Olivia tertawa dan berkata, “Shella, coba kamu cuci muka kamu di toilet. Oh! Nggak ada kran air ya? Waktu itu kakakku yang beli, jadi kami juga hancurkan saluran airnya. Kamu cuci wajah dengan air seni kamu saja dan bercermin. Coba lihat diri kamu sendiri itu sebenarnya siapa?”“Kakakku dan adikmu sudah cerai dan nggak ada hubungan apa pun lagi. Kamu nggak tahu malu sekali meminta kakakku untuk cari rumah buat kamu tempati? Kamu bilang kakakku yang buat kalian nggak ada tempat tinggal? Itu ulah kalian sendiri!”“Kalau dari awal mau pisah dengan cara baik-baik dan kembalikan semua kerugian yang kakakku alami, sekarang kalian sudah ada tempat tinggal. Sekarang lagi musim hujan, di rumah itu semuanya bisa tembus angin dan air. Nggak tahu kalian bakalan tidur nyenyak atau nggak.”“Tapi kalian semua memiliki kulit badak, jumlahnya juga banyak. Kalian bisa saling mencari kehangatan. Kalau nggak ada urusan apa pun lagi, aku mau tutup teleponnya. Di sini hangat sekali, aku mau lanjut tidur. By
Andi mendelik ke arah istrinya dan bertanya, “Kamu cari kakek yang mana untuk bujuk Odelilna?”“Siapa lagi? Kakek kandung Odelina! Bukannya nenek dia lagi di rumah sakit? Aku ke rumah sakit buat jenguk mereka dan sekalian menyampaikan keinginanku. Kakek tua itu jamin akan membujuk Odelina asalkan aku kasih 200 juta. Aku nggak mau, tapi dia nego sampai 120 juta.”“Dia jamin katanya dia akan bujuk Odelina. Tapi ternyata dia nggak melakukan apa yang dia janjikan!”Begitu ucapan Rita selesai, sebuah pukulan keras dari Andi melayang ke tangan istrinya.“Kamu bisa percaya dengan keluarga Odelina? Lagian Odelina dan keluarganya ribut, kamu juga tahu sendiri masalah ini, bukan? Kenapa harus cari mereka?! Bisa-bisanya kamu habiskan uang 120 juta!?”Andi dibuat emosi karena ulah istrinya hingga rasanya dia nyaris pingsan. Sedangkan Rita hanya bisa dengan melas menjawab, “Aku pikir Odelina nggak bisa diajak berdiskusi, jadi biar keluarganya sendiri yang turun tangan. Setidaknya kalau berantem, bu
“Kak, aku sudah jalan ke arah rumah.”Setelah Roni tahu keluarganya datang, dia bergegas bangkit dan membangunkan Yenny. Keduanya bersiap-siap dan langsung berangkat.“Roni, kita masih belum sarapan.”“Kak, aku sudah di jalan. Nanti aku bawa kalian sarapan.”“Bukannya kamu sama Yenny lagi bersama? Minta dia siapkan sarapan untuk kami bisa? Kalau keluar makan bakalan boros karena kita jumlahnya banyak,” kata Shella.“Kak, kami sekarang juga tinggal di hotel, belum ada waktu cari rumah. Rumah aku yang sekarang itu nggak ada apa-apa, nggak bisa masak.”Rumah itu tidak ada apa pun termasuk listrik dan air. Bahkan di dapur juga kosong melompong. Tidak akan bisa masak meski Yenny bersedia. Shella diam sejenak dan berkata, “Odelina sudah blokir nomor telepon kami semua, bagaimana kamu menghubunginya? Kami sudah nggak bisa bertemu dengan Russel?”“Russel biasanya ada di tokonya Olivia, kalilan bisa lihat Russel di sana. Nggak perlu melalui Odelina.”Dia tidak peduli dengan Odelina yang memblok
