Share

Bab 41

Author: SashiArumi
last update Last Updated: 2024-03-02 20:27:55

"Mau ke mana?" tanya Ana pada sang suami yang beranjak dari tempat tidur, padahal pria itu sudah memakai piyama. Padahal tadi berkata mau segera tidur karena badan yang mulai lelah.

"Ruang kerja kakek, barusan di chat suruh ke sana." Arjuna menggoyang-goyangkan ponselnya seraya tersenyum miring. Dipandangi lekat wajah istrinya. "Kenapa?"

"Tanya aja." Ana mengedikkan bahu, tahu jika sebentar lagi sang suami pasti menggodanya. Terkadang pria itu mudah dibaca. Apalagi kalau perkata seperti ini, rautnya terlalu kentara.

"Yakin? Atau ...." Arjuna mengetukkan jari telunjuk ke dagu, seakan berpikir keras. "Kamu ngga mau aku tinggal?"

Nah, 'kan! Sisi lain Arjuna yang mulai muncul.

"Sudah cepat pergi, kasihan kakek mengunggu." Ana membuat gerakan seolah mengusir suaminya. Dia pun menarik selimutnya sampai sebatas leher. "Aku tidur dulu, ya."

"Dasar! Istri macam apa kamu? Dan seandainya kamu lupa, ini kamarku," gerutu Arjuna.

"Sudah pergi sana, kasihan kakek menunggu terlalu lama."

Pria itu lan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 42

    Hubungan Arjuna dan Ana semakin dekat, meski perdebatan masih saja mewarnai hari mereka. Setidaknya tak ada lagi saling mendiamkan, mereka selalu berusaha menyelesaikan masalah supaya tak berlarut-larut.Seperti pagi ini, Arjuna yang tengah sibuk mencari dasi agar serasi dengan kemejanya hanya bisa pasrah mendengar omelan sang istri sejak tadi. Perempuan yang mulai mengambil hatinya itu tak lagi gengsi menunjukkan kecerewetannya."Makanya habis subuh jangan tidur!" gerutu Ana sembari mencari benda yang dibutuhkan suaminya. Paginya yang indah berantakan gara-gara kekacauan yang dibuat Arjuna.Tak berhenti di sana, Ana terus saja menggerutu dengan tangan yang masih bekerja."Harus banget, ya, cari dasi yang serasi?""Pakai yang lain saja!""Kita bisa telat! Tau gitu aku bareng Mas Yuda saja!"Kalimat terakhir langsung membuat Arjuna menatap tajam sang istri, yang berada di sampingnya untuk membantu mencari dasi. Tentu saja diselingi omelan tiada henti.Oke, dari tadi dia memang biasa sa

    Last Updated : 2024-03-03
  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 43

    Suasana berubah canggung ketika dua pasang manusia itu berada dalam mobil. Arjuna yang menyetir mobil, sesekali melirik ke samping, tempat istrinya duduk seraya menatap ke jendela. Jelas sekali wanita itu tengah menghindarinya!Ingatannya kembali pada kejadian tadi pagi, mereka yang akan melakukan sesuatu lebih jauh, dikagetkan oleh bunyi ketukan pintu. Hingga menyebabkan mereka langsung membuat jarak, salah tingkah. Meskipun ini bukan yang pertama untuk Arjuna, tapi sensasinya berbeda. Apa ini gara-gara status halal mereka?"Berhenti di situ saja." Ana menunjuk halte yang berjarak beberapa meter dari kantor."Ngga! Turun di parkiran aja!""Biasanya turun disitu, nanti banyak yang tau.""Memangnya kenapa kalau banyak yang tau? Sudahlah kita turun bersama di parkiran. Toh, banyak yang tau pas pulang bareng," ucap Arjuna panjang lebar tak mau kalah.Ana menghela napas panjang, berdebat dengan suaminya selalu menguras energi. "Bukankah kita sepakat, untuk sementara ngga membuka hubungan

    Last Updated : 2024-03-03
  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 44

    Arjuna melirik kesal sang sahabat yang sejak tadi menatapnya lalu tertawa. Begitu terus dari pagi sampai kini menjelang pulang kantor. Bahkan tadi dia sampai memilih makan siang sendirian, daripada terus direcoki sang sahabat. Ya, seseorang yang mengganggunya tadi adalah sahabatnya sendiri, Revan.Masih jelas di ingatannya, bagaimana raut Revan terlihat bodoh ketika mengetahui keberadaan Ana di mobilnya, bahkan pria itu masih melongo saat istrinya pamit pergi lebih dulu.Lantas setelah kembali mendapatkan kesadaran, Revan terus saja mencecarnya dengan rasa penasaran tinggi. Tentang apa sebenarnya hubungan antara dia dan Ana?Bagaimana bisa mereka semobil berdua?Sejak kapan hubungan mereka semakin dekat? Karena Revan berpikir dia masih proses pendekatan."Jadi gimana Ana? Apa yang kalian lakukan tadi?" Revan menaik-turunkan alisnya. "Ngga ngapa-ngapin," jawab Arjuna tanpa menatap sahabatnya."Halah, jangan ngeles deh! Tadi gue berhenti lama di belakang mobil lo. Serius masih mau nyan

