Amelia tertawa sambil mengusap air mata di sudut matanya. Dia membuang wajahnya sesaat kemudian menatap Stefan lagi sambil berkata dengan tulus, “Stefan, kalimat kamu tadi membuat aku merasa nggak sia-sia sudah mengagumimu bertahun-tahun.”Amelia mengulurkan tangannya pada Stefan dan disambut baik oleh lelaki itu. Keduanya bersalaman sejenak.“Stefan, semoga kamu dan istri kamu bahagia sampai kakek nenek.”“Terima kasih.”“Semoga aku bisa menghadiri resepsi pernikahan kalian.”Stefan menarik tangannya dan berkata, “Setelah aku selesai pilih tanggal, aku akan kasih undangan buat kamu dan Pak Aksa.”“Kalau gitu aku tunggu tanggalnya.”Amelia tertawa dan berkata, “Kamu sangat sibuk, aku nggak habisin waktu berharga kamu. Sampai jumpa.”Dia melambaikan tangannya ke arah Stefan dan masuk ke mobil balapnya. Dalam waktu singkat mobil perempuan itu meninggalkan Adhitama Group. Dia pamit pada lelaki pertama yang membuatnya begitu jatuh hati, dia tidak akan datang lagi ke tempat ini.Setelah Ame
“Iya, putri dari keluarga kita nggak akan khawatir nggak bisa menikah,” kata Yuna yang mengerti dengan tabiat putrinya sendiri. Jika putrinya bilang dia menyerah, maka dia akan menyerah.Terdengar suara mesin mobil dari arah luar. Tiara bangkit dan berjalan keluar sambil berkata, “Pasti Amelia sudah pulang.”Dia menemukan adik iparnya yang baru saja turun dari mobil. Amelia tersenyum lebar dan berkata, “Kak, Mama masih di rumah?”Melihat senyuman adik iparnya membuat hati Tiara terasa berdenyut nyeri. Dia lebih rela melihat adik iparnya tersebut menangis hebat, bukan tertawa lebar seperti ini. Semua orang tahu kalau di balik senyuman tersebut menyimpan luka yang sangat dalam.“Mama masih di rumah. Amelia, kamu nggak apa-apa?”“Kakak lihat aku seperti orang yang ada apa-apa? Tenang saja, aku baik sekali. Hanya pergi untuk mengucapkan salam perpisahan.”Amelia mengucapkan kalimat itu dengan sangat santai, dia tidak ingin membahas tentang lelaki itu lagi. Dengan manja Amelia menggandeng t
Olivia tertawa dan berkata, “Kata Amelia, Pak Reiki itu dari keluarga media. Kalau sama dia, kamu bisa dapat gosip apa pun duluan. Kamu memang ditakdirkan untuk Pak Reiki, kalian sangat cocok!”Junia bungkam dan tidak berbicara apa pun. Dia mencari kekasih untuk menikah atau untuk gosip?“Kata kamu mertua kakakmu dan keluarganya datang lagi?” Junia buru-buru mengalihkan pembicaraan.“Kakakku sudah cerai dengan Roni, rumah juga sudah mengalah dan kasih ke mereka. Mereka sendiri yang nggak sabar untuk pindah ke rumah itu. Tapi, sekarang mereka hanya bisa sewa rumah atau hotel. Kalau nggak, mereka harus kembali lagi ke kampung. Aku yakin mereka pasti mau tahun baruan di sini, nggak akan mau kembali ke kampung.”Keluarga Roni sudah memberi tahu semua orang kalau mereka akan tahun baruan di kota. Oleh karena itu, meski tidak ada tempat tinggal, mereka juga pasti akan sewa rumah untuk tetap melewati tahun baru di sini.“Mereka lihat rumahnya dihancurkan pasti langsung terkejut.”Olivia terta