“Mau mulai dari yang kedua atau ketiga?” gumam Sarah.Stefan diam saja dan tidak mau ikut campur. Daripada nanti neneknya ini bilang ke adik-adiknya bahwa semua rencana tersebut adalah ulahnya.“Dari Calvin saja, dia lebih cocok sama siapa ya?”Stefan tetap diam dan bungkam. Dia tidak kenal dengan banyak perempuan muda, tidak mungkin dia mengenalkan perempuan pada Calvin. Sarah sendiri juga tidak menaruh harapan pada diri Stefan.“Masuk sana!” kata Sarah yang membuat Stefan menatap perempuan tua itu dengan bingung.“Kamu sudah mau dinas, masih nggak mau masuk dan ngobrol dengan Olivia?”Kenapa harus dia yang sudah berusia tua ini yang mengingatkan sang cucu harus berbuat apa? Dulu dia mengajarkan banyak hal pada cucu-cucunya, hanya satu teori tentang cinta dan mendekati lawan jenis yang tidak pernah dia ajarkan. Sekarang hasilnya sang cucu tidak mengerti dengan perasaan seorang perempuan.Sarah pikir mencintai seseorang akan membuat sifat alami seseorang muncul dan tidak perlu diajarka
Setelah selesai makan, Stefan mengirimkan uang 100 juta ke rekening Olivia. Melihat itu membuat perempuan tersebut berkata, “Aku nggak sedang butuh uang.”Uang bulanan yang diberikan lelaki itu tidak pernah kurang sebelumnya.“Aku dinas dan nggak ada di rumah, aku sendiri juga nggak tahu kapan pulang. Mendekati tahun baru biasanya barang-barang mahal dan semuanya butuh uang. Uang itu untuk kamu beli barang-barang.”“Tahun baru nanti kita pulang ke kampung. Keluarga kita sangat banyak dan harus kasih banyak barang. Kamu tanya Nenek apa yang harus di kasih ke mereka, kita beli lebih awal. Kalau uangnya nggak cukup, kamu kasih tahu aku dan akan aku kirim lagi ke kamu kekurangannya.”Mendengar ucapan lelaki itu membuat Olivia hanya bisa menerima uang yang diberikan oleh Stefan tadi. Untuk pertama kalinya lelaki itu mau membawanya pulang ke kampung halamannya. Mendengar ucapan Stefan membuat mata Sarah berbinar. Akan tetapi dia tidak berkata apa pun dan hanya tersenyum saja.Ketika Olivia t
Olivia mendongak dan menatap Stefan sesaat. Dia kembali memeluk leher lelaki itu dan mendaratkan kecupan lembut di bibir Stefan yang terlonjak girang dalam hati. Sebelah tangannya menarik koper dan sebelahnya lagi menggenggam tangan istrinya sambil berjalan keluar.Sarah yang ada di lantai bawah menunggu cucu dan cucu menantunya tampak berbincang dengan Dimas. Ketika dia membantu Odelina pindah rumah, Dimas berhasil dikenali oleh Olivia. Lelaki itu berkata bahwa dia bersedia melakukan semua pekerjaan asal menghasilkan uang. Semenjak itu, Dimas tidak lagi panik ketika bertemu dengan Olivia.“Pak Stefan, Bu Olivia,” sapa Dimas.Olivia tersenyum dan bertanya, “Siapa nama Bapak? Waktu itu saya lupa minta kartu namanya.”Dengan cepat Dimas melirik sekilas ke arah Stefan dan mendapati ekspresi datar lelaki itu. Dengan tenang Dimas menjawab, “Nama saya Dimas.”Setelah itu dia mengeluarkan sebuah kertas kecil dari dalam sakunya dan memberikannya pada Olivia sambil berkata, “Waktu pulang saya b
Setelah sambungan telepon terputus, Stefan mengingatkan Dimas, “Selama aku nggak ada di rumah, jaga istri saya dengan baik.”Kemampuan Olivia begitu hebat, tidak sulit baginya untuk menjaga Olivia. Gajinya naik dua kali lipat! Memikirkannya saja membuatnya bahagia sekali.“Kalau dia ada kesulitan dan butuh bantuan, kamu bilang sama Nenek saja. Nenek yang bakalan urus semuanya. Atau bilang saja sama Calvin.”“Tenang saja, Pak. Begitu Ibu ada kendala, Nyonya Sarah pasti akan langsung tahu.”Yang membuat Stefan terkejut adalah sosok Amelia yang selama ini sudah tidak terlihat wujudnya justru tampak berdiri di depan mobil merahnya sambil menatap mobilnya mendekat.“Pak, Bu Amelia datang lagi,” kata sopir Stefan.Stefan diam sesaat dan berkata, “Berhenti di hadapan Amelia.”Sopir dan Dimas tampak terkejut. Meski Amelia dan Olivia menjadi teman baik, tetapi Stefan tidak pernah menyambut Amelia dengan baik. Yang bisa mendapat kesan baik dari Stefan hanya Junia saja. Akan tetapi, sopir lelaki