    Last Updated : 2024-03-04
  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 45

    [Kamu pulang sama Mas Yuda dulu, ya hari ini. Aku ada urusan sebentar.][Urusan apa?] balas Ana seraya berjalan ke tempat parkir. Tidak menunggu lama dia langsung mendapat balasan.[Adalah. Nanti aku ceritakan. Kamu ngga marah, kan?]Marah? Jelas saja dia marah. Arjuna sendiri yang berkata kalau mereka akan pulang bersama. Namun, dia malah disuruh bareng Yuda.Bukannya apa, hanya saja dia jadi mempertanyakan perasaan pria itu, apa pria itu benar-benar serius dengannya? Kenapa dengan mudah Arjuna menyuruhnya pulang dengan orang lain?Padahal biasanya Arjuna akan marah-marah jika dia bersama Yuda. Namun, ini belum lama dari mereka memutuskan memulai semua dari awal, dia malah rasanya disuruh menjauh.Yuda yang bersandar pada mobil, menegakkan tubuh begitu menangkap keberadaan Ana. "Sudah siap?" tanyanya saat perempuan itu telah berada di hadapannya."Iya, Mas." Ana membuka pintu penumpang. Memasang seatbelt, dia mencoba membuang pikiran tentang Arjuna meski rasanya sulit."Ada masalah?

    Last Updated : 2024-03-04
  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 46

    Yuda tahu ada yang tidak beres dengan wanita di sampingnya. Apalagi setelah dia sempat melihat Arjuna dan Rena masuk dalam kafe bersama. Hal yang semakin memperkuat dugaannya.Namun, dia sudah bertekad untuk tidak ikut campur. Meskipun rasanya dia gatal ingin menghibur Ana."Kamu mau ikut masuk?" tanya Yuda begitu mobil berhenti di depan toko kue.Ana mengangguk. Ya, siapa tahu dengan melihat aneka kue bisa membuat mood-nya membaik. Bukankah kata orang, makanan adalah satu hal yang bisa memperbaiki suasana hati?Meskipun dia tidak tahu teori itu benar atau salah, tapi tidak ada salahnya mencoba 'kan?Baru saja berada di depan pintu, bau harum khas kue yang sedang di panggang membuat Ana ingin segera melihat ke dalam, dan mencicipi kue yang dari luar tampak rapi disusun dalam etalase."Tempat ini juga langganan Pak Barata," ujar Yuda seraya membukakan pintu untuk Ana."Terima kasih.""Aku ke kasir sebentar, menanyakan pesanan Mbak Yuli sudah selesai apa belum. Kamu pilih saja mau yang

    Last Updated : 2024-03-04
  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 47

    Butuh waktu lama keduanya berada di perjalanan mengingat jam pulang kerja penuh dengan kendaraan. Dan akhirnya Yuda memberhentikan mobilnya di depan rumah minimalis bercat biru muda. Dia hanya berniat mengantar kue, bukan mampir jadi tak perlu memasukkan mobil ke halaman."Biar aku bantu." Ana keluar dari mobil, setelah melihat Yuda kesusahan membawa beberapa kantong plastik. Sepertinya Yuli tipe orang yang suka merayakan sesuatu dengan banyak orang. "Tidak usah." Yuda menggeleng. Masih mencoba mengatur barang-barang di tangannya agar tak sampai terjatuh. Bisa panjang urusannya jika ada kue yang rusak. Pasti kakaknya akan mengomel panjang lebar.Berdecak kecil, Ana tidak mengindahkan larangan Yuda. Justru tangannya bergerak hati-hati agar tidak sampai bersentuhan dengan kulit Yuda, Ana merebut benda yang berada di tangan pria itu. Bukannya apa, bersentuhan dengan Arjuna saja dia merasa belum sepenuhnya nyaman, apalagi laki-laki lain.Yuda yang kaget dengan gerakan Ana, hanya mampu me

    Last Updated : 2024-03-05
  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 48

