantri membeli es bubur sum-sum yang ia tahu salah satu jajanan kesukaan Rara. Ada sedikit kekhawatiran dalam pikiran Jodi kalau Rara akan sakit kalau membeli es dalam kondisi dingin seperti ini. Ah, kenapa juga gue mikirin si Roro Jonggrang? batin Jodi mempertanyakan sikapnya sendiri.
"Rara jajan apaan?" sapa Riko dengan senyuman nya yang luar biasa manis dan bikin klepek-klepek hati Rara. Semoga saja setelah ini Rara tidak terkena diabetes.
"Eh ini... es bubur sum-sum." Rara mendadak memakan jajanannya dengan perlahan. Siapa juga yang tidak merasa canggung mendapatkan perhatian dari sang ketua kelas baik hati, tidak sombong dan rajin menabung seperti Riko?
"Enak tuh kayaknya," goda Riko memperhatikan jajanan milik Rara sekaligus menyadarkan Rara dari lamunannya.
"Kamu mau nyobain?" tanya Rara, bermaksud basa-basi menawarkan dan tanpa sadar ia telah menyendok untuk dirinya dan tanpa di sangka Riko langsung melahap isi sendok dari tangan Rara.
Tindakan manis Riko sontak tanpa dia sadar membuat Rara bersemu kemerahan wajahnya. Menyadari perubahan pipi merona Rara justru membuat Riko menjadi gemas.
"Riko! Loe enggak ngeri rabies makan bekas sendok nya si Roro Jonggrang?!" pekik Jodi yang tiba-tiba muncul dari depan pintu kelas.
"Loe tuh ngapa ngefans banget sama gue ampe apa aja yang gue lakuin di komentarin?" ujar Rara ketus, sambil melengos.
"Aku belum pernah makan jajanan yang Rara makan," aku Riko yang memang tidak pernah memakan bubur sumsum sebelumnya.
"Horang kaya mana kenal jajanan rakyat jelata," ledek Jodi.
Riko memang berasal dari keluarga kaya dan itu terlihat dari semua barang branded yang ia kenakan. Dulu ketika mereka masih SD dan Riko sebagai siswa baru, awal kehadirannya banyak menimbulkan pertanyaan mengapa ia memilih sekolah di tempat biasa seperti mereka, tapi Riko hanya bilang kalau ia lebih nyaman berteman dengan mereka.
"Mau lagi boleh gak?" Riko tergiur untuk kembali memakan jajanan yang sedang di makan Rara.
"Emang gak apa-apa makan bekas aku?" Rara berkata lirih.
"Ciyeee aku, si Roro Jonggrang ketularan ber aku-kamu... Mau di bawa kemana hubungan kita jika kau terus menunda-nunda..." sindir Jodi sambil bernyanyi tidak jelas yang sebenarnya ungkapan kekecewaannya terhadap Yola karena tidak pernah bisa mesra seperti pasangan di depannya kini.
"Berisik!" Rara melempar Jodi dengan penghapus papan tulis yang kebetulan dekat dengannya.
"Tuh Riko... Lihat kelakuan aslinya, bahaya kalau loe nekat mau sama nih bocah." Jodi semakin terbakar menggoda Rara.
"Jodi kenapa sih ganggu Rara terus?" Yola menyela ucapan Jodi.
"Eh, ada Yola, " Jodi langsung salah tingkah.
"Biarin aja sih double R suap-suapan," Yola melirik ke arah Rara dan Riko.
"Widih iya double R keren juga istilahnya," Jodi cengengesan.
"Yola! kirain mau belain eh ikutan ngeledekin kayak si Jodi," sungut Rara melengos sambil melipat kedua tangannya.
"Udah biarin aja. Eh, ada sisa jajanan tuh di bibir kamu." Riko menenangkan Rara dengan mengalihkan pembicaraan.