“Hei! Jelas-jelas kamu sudah menerima uang dari aku secara tunai! Itu uang yang aku simpan dan tabung! Waktu kamu terima, kamu bilang bakalan membujuk Olivia. Tapi pada akhirnya kamu nggak melakukannya. Anakku tetap cerai dengan Odelina. Jadi tolong kembalikan uangku! Kalau nggak, aku akan lapor polisi.”Dengan wajah dingin Adi berkata, “Silakan saja lapor polisi, aku juga nggak takut. Memangnya kenapa kalau aku menerima uang itu? Anggap saja uang tersebut uang mahar dari keluarga kalian. Bahkan uang segitu masih terlalu sedikit! Kalian juga ada anak perempuan, waktu dia menikah kalian bersedia untuk nggak mendapatkan uang mahar?”Dengan emosi memuncak Rita berkata, “Uang mahar apaan? Kamu pernah merawat Odelina? Atas dasar apa kamu meminta uang mahar pada kami? Mereka juga sudah cerai! Cepat kembalikan uangnya!”“Nggak ada uang! Aku hanya ada nyawa, ambil saja kalau kamu berani!”Shella menarik tangan ibunya dan berkata, “Ma, jangan main kekerasan. Dia sudah tua, begitu jatuh ke lanta
Beberapa mobil mewah datang dari arah kejauhan dan melewati gerbang SMP Negeri Kota Mambera dan berhenti di depan toko milik Olivia. Tetangga mereka, Om Chiko tengah sibuk berbincang dengan Sarah tampak menoleh. Setelah melihat beberapa mobil mahal itu, Sarah membuang tatapannya dan juga menunduk karena khawatir dikenali.“Olivia, Olivia!” seru Amelia turun dari mobil dan masuk ke dalam toko. Dia terlihat tidak menyadari arah yang duduk di toko sebelah.Rudy yang baru saja turun tengah menggandeng istrinya yang menangis dan mengikuti langkah putrinya untuk masuk ke toko. Tiara memerintahkan anak buahnya untuk menunggu di luar dan setelah itu dia ikut masuk.Olivia tengah melihat sebuah burung kertas dan langsung terhenti ketika mendengar seruan Amelia. Dia mendongak dan bertanya, “Amelia? Kamu sudah makan? Kalau belum-“Ucapannya terhenti ketika melihat Rudy dan juga Yuna yang tengah menangis. Seketika dia langsung mengerti. Yuna sudah mengambil hasil laporan tes DNA mereka berdua.“Ol
Rudy dan Amelia fokus menjaga Yuna. Hanya Tiara yang ingat untuk mengambil hasil tes DNA. Tiara menyerahkan hasil tes itu kepada Olivia. Kemudian, Olivia mengambil dan membacanya.Setelah membaca hasil tes DNA itu, Olivia terdiam sejenak lalu dia meletakkan hasil tes itu di atas meja.“Olivia, kamu adalah keponakanku. Cepat panggil Tante.”Yuna sudah tidak memiliki kesempatan untuk bertemu dengan adiknya lagi dalam hidup ini. Namun, dia masih bisa menemukan kembali kedua keponakannya. Hal itu pun menjadi semacam penghiburan baginya. Yuna memegang tangan Olivia, lalu meminta Olivia untuk memanggilnya tante.“Odelina mana? Russel juga. Kok nggak kelihatan?” tanya Yuna yang masih ingat dengan keponakannya yang satu lagi.“Kak Odelina nggak pulang pas jam makan siang. Nanti jam 5.30 sore baru pulang kerja.”Olivia menjelaskan dengan singkat. Kemudian, dia menatap Junia. Junia langsung datang dengan membawa Russel. Olivia pun mengambil Russel dari Junia.“Bu ....”Olivia baru saja mau bicar
Amelia belakangan baru tahu kalau dirinya telah melewatkan pertunjukan yang begitu bagus. Dia terus mengomeli Junia dan Olivia.Junia berkata kalau dia sudah mengingatkan Olivia untuk mengajak Amelia. Namun, Olivia tidak ingin Amelia melihat pemandangan brutal seperti itu mengingat Amelia seorang nona besar dari keluarga terhormat.Amelia memang seorang nona besar, itu hal yang tidak bisa dia pungkiri. Akan tetapi, dia adalah Amelia Sanjaya. Dia sudah memiliki reputasi buruk di kalangan kelas atas Kota Mambera. Orang lain bilang Amelia orang yang kasar, keterlaluan dan tidak berakal sehat. Mana mungkin dia takut dengan pemandangan brutal?“Kak Odelina sudah mendapatkan semua haknya. Hanya saja, keluarga Kak Roni nggak mau mengembalikan uang renovasi rumah. Makanya kakakku suruh aku cari orang untuk hancurkan semua dekorasi di rumah itu.”Yuna spontan mengangguk setuju dan berkata, “Memang sudah seharusnya begitu. Atas dasar apa mereka bisa mengambil keuntungan dari Odelina?”Pada akhir