    "Ana sudah lama kerja bareng Yuda?" Yuli menatap wanita yang duduk di depannya. Terus terang saja, dia agak terkejut. Adiknya yang selama ini hanya tahu kerja, kerja dan kerja. Tiba-tiba dia mendapati ada wanita yang sudah tiga kali didapatinya bersama sang adik."Bukan kerja bareng, Mbak. Kita satu tempat kerja tapi beda divisi.""Mbak tanya Ana bukan kamu," ujar Yuli kesal.Menepuk pundak adiknya, Doni tertawa kecil. "Maaf, Da. Entah mengapa Mbak-mu ini sekarang jadi gampang marah.""Ini namanya hormon kehamilan," bela Yuli tidak terima."Lama-lama aku kasihan sama hormon. Selalu saja kamu jadikan kambing hitam.""Emang itu kenyataannya!" Yuli mencubit perut suaminya, kesal."Sudah-sudah, ngga enak sama Ana kalau Mbak sama Mas berdebat terus," kata Yuda mencoba menengahi.Ana yang langsung menjadi pusat perhatian, tersenyum tipis. Lagipula apa lagi yang bisa dia lakukan selain tersenyum? Ikut perdebatan ketiga orang di depannya? Jelas tidak mungkin.Ngomong-ngomong soal posisi duduk

    Last Updated : 2024-03-05
  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 49

    Ana memincingkan mata, kala mobil yang dikendarai Yuda sudah melewati gerbang rumah keluarga Wijaya. Di sana, di teras yang luas Arjuna tengah bersandar pada salah satu pilar besar.Dari jarak yang tak terlalu dekat saja dia tahu jika Arjuna tengah marah. Ya, tak mungkin suaminya menyambut kedatangannya dengan marah setelah dia mencari gara-gara.Baiklah Ana, siapkan dirimu untuk menghadapi pria yang sepertinya tengah marah itu. Perdebatan panjang akan dimulai, tapi untuk kali ini dia tak mau mengalah.Enak saja! Masak sudah dibohongi masih mengalah, bodoh sekali dirinya jika seperti itu."Makasih, Mas." Ana turun dari mobil, dia kira Yuda akan langsung pulang, tapi pikirannya salah. Pria itu justru ikut turun bersamanya.Dia berusaha mencegah dengan mendelik pada Yuda. Namun, usahanya sia-sia. Dia sama sekali tidak diindahkan, yang ada Yuda layaknya orang yang siap menerima amarah Arjuna."Dari mana kalian?" Tidak ada bentakan dari suara itu. Hanya saja aura dingin dan nada datar Arj

    Last Updated : 2024-03-05

Latest chapter

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 73

    Ada pertemuan, ada perpisahan. Bukankah itu siklus kehidupan?Dan sekarang Arjuna berada dalam fase tersebut. Setelah satu bulan lalu mereka bertemu dengan putra yang selama sembilan bulan berada di kandungan Ana, saat ini mereka harus mengalami perpisahan dengan sosok tercinta.Ya, tepat pukul enam pagi tadi Barata yang kemarin penuh suka cita menyambut sang cicit, kini lebih dulu meninggalkan dunia. Laki-laki tua yang yang diberi kepercayaan Arjuna untuk memberi nama pada keturunan Wijaya tersebut, mengembuskan napas terakhir setelah dirawat di rumah sakit selama tiga hari akibat sakit jantung yang dideritanya.Tak ada yang meyangka, laki-laki yang tampak sehat hingga setiap hari menyempatkan waktu menggendong sang cicit telah pergi untuk selamanya. Meninggalkan banyak kenangan bagi orang-orang yang mengenalnya, terutama Arjuna."Hubungan kami bahkan baru membaik."Ana mengusap punggung sang suami yang belum mau beranjak sejak tadi. Setia berjongkok di samping makam salah satu orang

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 72

    "Udah, jangan nangis." Ana meringis karena bukannya mereda, tangis sang suami malah semakin keras. Pelukan di tubuhnya pun semakin erat. Dia merasa sesak, tapi sebaik mungkin menahannya agar sang suami tak bertambah sedih.Setengah jam berlalu, Arjuna masih terus mendekapnya sambil menggumamkan kata maaf yang tak terhitung jumlahnya. Padahal Ana merasa dirinya baik-baik saja. Entah kenapa setelah bayinya lahir, ketenangannya pun kembali. Dia jadi bisa berpikir lebih jernih, tak lagi menggunakan emosi berlebih.Ya, tepat dua jam lalu dia berhasil melahirkan putranya dalam keadaan sehat dan tanpa kurang satu apapun. Dia bersyukur untuk itu. Sangat.Masalahnya, laki-laki dalam pelukannya itu tak henti mengutuk dirinya sendiri karena tidak menemaninya kala berjuang di antara hidup dan mati. Suaminya yang kemarin pergi ke Surabaya, datang setelah anak mereka lahir ke dunia. Arjuna tidak mendapatkan penerbangan tercepat, sementara dia yang merasakan kontraksi dini hari tadi mengalami proses