"Yasalam, ini sekolah woiii... ngontrak udah yang laen," seloroh Jodi yang meradang karena tidak bisa mesra seperti double R bersama Yola yang cenderung mengindari dirinya semenjak ia memberikan coklat brown queen.
***
Mendung yang menggelayut di kampung Pekapuran tidak menghalangi rencana para warga yang sedang melaksanakan kerja bakti. Warga begitu antusias bahu membahu membersihkan lingkungan mereka demi menyambut perayaan rutin tahunan, tujuh belasan.
"Pak, maaf itu truk nyang angkut semen dan pasir udah datang di depan gang swadaya," Dali memberitahu Pak Joko selaku RT di kampung cinta damai.
"Wah, sudah datang toh? Terimakasih ya Pak Rojak sudah menjadi donatur yang menyumbangkan bahan untuk perbaikan jalan gang kita ini," ucap Pak Joko kepada Pak Rojak yang berada di sebelahnya.
"Ah santai aje, kebetulan stok di material lagi banyak jadi bisa di bawa kemari sedikit lebih." Rojak sang juragan material bangunan merendah.
"Ssstt... kita beruntung ya kampung ini ada Pak Rojak dan Pak Sabeni yang royal," puji Pak Sugeng sambil berbisik ke arah temannya yang berada agak jauh dari Rojak dan Pak RT. Ya, jika Rojak sang juragan toko material bangunan, maka Sabeni sang juragan restoran Saung Hijau juga selalu menyumbangkan makanan bagi para warga yang mengikuti kegiatan kerja bakti.
"Iya ya kira-kira menu makanan dari restoran Pak Sabeni sekarang apa ya?" seloroh Pak Ojan seraya membayangkan santapan lezat di benaknya.
Menjelang sore datanglah mobil catering bertuliskan Saung Hijau dari restoran milik Sabeni sang juragan restoran di kampung Pekapuran terlihat berjalan ke arah tempat para warga yang sedang melaksanakan kerja bakti.
"Woi, Beni alias Sabeni, sibuk amat loe ye ampe kagak sempet setor muka kemari," sapa Rojak yang sedang duduk istirahat di poskamling bersama beberapa warga yang sedang rehat sebentar.
"Iya nih Jak, Alhamdulillah lagi banyak orderan hajatan." Sabeni menghampiri Rojak dan para bapak yang sedang kerja bakti.
"Gimana kabar calon mantu gue?" tanya Rojak setelah jarak duduk mereka berdekatan.
"Yasalam, anak gue masih sekolah udah gak sabar banget loe mau jadiin mantu," seloroh Sabeni sambil tergelak tawa renyah. Perut buncitnya pun terlihat bergoyang mengikuti deburan ombak perut Sabeni, bak penyanyi dangdut yang sedang berjoget.
"Pegimana ya anak loe dari bini loe masih bunting kan emang udah di minta sama enyak gue jadi calon cucu nya entar." Rojak mengenang permintaan almarhumah Enyak Ida yang sudah meninggal tiga tahun silam.
Ucapan Rojak seketika mengingatkan Sabeni akan semua hutang budi dirinya kepada Rojak dan istrinya. Sosok disampingnya kini di masa lalu telah mengulurkan tangannya memberikan bantuan modal saat usahanya hampir bangkrut. Tidak hanya itu saja, ketika Halimah, istrinya yang menderita eklampsia pasca melahirkan langsung koma akhirnya membuat putrinya sempat di asuh oleh Rodiah, istri Rojak.
"Siapa yang dijodohin? Anaknya bang Rojak sama bang Beni bukannya ribut mulu kalau ketemu?" protes Sueb, kang cilor keliling.
"Biasa itu mah... FTV juga gak bakalan rame kalau pemainnya kagak berantem entar ujung-ujungnya juga demen terus kawin." Rojak membela anak dan calon mantu ciliknya.
