Rudy dan Amelia fokus menjaga Yuna. Hanya Tiara yang ingat untuk mengambil hasil tes DNA. Tiara menyerahkan hasil tes itu kepada Olivia. Kemudian, Olivia mengambil dan membacanya.Setelah membaca hasil tes DNA itu, Olivia terdiam sejenak lalu dia meletakkan hasil tes itu di atas meja.“Olivia, kamu adalah keponakanku. Cepat panggil Tante.”Yuna sudah tidak memiliki kesempatan untuk bertemu dengan adiknya lagi dalam hidup ini. Namun, dia masih bisa menemukan kembali kedua keponakannya. Hal itu pun menjadi semacam penghiburan baginya. Yuna memegang tangan Olivia, lalu meminta Olivia untuk memanggilnya tante.“Odelina mana? Russel juga. Kok nggak kelihatan?” tanya Yuna yang masih ingat dengan keponakannya yang satu lagi.“Kak Odelina nggak pulang pas jam makan siang. Nanti jam 5.30 sore baru pulang kerja.”Olivia menjelaskan dengan singkat. Kemudian, dia menatap Junia. Junia langsung datang dengan membawa Russel. Olivia pun mengambil Russel dari Junia.“Bu ....”Olivia baru saja mau bicar
Amelia belakangan baru tahu kalau dirinya telah melewatkan pertunjukan yang begitu bagus. Dia terus mengomeli Junia dan Olivia.Junia berkata kalau dia sudah mengingatkan Olivia untuk mengajak Amelia. Namun, Olivia tidak ingin Amelia melihat pemandangan brutal seperti itu mengingat Amelia seorang nona besar dari keluarga terhormat.Amelia memang seorang nona besar, itu hal yang tidak bisa dia pungkiri. Akan tetapi, dia adalah Amelia Sanjaya. Dia sudah memiliki reputasi buruk di kalangan kelas atas Kota Mambera. Orang lain bilang Amelia orang yang kasar, keterlaluan dan tidak berakal sehat. Mana mungkin dia takut dengan pemandangan brutal?“Kak Odelina sudah mendapatkan semua haknya. Hanya saja, keluarga Kak Roni nggak mau mengembalikan uang renovasi rumah. Makanya kakakku suruh aku cari orang untuk hancurkan semua dekorasi di rumah itu.”Yuna spontan mengangguk setuju dan berkata, “Memang sudah seharusnya begitu. Atas dasar apa mereka bisa mengambil keuntungan dari Odelina?”Pada akhir
Banyak orang tua yang memiliki pemikiran seperti itu. Mereka merasa harga keluarga hanya diwariskan kepada anak laki-laki. Anak perempuan kalau sudah besar akan menikah dan menjadi bagian dari keluarga lain. Anak perempuan tidak boleh mewarisi harta keluarga.Bagi keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki, maka akan ada orang yang masih sekeluarga dengan mereka berjaga-jaga di desa. Orang-orang itu menantikan kesempatan untuk memperebutkan harta mereka. Banyak yang tidak ingin harta keluarganya diwariskan kepada orang luar, dengan kata lain bukan keturunan mereka. Oleh karena itu, mereka sangat ingin memiliki anak laki-laki.“Kakak sepupumu yang bernama Bobby?”Yuna masih ingat dengan Bobby. Karena pria itu pernah menjadi eksekutif di anak perusahaannya. Bobby bekerja dengan pendapatan tahunan miliaran.Setelah mendapat gaji tinggi dari perusahaan Yuna, pria itu tetap saja menindas keponakannya. Bahkan berniat untuk mewarisi properti milik adik Yuna. Kesan Yuna terhadap Bobby seketi