Banyak orang tua yang memiliki pemikiran seperti itu. Mereka merasa harga keluarga hanya diwariskan kepada anak laki-laki. Anak perempuan kalau sudah besar akan menikah dan menjadi bagian dari keluarga lain. Anak perempuan tidak boleh mewarisi harta keluarga.Bagi keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki, maka akan ada orang yang masih sekeluarga dengan mereka berjaga-jaga di desa. Orang-orang itu menantikan kesempatan untuk memperebutkan harta mereka. Banyak yang tidak ingin harta keluarganya diwariskan kepada orang luar, dengan kata lain bukan keturunan mereka. Oleh karena itu, mereka sangat ingin memiliki anak laki-laki.“Kakak sepupumu yang bernama Bobby?”Yuna masih ingat dengan Bobby. Karena pria itu pernah menjadi eksekutif di anak perusahaannya. Bobby bekerja dengan pendapatan tahunan miliaran.Setelah mendapat gaji tinggi dari perusahaan Yuna, pria itu tetap saja menindas keponakannya. Bahkan berniat untuk mewarisi properti milik adik Yuna. Kesan Yuna terhadap Bobby seketi
“Pa, kenapa?” Ivan menyuarakan pertanyaan yang ada di dalam benaknya.Dengan suara lirih Cakra menjawab, “Mama kamu mau mengundang yang dari Mambera untuk makan-makan di rumah ini. Kamu pikir itu hal yang baik? Kalaupun mama kalian mengadakan acara makan-makan itu dengan niat yang baik, mereka nggak akan berubah pikiran. Mereka datang murni dengan tujuan untuk balas dendam.”“Mereka juga cuma mencurigai Mama yang membunuh kepala keluarga Gatara sebelumnya, tapi mereka nggak punya buktinya,” kata Julio.Erwin mengangguk setuju. “Mereka semua orang-oran yang punya jabatan tinggi. Mereka nggak mungkin menuduh Mama tanpa bukti yang kuat, kecuali kalau mereka mau masuk penjara. Yang rugi juga mereka sendiri.”Ivan berkata, “Dengar-dengar, asistennya kepala keluarga sebelum Mama juga datang. Pak tua itu kuat juga bisa hidup sampai hampir seratus tahun. Dia termasuk satu-satunya orang yang masih hidup yang tahu tentang kejadian itu,” ujar Ivan.”Aku takutnya yang kita hadapi nggak semudah itu.
Patricia memang pilih kasih. Dia lebih menyayangi anak perempuan daripada anak laki-laki. Namun apa boleh buat, siapa suruh Ivan dan adik-adiknya terlahir di keluarga Gatara. Bahkan anak-anak perempuan mereka juga tidak pernah teralu dianggap. Yang Patricia anggap layak sebagai penerus keluarga Gatara di masa depan hanyalah anak perempuan yang lahir dari rahimnya Felicia.Andaikan Ivan tidak terlahir di keluarga Gatara dan harus mengandalkan Gatara Group untuk bertahan hidup, dia ingin menghancurkan perusahaan itu dan merombak tradisi keluarga yang tidak masuk akal.Keluarga lain di mana-mana menjadikan laki-laki sebagai kepala keluarga, tetapi di keluarga Gatara terbalik. Justru wanitalah yang menjadi kepala keluarga.“Pa, kira-kira Mama dan Felicia pergi ke mana pagi-pagi begini? Kalau cuma jalan-jalan rasanya terlalu pagi. Di luar kan dingin, apa mereka nggak takut?”Udara di luar tidak seperti di dalam ruangan yang nyaman karena terdapat penghangat ruangan. Meski di luar tidak trun