"Hahaha... Betul loe Sueb, gue juga ampe pusing tu anak gue tiada hari tanpa ngomongin anaknya si Rojak," curhat Sabeni mengenai kelakuan anaknya
"Kagak apa-apa itu namanya anak gue udah nyantol di hati anak loe. Hahaha." sahut Rojak asal diiringi tawa bahagia.
"Nyantol sebagai apa nih? Semoga nanti mereka bisa akur ye... kagak bisa bayangin gue kalau tu anak dua ribut ampe tua kayak gitu. Ckckck." Sabeni menimpali.
"Loe jangan mikir kayak gitu dong Beni..." Rojak tidak sepemikiran dengan Sabeni.
"Pokoknya prinsip gue mah asal anak gue demen sama anak loe ya kita kawinin mereka entar lulus sekolah." Sabeni mencoba memberi pengertian kepada Rojak.
"Bujug buneng... mau ngawinin bocah, entar ngapa tunggu mereka lulus sekolah... udah kebelet mau dikawinin aje," ceplos Sueb yang terkenal sebagai makhluk paling kepo di antara mereka semuanya.
"Et deh Sueb! loe main nyamber aje kayak geledek! kagak rela gue juga bocah masih pake seragam sekolah langsung dikawinin! maksudnya tuh entar lulus sekolah SMA!" gertak Rojak sambil memukul bahu Sueb dengan peci kesayangannya.
"Oohh syukur deh kalau gitu," kali ini Pak Joko yang menimpali.
"Iya, entar anaknya Pak Rojak warisin usaha material nya terus anaknya Pak Sabeni warisin usaha restoran nya, gitu?" Sugeng ikutan menanggapi.
"Serasa orang gedean ye pernikahan bisnis." Dali berseloroh.
Celotehan para warga yang menanggapi perjodohan anak Rojak dan Sabeni membuat mereka menyesal membahas hal tersebut di depan banyak orang yang pasti memiliki berbagai pemikiran berbeda.
Parah nya, mereka tidak menyadari kalau percakapan mereka di dengar oleh kedua orang yang menjadi bahan pembicaraan mereka. Rara dan Jodi yang niatnya ingin meminta maaf kepada babehnya karena pulang terlambat lantaran baru saja selesai mengerjakan tugas Prakarya bersama kelompoknya, kini hanya saling memandang penuh kebencian mendengar rencana perjodohan mereka.
Melalui isyarat mata akhirnya Jodi dan Rara sepakat untuk tidak mendekati Rojak dan Sabeni. Akan seheboh apa jadinya kalau para warga meledek mereka habis-habisan lantaran ternyata sejak kecil sudah ada rencana pernikahan untuk keduanya mengingat bagaimana hebohnya keributan yang keduanya ciptakan setiap kali bertemu dalam kondisi apapun. "Di, pokoknya kite kudu bikin gagal rencana perjodohan kite!" ketus Rara yang masih berjalan beriringan bersama Jodi melewati area gang dekat rumah mereka. "Loe kata gue mau apa ngikutin rencana babeh? Gue kan lagi ngincer si Yola. Duh, masa elo sih jodoh gue," Jodi menepuk dahinya sambil menggelengkan kepalanya meratapi nasibnya yang malang lantaran dijodohkan dengan Rara. Akan seperti apa pernikahan yang akan mereka jalani nantinya karena selama ini keduanya terkenal sebagai Tom and Jerry? alamat akan terjadi huru-hara pastinya. "Heh! Ngapa loe bengong? Jangan bilang loe lagi ngayal bakalan jadi laki gu