Amelia tertawa sambil mengusap air mata di sudut matanya. Dia membuang wajahnya sesaat kemudian menatap Stefan lagi sambil berkata dengan tulus, “Stefan, kalimat kamu tadi membuat aku merasa nggak sia-sia sudah mengagumimu bertahun-tahun.”Amelia mengulurkan tangannya pada Stefan dan disambut baik oleh lelaki itu. Keduanya bersalaman sejenak.“Stefan, semoga kamu dan istri kamu bahagia sampai kakek nenek.”“Terima kasih.”“Semoga aku bisa menghadiri resepsi pernikahan kalian.”Stefan menarik tangannya dan berkata, “Setelah aku selesai pilih tanggal, aku akan kasih undangan buat kamu dan Pak Aksa.”“Kalau gitu aku tunggu tanggalnya.”Amelia tertawa dan berkata, “Kamu sangat sibuk, aku nggak habisin waktu berharga kamu. Sampai jumpa.”Dia melambaikan tangannya ke arah Stefan dan masuk ke mobil balapnya. Dalam waktu singkat mobil perempuan itu meninggalkan Adhitama Group. Dia pamit pada lelaki pertama yang membuatnya begitu jatuh hati, dia tidak akan datang lagi ke tempat ini.Setelah Ame
Gadis berbaju merah tidak jadi makan bubur dan pergi, sementara Samuel tidak ingin hasil kerja kerasnya terbuang sia-sia, makanya dia mengundang kedua saudara untuk makan malam. Takut kalau bubur putih dengan asinan dan masakan sayur terlalu sederhana untuk kedua saudara, lelaki itu lalu memutuskan untuk membuat kue telur daun bawang."Silakan masuk. Saya juga selesai bekerja. Nanti kalau kalian pulang, cukup buka pintunya sendiri, saya tidak menguncinya. Jika kalian berdua ingin menginap, nggak masalah. Kamar tamu selalu bersih dan peralatannya juga baru." Pak Bagas berkata sambil mengantar kedua lelaki itu masuk, lalu buru-buru pergi. "Kak Samuel, aku datang." “Kak, kamu masak apa? Kenapa aku mencium aroma asinan dan juga nasi? Itu aroma bubur, ‘kan?”Hansen berkata kepada Jordy, "Nasi, kamu nggak mencium aroma nasi?" "Aroma nasi dan bubur memang agak berbeda, Kak Hansen nggak bisa mencium, jadi aku nggak perlu berdebat dengan Kakak," jawab Jordy. Kedua pemuda itu langsung menu
Inilah manfaat dari memiliki banyak saudara yang akur. "Aku tunggu kalian." "Oke." Setelah menelepon, Hansen berkata pada Jordy, "Kak Samuel mengajak kita makan malam, ayo, kita ke rumah dia. Dia yang masak sendiri, mungkin dia sedang dalam perasaan yang sangat baik, jadi kita bisa sekalian makan malam di sana." Sebelum masuk mobil, Jordy tertawa dan berkata, "Kakakku tadi siang pulang ke rumah besar untuk menemui nenek, mungkin nenek tidak lagi mengurus masalahnya, jadi dia merasa senang dan masak untuk kita makan." Hansen lebih tahu banyak hal daripada Jordy. Samuel punya hubungan yang paling dekat dengan dia, karena usia mereka hampir sama. Sedangkan dengan adik kandungnya sendiri, Jordy, jaraknya lebih jauh.Meskipun dia sangat menyayangi adik kandungnya, tetapi yang lebih akrab dan bermain bersama paling sering adalah Hansen. Hansen tersenyum dan tidak berkata banyak, "Pokoknya, kalau Kak Samuel mengundang kita makan malam, kita pergi saja, lagipula kita juga lapar." "Mala