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 71

    Arjuna merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku, lalu memijat tengkuk hingga bahunya sendiri. Satu bulan sudah dia menjadi pemimpin hotel atas amanah sang kakek. Baru saja dia bersiap pulang dengan merapikan meja serta memilih apa-apa saja yang akan dibawa pulang. Pintu ruangannya tiba-tiba terbuka, tanpa diketuk dulu.Protes yang akan Arjuna layangkan terpaksa ditelan kembali sebab perasaannya langsung tak enak. Wajah panik dan khawatir Yuda lah yang menjadi alasan. "Ana masuk rumah sakit, dia terpleset di kamar mandi."Satu kalimat yang menyebabkan tubuh Arjuna menegang. Wajahnya pucat seakan tidak ada darah yang mengalir di sana, bahkan bibirnya tak bisa diajak bekerja sama untuk menanggapi Yuda. "Ayo kita ke rumah sakit, Mas."Entah mendapat kekuatan dari mana, Arjuna berdiri dan berjalan cepat keluar dari ruangannya. Sampai-sampai Yuda pun tampak kesulitan mensejajarkan langkah. Hampir saja tangan Arjuna menyentuh pintu mobil, tapi sebuah tangan lebih dulu menahannya."Biar

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 70

    "Belum tidur?""Kebangun. Mas belum tidur?"Ana merapikan rambut sang suami yang mulai memanjang, tangannya terulur bermaksud menghilangkan kerutan di kening Arjuna. Saat-saat seperti inilah yang dia rindukan. Saling tatap tanpa ada suara apapun. Tenang dan menyenangkan.Dulu awal-awal hubungan mereka membaik, hal seperti itu terjadi setiap hari. Bahkan melakukan pillow talk bisa sampai satu jam lebih. Namun, sekarang? Boro-boro membicarakan keseharian, Arjuna menanggapi ceritanya tanpa tertidur itu saja sudah bagus.Dia tahu beban sang suami semakin besar, tapi entah kenapa justru dirinya yang belum siap. Kedekatan mereka baru terjalin, tak rela rasanya harus kembali berjarak.Memang benar cinta ada di antara mereka, tapi jika tidak dipupuk bukankah akan pudar?Dan baginya komunikasi dan pertemuan adalah salah satu cara menjaga cinta. Sepertinya dia bukan orang yang betah menjalin hubungan jarak jauh. Apalagi ditambah moodnya yang belakangan naik turun, menyebabkan kekesalannya gampa

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 69

    Ana menjatuhkan tubuhnya pada tempat tidur, lalu menutupnya dengan selimut hingga kepala. Mengabaikan gerah yang melanda, dia tetap menutup mulut meski berulang kali sang suami mengajak bicara."Maaf, An."Masih tidak ada tanggapan dari Ana menyebabkan Arjuna mengacak kasar rambutnya. Siapa yang menyangka acara perpisahan dengan Rena justru membuat sang istri salah paham.Apalagi sikap Ana yang menjadi aneh. Jika biasanya sang istri menghadapi Rena dengan tenang, tadi justru tak malu menunjukkan amarah secara langsung. Bahkan sampai meninggalkannya lebih dahulu tanpa peduli hal ini menimbulkan pertanyaan para pekerja."Sayang, aku bisa jelasin.""Kalau buat salah baru manggil sayang," gerutu Ana."Jadi kamu maunya dipanggil sayang terus?" tanya Arjuna yang menganggap sikap sang istri sangat menggemaskan. Telunjuknya pun mulai mengetuk-ngetuk punggung sang istri. "Kamu bisa jatuh kalau bergerak terus.""Makanya jangan sentuh!""Ngga bisa, aku kangen."Kalimat itu berhasil memancing Ana