Ruangan kelas XII Sos 1 terasa hening lantaran sedang berlangsung ulangan harian Akuntansi. Pak Kalu sejak tiga puluh menit yang lalu seperti biasanya sejak awal membagikan lembar jawaban selalu berkeliling memeriksa keadaan semua siswa. Ia memfokuskan perhatiannya kepada Rara yang terlihat merapihkan alat tulisnya. "Kamu sudah selesai?" tanya Pak Kalu, guru akuntansi yang juga termasuk guru senior di sekolah Rara. Dia langsung mengambil kertas jawaban Rara. Sekilas lembar jawaban itu dia baca dan hasilnya, semua jawaban Rara benar. "Belum Pak," kelit Rara spontan menutupi kertas jawaban yang sayangnya telah lebih dulu di ambil oleh Pak Kalu. "Belum apanya? ini sudah selesai semua kok. Sudah kamu keluar kelas terus diam-diam ke perpustakaan saja biar tidak ramai kelas ini," ucap Pak Kalu menyuruh keluar sambil membaca keseluruhan kertas jawaban milik Rara. "Pak, saya disini aja deh, iseng Pak sendirian disana," pinta Rara menolak dan bersikeras ingin
Hasil keputusan bersama adalah pemberian skorsing selama 3 hari kepada Rara dan seminggu kepada Dina, Wina, Wini dan Sindi. Hukuman ini agak ringan mengingat mereka sudah kelas XII yang sebentar lagi akan menempuh ujian nasional. Tetapi, selama hukuman berlangsung Lala meminta para orang tua pro aktif setiap harinya melaporkan kegiatan mereka selama di rumah melalui video call untuk memastikan kalau pemberian skorsing memang dipergunakan sebaik mungkin untuk memperbaiki diri di rumah dalam bimbingan orang tua masing-masing. "Din, Mama enggak mau ya kamu ada masalah lagi sama si Rara," ucap Deasy berbisik kepada Dina setelah keluar dari ruang BK. "Halah, Mama kenapa sih? Malu Dina lihat Mama tadi kayak kerupuk kena air, langsung melempes ketemu Enyak nya si anak kampung," sindir Dina masih menyisakan emosi. "Husstt! Bahaya besar kalau kamu berani sama keturunannya Kong Ji'i." Deasy kewalahan menjelaskan kepada Dina. Peringatan Deasy tak dihiraukan oleh
Sesuai ketentuan yang diberikan oleh Lala selaku guru BK yang meminta laporan kegiatan selama masa skorsing akhirnya Rara berinisiatif mengisi hari-harinya dengan membantu Halimah menjadi kasir di warungnya yang berada di seberang rumahnya. Sejak pagi ia telah semangat merapihkan dan membersihkan semua barang dagangan sehingga tertata lebih rapih dan bersih. "Masya Allah... Enyak jadi ngerasa berkah loe bantuin begini," ucap Halimah ketika menghampiri Rara. "Ah, Enyak kayak kagak pernah aje aye bantuin," ucap Rara merengut. "Iya biasanya loe pan sibuk bener di sekolah," sahut Halimah. Setelah memastikan kalau Rara sudah siap untuk melayani pembeli berbekal label harga yang sudah diberikan pada setiap barang di warungnya, Halimah pulang ke rumah untuk memasak. *** Sementara itu, di rumah Rara sudah ada Rojak dan Rodiah yang hendak bertamu. Mereka sudah menghubungi Beni sebelumnya. "Assalamualaikum," Rojak mengucapkan sal
"Yola kenapa ya, kok dia mendadak menghindari gue?" curhatan Jodi yang selalu ia tanyakan setiap bertemu Rara di sekolah. "Cocok lah sama nama elo, Jodi. Jodoh di tinggal pergi. Hahaha." Rara tertawa jahat. Ck, istri apaan tuh suami sengaja mancing nyebut nama cewek lain malah dia ketawain? cemburu kek biar usaha gue ada hasilnya, batin Jodi kesal karena umpan nya tidak di terima Rara sesuai harapannya. Dua minggu sudah mereka menikah tetapi karena masih sekolah dan sama-sama tidak ingin dikeluarkan dari sekolah, maka keduanya bersikap seperti biasanya. Mereka sepakat untuk merahasiakan pernikahan mereka dari siapapun, termasuk sahabat terdekat mereka. "Ra, nanti kita ambil buku nikah ke KUA, yuk? Babeh bilang katenye udah jadi," ajak Jodi. "Gue sibuk," jawab Rara singkat. "Sibuk apaan sih loe? Bentaran doang kok," Jodi merajuk layaknya anak kecil minta diberikan jajan. Rara memang masih menyembunyikan kalau selain sekolah ia j