“Tante tahu kalian berdua bukan tipe orang yang akan membiarkan orang lain menindas kalian. Tante hanya ingin menegakkan keadilan untuk adik Tante,” kata Yuna.Olivia pun tidak berkata apa-apa lagi. Keduanya mengobrol hal lain sepanjang sore. Pada pukul lima sore, Yuna bersikeras mau ikut Olivia pergi ke Lumanto Group untuk menjemput Odelina. Olivia mau tidak mau hanya bisa membiarkannya ikut.Oleh karena itu, Olivia menyetir mobil. Dia membawa Russel, Yuna dan yang lainnya beramai-ramai pergi ke Lumanto Group. Junia dan Bi Lesti tidak ikut.Di tengah perjalanan, Olivia tiba-tiba teringat dengan Sarah. Sepertinya dia belum melihat sang nenek sepanjang sore. Dia pun segera menelepon Sarah.Begitu Sarah mengangkat telepon, Olivia langsung bertanya, “Nenek ke mana sore ini?”“Aku jalan-jalan saja. Kamu sudah pulang kerja? Aku akan pulang sekarang.”Sebenarnya, Sarah berada di toko Chiko sedari tadi. Dia sama sekali tidak berani menampakkan diri. Dia takut terlihat oleh Yuna.“Nenek, hasil
Odelina bahkan tidak perlu melihat untuk mengetahui siapa itu. Suara itu sudah terlalu familiar baginya. Siapa lagi kalau bukan Shella, mantan kakak iparnya yang luar biasa itu.Shella dan ibunya mencari Odelina sampai ke Lumanto Group. Namun, Odelina tidak pulang untuk makan siang. Dia biasanya makan di kantin perusahaan. Kemudian, dia akan tidur di meja kantor sebentar. Setelah itu, dia lanjut bekerja sampai sore. Karena itu, Odelina sama sekali tidak meninggalkan perusahaan.Shella dan Rita hanya bisa berjongkok dan berjaga di depan pintu masuk perusahaan, menunggu Odelina sepanjang sore. Karena saking lamanya menunggu, mereka pun merasa sangat kesal.Begitu melihat Odelina keluar, amarah Shella seketika naik hingga ke ubun-ubun. Dia sudah tidak peduli ada begitu banyak orang yang masuk dan keluar dari perusahaan. Dia langsung berteriak dengan keras sampai dilihat banyak orang.Orang yang suka gosip secara naluriah langsung berhenti untuk menonton keramaian tersebut. Meski Odelina h
Seseorang spontan membalas perkataan Shella.“Iya, tuh. Padahal kamu sendiri juga seorang perempuan. Bisa-bisanya kamu mengatai Odelina seperti itu. Keputusan Odelina sangat benar. Odelina, kami dukung kamu.”“Benar-benar sial dapat kakak ipar kayak kamu. Jangankan suaminya selingkuh, nggak selingkuh pun harus cerai. Lebih baik jauh-jauh dari orang seperti kalian.”Semua orang justru menyalahkan Shella. Hal itu membuat Shella marah sampai wajahnya menjadi merah padam. Dia merasa Odelina yang membuatnya kehilangan muka. Tiba-tiba, Shella mendorong sepeda motor yang dipegang Odelina dengan keras.Sejak awal ban motor itu sudah kempes. Odelina susah payah mendorong motornya. Tiba-tiba Shella mendorongnya, Odelina tidak bisa menahan motornya dengan stabil. Akhirnya, Odelina dan motornya sama-sama jatuh.“Kembalikan uang kami. Kakekmu sudah ambil uang mamaku. Utang kakek cucu yang bayar. Kembalikan uang itu pada mamaku.”Shella masih tidak puas walau sudah mendorong Odelina sampai perempuan
Daniel memasang raut wajah muram, lalu bertanya, “Ada apa ini?”Shella berdiri sendiri dari tanah. Dia masih ingin menyerang Odelina. Namun, Daniel langsung mendorongnya menjauh. Shella mundur beberapa langkah baru bisa berdiri dengan stabil.Setelah lebih tenang, dia baru melihat seorang pria bertubuh tinggi dengan wajah yang galak. Pria itu sedang melindungi Odelina. Bekas luka di wajah pria itu sangat menakutkan. Seolah-olah, menatap pria itu lebih lama akan membuatnya mimpi buruk saat tidur.Shella terkejut dengan kehadiran pria itu. Dia pun tidak berani menyerang Odelina lagi. Sedangkan Rita juga bergegas kembali ke sisi putrinya. Mereka berdua terlihat sangat berantakan. Tentu saja, Odelina juga tidak lebih baik dari mereka.Satpam dan beberapa karyawan yang hendak menghentikan perkelahian juga tampak sedikit berantakan. Mereka sama sekali tidak menyangka tiga perempuan berkelahi akan begitu menggila, mau dilerai pun tidak bisa.“Siapa kamu?” Setelah menarik napas beberapa kali,
