“Hei! Jelas-jelas kamu sudah menerima uang dari aku secara tunai! Itu uang yang aku simpan dan tabung! Waktu kamu terima, kamu bilang bakalan membujuk Olivia. Tapi pada akhirnya kamu nggak melakukannya. Anakku tetap cerai dengan Odelina. Jadi tolong kembalikan uangku! Kalau nggak, aku akan lapor polisi.”Dengan wajah dingin Adi berkata, “Silakan saja lapor polisi, aku juga nggak takut. Memangnya kenapa kalau aku menerima uang itu? Anggap saja uang tersebut uang mahar dari keluarga kalian. Bahkan uang segitu masih terlalu sedikit! Kalian juga ada anak perempuan, waktu dia menikah kalian bersedia untuk nggak mendapatkan uang mahar?”Dengan emosi memuncak Rita berkata, “Uang mahar apaan? Kamu pernah merawat Odelina? Atas dasar apa kamu meminta uang mahar pada kami? Mereka juga sudah cerai! Cepat kembalikan uangnya!”“Nggak ada uang! Aku hanya ada nyawa, ambil saja kalau kamu berani!”Shella menarik tangan ibunya dan berkata, “Ma, jangan main kekerasan. Dia sudah tua, begitu jatuh ke lanta
Beberapa mobil mewah datang dari arah kejauhan dan melewati gerbang SMP Negeri Kota Mambera dan berhenti di depan toko milik Olivia. Tetangga mereka, Om Chiko tengah sibuk berbincang dengan Sarah tampak menoleh. Setelah melihat beberapa mobil mahal itu, Sarah membuang tatapannya dan juga menunduk karena khawatir dikenali.“Olivia, Olivia!” seru Amelia turun dari mobil dan masuk ke dalam toko. Dia terlihat tidak menyadari arah yang duduk di toko sebelah.Rudy yang baru saja turun tengah menggandeng istrinya yang menangis dan mengikuti langkah putrinya untuk masuk ke toko. Tiara memerintahkan anak buahnya untuk menunggu di luar dan setelah itu dia ikut masuk.Olivia tengah melihat sebuah burung kertas dan langsung terhenti ketika mendengar seruan Amelia. Dia mendongak dan bertanya, “Amelia? Kamu sudah makan? Kalau belum-“Ucapannya terhenti ketika melihat Rudy dan juga Yuna yang tengah menangis. Seketika dia langsung mengerti. Yuna sudah mengambil hasil laporan tes DNA mereka berdua.“Ol
Rudy dan Amelia fokus menjaga Yuna. Hanya Tiara yang ingat untuk mengambil hasil tes DNA. Tiara menyerahkan hasil tes itu kepada Olivia. Kemudian, Olivia mengambil dan membacanya.Setelah membaca hasil tes DNA itu, Olivia terdiam sejenak lalu dia meletakkan hasil tes itu di atas meja.“Olivia, kamu adalah keponakanku. Cepat panggil Tante.”Yuna sudah tidak memiliki kesempatan untuk bertemu dengan adiknya lagi dalam hidup ini. Namun, dia masih bisa menemukan kembali kedua keponakannya. Hal itu pun menjadi semacam penghiburan baginya. Yuna memegang tangan Olivia, lalu meminta Olivia untuk memanggilnya tante.“Odelina mana? Russel juga. Kok nggak kelihatan?” tanya Yuna yang masih ingat dengan keponakannya yang satu lagi.“Kak Odelina nggak pulang pas jam makan siang. Nanti jam 5.30 sore baru pulang kerja.”Olivia menjelaskan dengan singkat. Kemudian, dia menatap Junia. Junia langsung datang dengan membawa Russel. Olivia pun mengambil Russel dari Junia.“Bu ....”Olivia baru saja mau bicar
Amelia belakangan baru tahu kalau dirinya telah melewatkan pertunjukan yang begitu bagus. Dia terus mengomeli Junia dan Olivia.Junia berkata kalau dia sudah mengingatkan Olivia untuk mengajak Amelia. Namun, Olivia tidak ingin Amelia melihat pemandangan brutal seperti itu mengingat Amelia seorang nona besar dari keluarga terhormat.Amelia memang seorang nona besar, itu hal yang tidak bisa dia pungkiri. Akan tetapi, dia adalah Amelia Sanjaya. Dia sudah memiliki reputasi buruk di kalangan kelas atas Kota Mambera. Orang lain bilang Amelia orang yang kasar, keterlaluan dan tidak berakal sehat. Mana mungkin dia takut dengan pemandangan brutal?“Kak Odelina sudah mendapatkan semua haknya. Hanya saja, keluarga Kak Roni nggak mau mengembalikan uang renovasi rumah. Makanya kakakku suruh aku cari orang untuk hancurkan semua dekorasi di rumah itu.”Yuna spontan mengangguk setuju dan berkata, “Memang sudah seharusnya begitu. Atas dasar apa mereka bisa mengambil keuntungan dari Odelina?”Pada akhir