Bel pertanda waktu pulang yang sangat dirindukan oleh para siswa telah berbunyi. Wajah penuh lelah setelah berkutat dengan pelajaran dan deretan tugas merasakan kebahagiaan mendengar nya.Tak sampai satu menit setelah guru yang mengampu mata pelajaran terakhir melangkah keluar kelas, Jodi dengan gerakan super kilat menuju kelas Rara.Rencana pun sudah ia atur agar Dodit, sahabatnya membawa pulang motor milik Rara agar ia bisa mengajak Rara ke KUA.Sementara sosok jelita yang menggoda iman dan takwa Jodi baru saja terlihat keluar dari kelasnya. Rara tidak menyadari keberadaan Jodi yang sejak tadi tersenyum memandangi nya dari kejauhan.Menyadari kalau Rara hendak berjalan menuju parkiran akhirnya Jodi mengejar nya. Langkah kakinya yang lebar tidak memerlukan waktu yang lama untuk mensejajarkan dirinya dengan Rara."Ra, itu si Jodi ngapa dari tadi ngeliatin loe mulu?" Rosa curiga m
Bersahabat selama belasan tahun hingga berlanjut dengan status menikah dalam usia belia tentu menjadi hal yang sangat tidak di sangka sama sekali oleh Jodi dan Rara dalam mimpi sekalipun. Selama belasan tahun itu pula mereka tidak pernah menghabiskan waktu secara khusus hanya berdua seperti sekarang. Rasa canggung dirasakan oleh keduanya walau sebisa mungkin di tutupi dengan tingkah konyol mereka. Sebagai gadis yang tidak pernah berkomitmen dalam hubungan pacaran Rara nyaris sulit bernafas tatkala tanpa sadar ia harus memeluk punggung Jodi yang iseng sering memainkan rem motornya dalam perjalanan mereka. "Ra, pegangan yang bener biar gak jatoh," ucap Jodi penuh modus untuk mempersempit jarak diantara mereka kini. Rara semakin di buat melty ketika tiba-tiba Jodi bersikap manis menuntun tangannya di tempat keramaian atau menghapus sisa ice cream coklat yang menempel di bibir Rara. "Duh, mau dong jadi ice cream nya," gombal Jodi sambil menghapus
Ketika film sudah selesai dan lampu di dalam gedung bioskop telah nyala kembali akhirnya dengan menahan rasa kesal Rara memercikkan sedikit air mineral yang ia bawa di tas nya ke muka Jodi agar terbangun. "Di, kebakaran! Kebakaran!" pekik Rara sambil memukul keras lengan Jodi agar terbangun dari tidurnya. Dalam kondisi setengah sadar dan mata merah Jodi langsung panik dan menarik tangan Rara, bermaksud untuk menghindari kebakaran. "Ra, lho ini kebakaran dimana api nye?" Jodi yang celingukan baru menyadari tipu muslihat Rara dalam membangunkannya. "Otak loe kebakaran! Besok-besok jangan pernah loe paksa gue nonton lagi kalau di tinggal molor! Tau begini mah gue nonton di rumah aje!" Rara menaikkan suara nya. "Ya Allah, gue tadi beneran tidur?" Jodi mengusap wajahnya, tak percaya dirinya terlelap tidur. Sebenarnya tadi di dalam bioskop Jodi awalnya hanya ingin meredam hasratnya melihat bibir ranum Rara yang menggoda dalam suasana gelap s