Samuel kembali dengan kecewa karena tidak bisa mengejar perempuan itu. Pertemuan malam ini berakhir begitu saja. Entah kapan dia bisa bertemu lagi dengannya. Kalau saja Samuel tahu di mana dia tinggal, lelaki itu masih bisa sering mencarinya. Namun, karena tidak tahu tempat tinggalnya, bahkan namanya pun tidak tahu, Samuel hanya bisa menunggu. Menunggu kapan perempuan itu ada waktu untuk datang mencarinya dan meminta barang miliknya kembali. Kalau sibuk, bisa sebulan penuh tanpa melihatnya. Dia juga tidak tahu apa pekerjaan sebenarnya si Rubah yang tampak begitu sibuk. Bahkan lebih sibuk dari dirinya yang merupakan putra keempat keluarga Adhitama. Meskipun dia tidak bekerja di kantor pusat Adhitama Group, dia tetap mengurus beberapa bisnis, mengelola dua cabang perusahaan, dan memiliki beberapa perusahaan kecil sendiri. Setiap hari pun sibuk dengan banyak pekerjaan. Pak Bagas Kembali muncul. Dia berdiri tidak jauh, menatap Samuel yang kembali dengan wajah kecewa. "Pak Samuel, ngg
Suara Samuel terdengar dari dapur, "Kalau begitu, aku akan memasak bubur saja." Memasak bubur membutuhkan waktu lebih lama, jadi dia bisa menahan wanita itu lebih lama di rumahnya. “Kamu bisa jalan-jalan sesukamu, kenali tempat ini.” Di dalam hati, perempuan itu membatin bahwa dia sudah menjelajahi seluruh rumah lelaki itu, tetapi tetap tidak menemukan barang miliknya. Namun, dia tidak mengungkapkan hal ini. Jika Rubah mengatakannya, itu berarti dia mengakui tindakannya yang seperti pencuri, sama buruknya dengan Samuel. Rubah memakan setengah buah yang ada di piring, lalu meletakkan garpu. Dia berdiri dan mulai berjalan-jalan di ruang tamu, akhirnya berhenti di depan pintu dapur. Dengan tangan menyilang di dada, dia bersandar di pintu dapur. Kakinya yang panjang menendang-nendang pelan. Dia mengenakan sepatu bot panjang berwarna hitam. Setelah melepas mantel panjangnya, dia tampak mengenakan pakaian ketat berwarna merah. Sebenarnya, dia tidak terlalu suka warna merah. Hanya saja,
Tidak ada yang berani menyinggung Dokter Dharma karena dia dikenal ahli dalam meracik racun. Tentu saja, dokter tidak akan menggunakan racun hasil buatannya untuk mencelakai orang. Dia pernah menjelaskan bahwa beberapa racun bisa menjadi obat jika digunakan dalam dosis kecil.Namun, manusia cenderung berpikir dengan cara yang berbeda. Hanya mengetahui bahwa Dokter Dharma sangat ahli dalam racun saja sudah cukup membuat mereka takut, meskipun dia memiliki prinsip dan moral.Mereka tetap khawatir jika suatu saat tanpa sengaja mereka menjadi korban. Karena itu, bahkan jika Dokter Dharma menolak permintaan untuk mengobati, mereka tidak berani mencari masalah dengannya. Samuel mencoba bertanya dengan hati-hati, “Apakah kamu murid dari para ahli yang tinggal di tempat terpencil?” “Apakah kamu kenal dengan istri kepala keluarga Lambana di Kota Dawan saat ini?” Rubah tersenyum tipis, “Kalau kamu penasaran sekali dengan asal-usulku, cari tahu saja sendiri. Kalau kamu berhasil, aku akan menga
Nenek selalu berkata, mengejar istri tidak perlu tahu malu. Kalau terlalu peduli soal harga diri, tidak akan bisa mendapatkan istri. Bahkan Stefan yang begitu sombong rela menundukkan kepalanya demi mendapatkan kakak ipar. Lelaki itu kehilangan muka sampai tingkat tertinggi, sering dipermalukan, tetapi akhirnya mendapatkan kehidupan yang begitu membahagiakan hingga membuat semua orang iri. Samuel merasa itu sangat berharga. Jadi, dia juga memutuskan untuk tidak memedulikan harga diri. Lagipula, dia sudah berbicara terus terang dengan neneknya, dan juga menjelaskan segalanya pada Katarina. Sekarang, dia tidak ada beban mental lagi dan bisa dengan terang-terangan mengejar gadis yang benar-benar dia sukai. “Aku hanya mau tahu namamu saja, selalu memanggilmu Rubah rasanya seperti sedang menghina kamu.”“Julukanku memang Rubah. Semua orang akan tahu itu aku.” Perempuan itu memang tidak ingin memberi tahu identitasnya.“Kalau kamu bisa, cari tahu saja sendiri. Bukankah kamu sudah mencoba