Banyak orang tua yang memiliki pemikiran seperti itu. Mereka merasa harga keluarga hanya diwariskan kepada anak laki-laki. Anak perempuan kalau sudah besar akan menikah dan menjadi bagian dari keluarga lain. Anak perempuan tidak boleh mewarisi harta keluarga.Bagi keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki, maka akan ada orang yang masih sekeluarga dengan mereka berjaga-jaga di desa. Orang-orang itu menantikan kesempatan untuk memperebutkan harta mereka. Banyak yang tidak ingin harta keluarganya diwariskan kepada orang luar, dengan kata lain bukan keturunan mereka. Oleh karena itu, mereka sangat ingin memiliki anak laki-laki.“Kakak sepupumu yang bernama Bobby?”Yuna masih ingat dengan Bobby. Karena pria itu pernah menjadi eksekutif di anak perusahaannya. Bobby bekerja dengan pendapatan tahunan miliaran.Setelah mendapat gaji tinggi dari perusahaan Yuna, pria itu tetap saja menindas keponakannya. Bahkan berniat untuk mewarisi properti milik adik Yuna. Kesan Yuna terhadap Bobby seketi
“Tante tahu kalian berdua bukan tipe orang yang akan membiarkan orang lain menindas kalian. Tante hanya ingin menegakkan keadilan untuk adik Tante,” kata Yuna.Olivia pun tidak berkata apa-apa lagi. Keduanya mengobrol hal lain sepanjang sore. Pada pukul lima sore, Yuna bersikeras mau ikut Olivia pergi ke Lumanto Group untuk menjemput Odelina. Olivia mau tidak mau hanya bisa membiarkannya ikut.Oleh karena itu, Olivia menyetir mobil. Dia membawa Russel, Yuna dan yang lainnya beramai-ramai pergi ke Lumanto Group. Junia dan Bi Lesti tidak ikut.Di tengah perjalanan, Olivia tiba-tiba teringat dengan Sarah. Sepertinya dia belum melihat sang nenek sepanjang sore. Dia pun segera menelepon Sarah.Begitu Sarah mengangkat telepon, Olivia langsung bertanya, “Nenek ke mana sore ini?”“Aku jalan-jalan saja. Kamu sudah pulang kerja? Aku akan pulang sekarang.”Sebenarnya, Sarah berada di toko Chiko sedari tadi. Dia sama sekali tidak berani menampakkan diri. Dia takut terlihat oleh Yuna.“Nenek, hasil
Odelina bahkan tidak perlu melihat untuk mengetahui siapa itu. Suara itu sudah terlalu familiar baginya. Siapa lagi kalau bukan Shella, mantan kakak iparnya yang luar biasa itu.Shella dan ibunya mencari Odelina sampai ke Lumanto Group. Namun, Odelina tidak pulang untuk makan siang. Dia biasanya makan di kantin perusahaan. Kemudian, dia akan tidur di meja kantor sebentar. Setelah itu, dia lanjut bekerja sampai sore. Karena itu, Odelina sama sekali tidak meninggalkan perusahaan.Shella dan Rita hanya bisa berjongkok dan berjaga di depan pintu masuk perusahaan, menunggu Odelina sepanjang sore. Karena saking lamanya menunggu, mereka pun merasa sangat kesal.Begitu melihat Odelina keluar, amarah Shella seketika naik hingga ke ubun-ubun. Dia sudah tidak peduli ada begitu banyak orang yang masuk dan keluar dari perusahaan. Dia langsung berteriak dengan keras sampai dilihat banyak orang.Orang yang suka gosip secara naluriah langsung berhenti untuk menonton keramaian tersebut. Meski Odelina h
Seseorang spontan membalas perkataan Shella.“Iya, tuh. Padahal kamu sendiri juga seorang perempuan. Bisa-bisanya kamu mengatai Odelina seperti itu. Keputusan Odelina sangat benar. Odelina, kami dukung kamu.”“Benar-benar sial dapat kakak ipar kayak kamu. Jangankan suaminya selingkuh, nggak selingkuh pun harus cerai. Lebih baik jauh-jauh dari orang seperti kalian.”Semua orang justru menyalahkan Shella. Hal itu membuat Shella marah sampai wajahnya menjadi merah padam. Dia merasa Odelina yang membuatnya kehilangan muka. Tiba-tiba, Shella mendorong sepeda motor yang dipegang Odelina dengan keras.Sejak awal ban motor itu sudah kempes. Odelina susah payah mendorong motornya. Tiba-tiba Shella mendorongnya, Odelina tidak bisa menahan motornya dengan stabil. Akhirnya, Odelina dan motornya sama-sama jatuh.“Kembalikan uang kami. Kakekmu sudah ambil uang mamaku. Utang kakek cucu yang bayar. Kembalikan uang itu pada mamaku.”Shella masih tidak puas walau sudah mendorong Odelina sampai perempuan