Meski disindir oleh ibunya, Felicia tetap tak goyah. Dia berkata, “Tentu saja aku perhatian sama mamaku sendiri. Mau sejahat apa pun, aku tetap bakal peduli.”“Memangnya aku apain kamu? Apa aku ada jahat sama kamu selama ini. Kalau kamu bukan anak kandungku, dari apa yang sudah kamu lakukan selama ini, punya sembilan nyawa pun nggak cukup.”“Iya, iya. Aku seharusnya berterima kasih karena karena aku masih dikasih hidup.”Mendengar itu, Patricia refleks mengangkat tangannya untuk memukul Felicia.“Waduh.”Felicia sengaja menjerit kesakitan, lalu menutup bagian bagian yang terpukul dan berjongkok di lantai. Patricia kaget melihatnya dan memelototinya. “Aku cuma mukul kamu pelan memangnya bikin tangan kamu patah? Dasar cengeng, begitu saja sampai teriak.”“Aduh … sakit! Sakit banget!” Alih-alih menanggapi ibunya, Felicia terus menjerit kesakitan sambil memegangi bagian tubuhnya yang tadi dipukul.Seketika Patricia terdiam untuk beberapa saat. Lalu dia berjongkok untuk memeriksa tangan Fel
“Vandi, menurut kamu, besok mamaku bakal apain aku? Apa dia bakal membiusku lagi? Atau bikin aku pingsan?”Vandi terdiam. Dia dapat memikirkan berbagai macam cara untuk membuat Felicia tak berdaya, tetapi dia tidak tahu cara mana yang akan Patricia gunakan. Felicia pun tidak menanya lebih jauh. Dia tahu ibunya suka berubah-ubah dan tidak mudah ditebak. Lagi pula Vandi bukan asistennya Patricia. Tidak mungkin dia langsung tahu apa saja yang Patricia rencanakan.“Sudah malam, kamu istirahatlah dulu. Aku juga sudah mau tidur.”Felicia mengirimkan pesan kepada Vandi untuk segera beristirahat. Dia meletakkan ponselnya di atas meja kecil samping kasur dan mematikan lampu kecil. Hanya saja, terlalu banyak hal yang mengusik hati Felicia, membuat dia kesulitan untuk tidur meski sudah berguling ke sana kemari cukup lama.Entah sudah berapa menit berlalu Felicia pun masih tidak bisa tidur, akhirnya dia pun duduk dan menyalakan lampu kecil, mengambil ponselnya dan melihat jam yang ternyata sudah m
Vandi menjawab, “Kalau diselidiki sekarang pun nggak akan dapat apa-apa, waktunya terlalu mepet. Bu Patricia sudah menyuruh pelayan rumah pergi ke rumah keluarga Arahan untuk mengantar undangannya supaya besok malam Bu Yuna dan yang lain datang. Dia juga mengundang beberapa anggota keluarga Gatara yang lain. Kurasa kalau Bu Patricia mau beraksi, pasti akan dia lakukan besok di pesta.”Undangan perjamuan yang Patricia adakan kali ini berbeda dengan yang pertama kali. Pertama kali dia mengundang Odelina, lalu Ricky dan Rika juga datang. Meski Patricia mau menghabisi Odelina dalam perjalanan sesuai dengan rencananya, sayang upaya itu gagal.Setelah itu, Patricia dan Odelina sempat beberapa kali bertemu, tetapi Patricia sudah tidak lagi mengundang Odelina ke rumah. Dalam perjuaman kali ini ada banyak yang datang dari Mambera. Yang datang semuanya adalah orang-orang kaya dan penting. Tanpa perlu ditanya pun sudah tahu kalau mereka datang bertujuan untuk memberi dukungan kepada Odelina.Alas
“Kalau ada waktu, Stefan juga suka baca-baca buku mengasuh anak supaya ada pengetahuan dasar untuk jadi papa.”Mulan tertawa, “Sama kayak Yose dulu.”Tak heran meski Stefan dan Yose jarang berhubungan, mereka saling percaya satu sama lain. Bisnis yang mereka jalani juga makin lama makin makmur. Mereka berdua adalah tipe orang yang serupa.Sekali lagi Olivia dan Mulan saling bertatapan dan bertukar senyum. Kebahagiaan mereka terpancar dengan sangat jelas melalui sorot mata. Baik itu Stefan atau Yose, mereka berdua adalah pria yang luar biasa, dan sama-sama bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.Mereka begitu sibuk, tetapi tetap tidak melupakan keluarga dan anak istri. Mereka tetap bekerja keras menunaikan tanggung jawab sebagai ayah dan suami yang baik. Sebagai istri mereka berdua, Olivia dan Mulan merasa sangat bahagia. Pantas saja begitu banyak wanita lain di luar sana yang menambakan mereka.“Kamu juga cepat tidur, deh. Good night.”“Good night.”Setelah mengucapkan selamat malam