Pak Bagas menatap Samuel kemudian mempersilakan Rubah tersebut masuk.Samuel menyentuh hidungnya dan tertawa pelan lalu mengikuti mereka masuk ke vila, menuju bangunan utama. Di ruang tamu utama, lampu-lampu menyala terang benderang hingga membuat suasana seperti siang hari. Pak Bagas sudah mempersilakan gadis berbaju merah itu duduk di sofa. Setelah masuk ke dalam rumah, udara terasa hangat. Rubah itu melepas mantel panjang merahnya lalu melipatnya rapi dan meletakkannya di sampingnya. Saat Samuel masuk, Pak Bagas sudah membawakan segelas air hangat untuk si Rubah. Lelaki itu memberi isyarat kepada Pak Bagas untuk beristirahat, menunjukkan bahwa dia sendiri yang akan melayani tamunya. Pak Bagas berkata pelan, "Pak Samuel, bersikaplah sedikit lebih sopan dan lembut. Merayu gadis nggak seperti caramu tadi." Samuel menjawab lirih, "Aku nggak sedang merayunya." Pak Bagas hanya terkekeh dan tidak membantah. Lalu, dia pergi. Dasar keras kepala. Mengundang seorang gadis masuk ke rumahn
Benda itu memang tidak besar, dan dia tahu Samuel tidak akan meninggalkannya di rumah. Pasti benda itu selalu dibawanya, tetapi tadi saat dia memeriksa kantong celananya, perempuan itu tetap tidak menemukannya. Dia benar-benar tidak tahu di mana benda itu disembunyikan. "Aku sudah bilang, kalau kamu nggak percaya, aku juga nggak bisa apa-apa. Silakan masuk dan bongkar saja rumahku sampai berantakan. Kalau kamu menemukannya, silakan ambil. Aku benar-benar lupa di mana menyimpannya." "Rubah, kamu nggak merasa tindakanku mirip denganmu? Kamu juga sering melakukan hal-hal seperti ini secara diam-diam, bukan?" Rubah itu menatap Samuel dengan tajam, ingin sekali menendangnya lagi. Namun, pada akhirnya dia tidak melakukannya, karena merasa sedikit bersalah. Dia mengandalkan keahliannya dalam bela diri dan memang terkadang melakukan hal-hal serupa. Dia mengakui bahwa dia pernah terpengaruh oleh seorang senior saat bersama murid-murid unggulan Kakek Jaki, sehingga sedikit kebiasaan itu menu
Rubah itu menatap Samuel dengan wajah gelap. Lelaki itu mengangkat tangannya dengan santai dan berkata, "Aku nggak bohong. Sekarang kau memintaku mengambilnya, aku benar-benar nggak ingat di mana menyimpannya. Bagaimana kalau kamu masuk saja, dan bongkar saja rumahku. Lihat kamu bisa menemukannya atau nggak?" "Atau, kamu bisa memeriksaku sampai telanjang untuk melihat apakah aku menyembunyikannya di tubuhku." Rubah itu melompat turun dari tembok. Samuel langsung menegang. Dia merentangkan kedua tangannya, bermaksud menangkapnya, tetapi ketika perempuan itu melompat turun, Rubah tersebut malah menendangnya dengan satu tendangan dan membuatnya mundur beberapa langkah. Akibatnya, Samuel tidak berhasil menangkap perempuan itu. Rubah itu mendarat dengan mantap di depannya. Samuel menghela napas lega. Meskipun dia terkena satu tendangan yang cukup menyakitkan, lelaki itu tampak santai. Dia hanya menepuk-nepuk tempat yang terkena tendangan, seolah ingin menghilangkan bekas jejak kaki. "T