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 68

    "Baru pulang?""Hmm," jawab Arjuna singkat."Bisa kita bicara? Sebentar saja, tolong."Mudah bagi Arjuna menolak ajakan itu, toh dia tak lagi peduli dengan Rena. Sayangnya sudut hatinya tergerak saat melihat wajah sendu perempuan itu.Bukan, dia bukan luluh hanya saja keputusasaan yang tergambar di raut itu menjadikannya memenuhi keinginan Rena. Tanpa banyak berpikir pun dia tahu jika mantan kekasihnya seolah tengah menanggung beban yang sangat berat. "Di belakang."Setelah mengucapkan itu, Arjuna melangkah lebih dulu. Mencoba tak menghiraukan tatapan penasaran para pekerja, dia terus berjalan ke arah taman belakang. Setidaknya di tempat itu lebih aman sebab di dapur masih banyak pelayan yang tengah bersantai."Kalian tetap di tempat!" perintah Arjuna begitu orang-orang yang dilihatnya berdiri, tampak akan meninggalkan meja bundar yang terdapat di dapur."Ba–baik, Tuan," jawab Eka sembari menunduk. Namun, sesudah majikannya pergi langsung berkasak-kusuk dengan yang lain. "Kira-kira me

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 67

    Pandu menggeleng. "Tentu saja tidak, tapi Pak Ari terus saja datang sampai akhirnya ayah luluh dan memaafkannya.""Lalu kenapa ayah tidak meminta dibebaskan? Meminta nama baik ayah diperbaiki.""Entah lah." Pandu mengedikkan bahu. "Ketika mendengar cerita Pak Ari tentang bagaimana dia tertekan karena menjadi menantu Pak Barata, dan juga bagaimana istri pria itu menuntutnya macam-macam, ayah jadi tidak tega."Ana mendengkus kencang. "Ayah suka ngga tegaan!""Dan maaf sudah menurunkan sifat itu pada kamu." Pandu tertawa melihat anaknya cemberut.Dia masih ingat bagaimana Ana bercerita tentang sifatnya yang mudah tidak tega itu begitu menyulitkannya. Namun, meski begitu Ana tidak segan menolong orang lain. Hingga terkadang kepentingannya sendiri terabaikan."Sekarang kamu sudah dengar semuanya, jadi pulang, ya?""Ayah ngusir aku?""Iya, ayah ngusir. Kamu itu udah jadi istri, apapun yang kamu lakukan harus seizin suamimu. Mengerti 'kan?"Ana mengangguk. "Tapi Ana masih marah. Dan satu lag

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 66

    Bukankah manusia itu kadang bersikap begitu aneh? Seperti penuh keyakinan ketika mengambil keputusan, tapi hanya selang beberapa waktu merasa menyesal. Itulah yang dirasakan Ana saat ini.Sudah beberapa menit berlalu, tapi Ana baru berhasil memasukan sarapannya sebanyak tiga sendok. Rasa bersalah yang sejak semalam dia rasakan membuatnya malas untuk melakukan sesuatu. Bahkan makanan kali ini, sang ayah yang memasak.Sebenarnya bisa saja wanita itu menghubungi suaminya, dan menceritakan kegundahan hatinya. Tentang rasa marah, kecewa dan juga perasaan bersalah karena bertindak semena-mena terhadap sang suami. Namun, tidak seperti biasanya yang mengalah terasa mudah. Kini entah mengapa dia sulit melakukan itu.Memang benar apa yang dikatakan sang suami. Ibunya telah berhasil mendidiknya dengan baik, terbukti saat ini dia menjadi gelisah setelah menyebabkan suaminya sakit hati.Kesal dengan pikiran dan hatinya yang semrawut, tanpa sadar Ana meletakkan sendoknya sedikit keras."Makan yang

  • Pernikahan Dadakan dengan Majikan Arogan   Bab 65

    Arjuna kembali memutar kepala ke samping, kala mendengarkan isakan lirih di sebelahnya. Dia menghela napas saat melihat bahu istrinya bergetar. Wanita itu menangis. Hal yang selalu dia dapati beberapa hari ini.Kalau kemarin dia hanya diam saja, tapi tidak untuk kali ini. Lagipula sampai kapan mereka akan seperti ini? Saling menghindar satu sama lain.Mereka harus mulai menyelesaikan masalah ini! Agar tak sampai berlarut-larut.Maka dari itu, Arjuna membuang segala keraguannya. Dengan pelan dia memegang bahu sang istri, senyum kecut tersungging di bibirnya kala Ana menghindari sentuhannya."Mari bicara," ucap Arjuna yang sudah beralih posisi menjadi duduk bersila di atas tempat tidur. Tangannya masih berusaha membalikkan tubuh istrinya."Ana!" panggilnya sekali lagi. Sesungguhnya bukan hanya wanita itu yang frustasi, dia pun merasakan hal yang sama!Arjuna menghela napas lega, ketika melihat pergerakan sang istri. Lagi-lagi hatinya merasa nyeri, begitu mendapati wajah istrinya yang su

DMCA.com Protection Status