Dokter Panca mau Liam untuk menyalin tidak masalah, asal jangan terlalu banyak sehingga mengganggu waktu istirahat dan bermainnya. Sekarang sudah masuk musim liburan dan anak-anak seharusnya bisa bermain dengan gembira. Seiring dengan berjalannya usia, waktu untuk bersenang-senang akan makin berkurang. Studi dan karir menjadi prioritas, yang mana otomatis akan memotong waktu bermain.Dengan khawatir Liam bertanya, “Mama, apa Kakek Guru bakal dengar permintaan Mama? Dokter Kellin lagi nggak di rumah. Kalau Dokter Kellin yang ngomong pasti Kakek Guru mau dengar.”“Tenang saja, Dokter Panca pasti mau dengar,” kata Mulan dengan hangat. “Apa pun yang terjadi, kamu tetap anak Mama. Sekeras apa pun Dokter Panca, dia tetap harus mendengar pendapat dari orang tua murid. Sudah, tidur, gih. Besok pagi jangan lupa latihan. Habis sarapan, baru kamu lanjutkan tugas menyalinmu. Habis itu baru boleh main sama Russel. Sorenya juga sama, habis tidur siang, kerjain dulu tugasmu selama satu jam, baru sisa
Orang lain tidak pernah ada yang mengatakannya terang-terangan, dan Olivia juga anggap saja tida tahu apa-apa. Toh makin bahagia hidupnya, orang lain yang makin iri padanya.“... Sayang, sudah malam, nih. Kamu cepat tidur, deh. Kamu mungkin belum mau tidur, tapi anak kita sudah mau,” kata Stefan. Dia buru-buru mengganti topik obrolan dan membujuk istrinya untuk segera tidur. Namun di satu sisi, dia belum ingin menyudahi percakapannya dengan istri tercinta. Namun akhirnya Olivia-lah yang mengakhiri pembicaraan mereka.Setelah meletakkan ponselnya, Olivia mengelus perutnya sambil berkata kepada anak yang masih di dalam perutnya itu, “Sayang, Papa nggak mau jujur sama Mama. Walaupun maksudnya baik, dia tetap saja berbohong.”Setelah keheningan sesaat, Olivia berkata lagi, “Tapi kita nggak boleh nyalahin Papa. Dia berbohong demi kebaikan kita. Sekarang Mama nggak boleh gegabah karena harus menjaga kamu. Semua orang yang sayang sama kamu nggak mau Mama kenapa-napa. Sayang, menurut kamu, Pap
Sementara itu di kamar sebelah, setelah Russel pergi, sekarang giliran Olivia yang mengobrol dengan Stefan.“Sayang, kamu bawa Russel main di rumahnya keluarga Junaidi saja. Biar dia main di sana sampai puas tanpa perlu mikir apa-apa. Kalau aku sudah selesai, aku jemput kalian di sana,” kata Stefan.“Muka kamu kelihatannya capek banget. Kamu yang lebih butuh istirahat dari aku. Tugas yang bisa dioper ke orang lain dioper saja, nggak perlu semuanya kamu yang kerjain sendiri,” ujar Olivia membalas. “Kalau semuanya kamu yang kerjain sendiri pasti capek banget. Jangan pikir mentang-mentang masih muda jadi boleh bergadang. Kebanyakan bergadang nanti jadi cepat tua dan malah kasih dampak buruk ke badan kamu. Risiko meninggal tiba-tiba juga jadi meningkat. Stefan, kamu harus ingat, sekarang kamu nggak sendiri lagi. Kamu punya istri dan sebentar lagi punya anak. Aku dan anak kita menunggu kamu pulang.”“Iya, Sayang. Tenang saja. Aku selalu ingat kamu waktu mengerjakan apa pun. Aku bisa melindu