Rita dan Shella baru saja hendak melarikan diri. Namun, sudah terlambat. orang dari kantor polisi sudah datang.“Hentikan mereka!”Daniel melihat ibu dan anak itu ingin melarikan diri. Oleh karena itu, dia langsung memberi perintah. Semua orang bergegas maju ke depan dan menghentikan ibu dan anak itu.“Apakah Pak Daniel yang melapor polisi? Apa yang terjadi, Pak? Sampai ramai begini.”Orang dari kantor polisi itu mengenal Daniel. Alasan utamanya karena anak keempat dari keluarga Lumanto itu pernah jadi preman. Setelah tobat jadi preman, dia pun mulai bergelut dalam dunia bisnis. Hanya dalam beberapa tahun, dia telah membuat Lumanto Group menjadi salah satu perusahaan besar di Kota Mambera dengan kekayaan bersih puluhan triliun. Di daerah ni, tidak ada yang tidak tahu tentang Daniel. Lebih tepatnya, tidak ada orang yang tidak mengenal Lumanto di dalam dunia bisnis Kota Mambera.“Mereka datang ke sini untuk pukul karyawan perusahaanku. Mereka pukul karyawanku sampai jadi seperti ini,” k
Yohanna menanggapi sambil berjalan ke sofa dan duduk. Ronny mendorong pintu dan masuk, membawa makan siangnya. "Bu, sudah waktunya makan siang," katanya sambil menyusun hidangan satu per satu di meja. Karena hanya Yohanna yang makan, dia hanya menyiapkan tiga lauk dan satu sop, dengan porsi yang cukup untuk satu orang saja. Yohanna cukup pemilih dalam hal makanan. Tidak banyak yang benar-benar bisa membuatnya menikmati hidangan dengan senang hati, sehingga porsi makannya tidak terlalu besar. Saat melihat menu hari ini, dia menyadari bahwa hidangannya telah berganti dari kemarin. Namun, tetap saja terlihat menggugah selera dengan warna, aroma, dan rasa yang menarik. Ronny dengan perhatian mengambil semangkuk sop setengah penuh dan menyodorkannya kepadanya. "Makan sop dulu, biar tubuh Ibu lebih hangat," katanya lembut. Padahal, di dalam ruangan sudah ada pemanas, jadi Yohanna sama sekali tidak merasa kedinginan. Pakaian yang dia kenakan hanyalah seragam kerja sehari-hari, tanpa jak
Yohanna berkata, "Kalau dia masih belum menyerah, bilang saja padanya bahwa kalau mau bekerja sama dengan keluarga Pangestu, boleh saja. Suruh kepala keluarga mereka yang sebenarnya datang untuk membahas kerja sama. Dia hanya kepala keluarga sementara. Begitu kepala keluarga yang sah kembali, dia nggak punya kuasa apa pun dan nggak bisa mengambil keputusan." Dira langsung tertawa. "Kak, kalau kata-kata ini disampaikan ke dia, dia pasti akan marah sampai meledak di tempat. Semua orang tahu kalau dia bermimpi jadi kepala keluarga yang sah, tapi sayangnya, dia nggak punya totem keluarga Brata, nggak ada lencana kepala keluarga, dan juga nggak ada stempel resmi." "Seberapa banyak pun orang yang dia sogok, dia tetap bukan kepala keluarga yang sah. Statusnya nggak diakui." Di keluarga Brata, orang-orang yang ingin menyenangkan Lota akan menganggapnya sebagai kepala keluarga. Namun, mereka yang normal dan berprinsip akan menolak mengakui statusnya. Kepala keluarga Brata yang lama beserta
Yohanna sangat memahami bahwa para orang tua di keluarganya tidak setuju jika dia dan adiknya menikah jauh dari rumah. Saat ini, bisnis keluarga sebagian besar bergantung pada dia dan adik keduanya untuk dikelola. Adik ketiga dan keempat mereka kurang begitu kompeten, usianya juga masih muda, jadi untuk saat ini mereka belum bisa mengambil alih bisnis keluarga. Kecuali kalau kedua adik laki-laki mereka bisa mengelola bisnis keluarga di usia belasan tahun, kalau tidak, Yohanna dan Dira masih harus terus bekerja keras demi keluarga. Siapa suruh keluarga Pangestu lebih banyak perempuan daripada laki-laki? Dulu, Yohanna juga butuh banyak waktu dan mengalami banyak tekanan sebelum bisa berdiri teguh di dunia bisnis dan mencapai posisinya sekarang. Dira tertawa dan berkata, "Kak, aku juga sudah bilang, aku benar-benar nggak jatuh cinta pada Ronny." "Jangan membicarakan hal-hal yang terlalu jauh. Meskipun kita sudah menyelidiki latar belakangnya, kita sebenarnya belum benar-benar mengen
"Sibuk." Yohanna membalas pesan adiknya. "Aku tahu Kakak selalu sibuk, memangnya malam-malam nggak bisa luangin waktu buat telepon ke rumah?" "Semua di rumah kangen sama Kakak, terutama adik laki-lakimu, tiap hari dia tanya, kapan Kakak pulang?" Sebenarnya, yang bocah itu rindukan adalah masakan Ronny. Ketika Yohanna pergi dinas luar dan membawa serta lelaki itu, bocah itu bagaikan langitnya runtuh. Ronny punya daya tarik tersendiri dan juga pintar memasak. Dua tuan muda keluarga Pangestu sangat menyukainya. Tentu saja, hal ini tidak bisa dikatakan begitu saja kepada kakaknya, jadi mereka hanya bilang bahwa mereka merindukan sang kakak. Yohanna sangat mengerti sifat adiknya. Dia tersenyum dan berkata, "Jangan-jangan yang mereka rindukan itu masakan Ronny? Meskipun dia nggak ada, mereka juga nggak akan kelaparan." Di rumah tidak hanya ada satu koki. Secara teknis, Ronny adalah koki pribadi miliknya. Keluarga di rumah hanya kebagian keberuntungan karena bisa mencicipi masakan Ronny
Alasan utamanya karena Yohanna ingin mempersingkat perjalanan bisnisnya, sehingga dia lembur setiap hari dan baru bisa kembali ke hotel untuk beristirahat pada larut malam. Sering kali, dia harus pergi kerja seperti biasa keesokan harinya.Kurang istirahat membuatnya tidak berenergi. Setiap hari Yohanna harus minum beberapa cangkir kopi agar tetap bisa bekerja.Yohanna berdiri dan berjalan ke depan jendela untuk melihat dunia luar. Di cuaca yang dingin, ada beberapa orang yang berjalan dengan tergesa-gesa di jalan. Tidak banyak orang.Ronny bilang kalau di Kota Mambera, baik siang maupun malam, ada banyak orang yang berlalu lalang. Kota itu hanya akan menjadi sepi saat Tahun Baru. Karena pekerja dari luar akan pulang kampung untuk merayakan Tahun Baru.Paling hanya beberapa hari. Saat mereka kembali ke kota, Kota Mambera kembali ke suasana ramai dan sibuk seperti biasanya.Untungnya selama beberapa hari ini ada Ronny yang mengatur jadwal makan tiga kali sehari Yohanna. Tidak peduli ses
“Jangan tidur dulu. Kompres mukamu pakai es. Masih merah dan bengkak. Kalau kamu tidur, aku juga akan kompres pakai es. Nanti kamu malah jadi kebangun juga.”Vandi tahu Felicia malu. Dia mencium wajah Felicia yang merah dan bengkak, lalu berkata, “Aku milikmu, akan selalu jadi milikmu. Aku hanya nikmati sebentar, kamu sudah malu begini.”“Siapa bilang aku malu. Mukaku tebal, nggak akan merasa malu. Kamu sendiri juga bilang, kamu milikku. Memangnya kenapa kalau aku cium sebentar? Sekalipun aku tiduri kamu, kamu juga nggak boleh lawan.”Felicia tidak mau mengaku kalau dia malu. Vandi mengambil es dan menempelkannya ke wajah Felicia. Dia tertawa ketika mendengar ucapan Felicia barusan.“Silakan tiduri aku, kapan saja juga boleh. Tapi lebih baik beritahu aku dulu. Aku bisa bersih-bersih dulu sebelum kamu nikmati.”Felicia, “....”“Lain kali harus menghindar. Dua sisi bengkak begini.”Felicia terdiam sejenak, lalu berkata, “Aku yang khianati dia lebih dulu. Sudah seharusnya dia marah. Seka
“Vandi, setelah masalah ini selesai, bagaimana kalau kita tinggalkan Kota Cianter? Jauhi semua ini. Nggak perlu pergi jauh-jauh. Pergi dari pusat kota juga sudah cukup.”Felicia ingat kalau perusahaannya masih di Kota Cianter, tapi tidak di pusat kota. Dia telah menghabiskan beberapa tahun untuk mengembangkan perusahaan itu. Dia tidak berencana pindah untuk sementara waktu.Memindahkan perusahaan ke kota baru dan lingkungan baru sama saja dengan memulai dari awal lagi. Itu tidak baik untuk perkembangan perusahaan.“Selama Bu Felicia ingin pergi, aku akan selalu menemani. Sudah kubilang, aku akan jadi milik Bu Felicia selamanya,” jawab Vandi.Tidak peduli urusan pekerjaan maupun pribadi, tubuh dan hati Vandi hanya akan menjadi milik Felicia seorang. Felicia mendongak dan menatap Vandi. Dia bisa melihat perasaan mendalam dari mata pria itu.Felicia tiba-tiba merasa Vandi sebenarnya cukup tampan. Tidak setampan Rika, juga tidak setampan pria dari keluarga Adhitama. Namun dibandingkan deng
Saking kerasnya, Patricia mencolok dahi Felicia dengan jarinya dan marah, “Sebenarnya apa yang ada di otakmu? Kenapa kamu begitu keras kepala dan ngotot mengalah? Untuk apa kamu pikirkan masa lalu? Sekarang aku yang kelola keluarga Gatara. Aku ibu kandungmu, bukan tantemu. Tantemu sudah meninggal puluhan tahun yang lalu. Semua sudah berubah!”“Coba kamu lihat drama-drama sejarah dulu. Mana ada yang naik tahta tanpa pertumpahan darah? Banyak raja yang bisa naik tahta setelah bunuh saudara-saudaranya. Habis itu dia baru jadi raja. Kalau anak saudaranya datang untuk minta kembali tahta itu, apa dia akan kembalikan? Nggak, sama sekali nggak mungkin!”Felicia terdiam. Tidak peduli apa pun yang ibunya katakan, dia tetap tidak setuju dengan cara kerja ibunya. Alasan utamanya karena dia ingin mengundurkan diri dari persaingan memperebutkan posisi kepala keluarga Gatara. Dia merasa dia bisa menciptakan kerajaan baru untuk dirinya sendiri dengan kemampuannya sendiri.Dengan begitu, Felicia bisa
Anak muda yang tidak mau bekerja biarkan saja mereka kelaparan. Biaya hidup untuk anak muda harus dihapuskan. Saat mereka tidak memiliki siapa-siapa untuk diandalkan, mereka akan keluar untuk mencari pekerjaan dan menjadi mandiri. Hanya dengan begitu baru bisa dipilih yang mana yang bagus untuk diambil dan dilatih jadi penerus. Akomodasi untuk orang lanjut usia tidak diubah juga tidak masalah.“Di keluarga banyak orang yang nggak berguna, hanya bisa andalkan kita untuk cari uang dan hidupi mereka. Mama ingin ubah keluarga ini dan jadi miliki keluarga kita saja. Tapi Mama butuh kerja samamu.”“Felicia, Mama sudah berkorban banyak untuk dapatkan posisi kepala keluarga ini. Mama juga sudah kerja keras selama puluhan tahun. Meskipun kemampuan Mama terbatas dan gagal bawa keluarga kembali ke puncak kejayaan, seenggaknya Mama sudah memusatkan kekuasaan dan kepentingan sedikit demi sedikit. Sekarang para tetua susah mau menggoyahkan kekuasaan kepala keluarga.”“Kalau mereka berani bicara, Mam