Setelah sambungan telepon terputus, Stefan mengingatkan Dimas, “Selama aku nggak ada di rumah, jaga istri saya dengan baik.”Kemampuan Olivia begitu hebat, tidak sulit baginya untuk menjaga Olivia. Gajinya naik dua kali lipat! Memikirkannya saja membuatnya bahagia sekali.“Kalau dia ada kesulitan dan butuh bantuan, kamu bilang sama Nenek saja. Nenek yang bakalan urus semuanya. Atau bilang saja sama Calvin.”“Tenang saja, Pak. Begitu Ibu ada kendala, Nyonya Sarah pasti akan langsung tahu.”Yang membuat Stefan terkejut adalah sosok Amelia yang selama ini sudah tidak terlihat wujudnya justru tampak berdiri di depan mobil merahnya sambil menatap mobilnya mendekat.“Pak, Bu Amelia datang lagi,” kata sopir Stefan.Stefan diam sesaat dan berkata, “Berhenti di hadapan Amelia.”Sopir dan Dimas tampak terkejut. Meski Amelia dan Olivia menjadi teman baik, tetapi Stefan tidak pernah menyambut Amelia dengan baik. Yang bisa mendapat kesan baik dari Stefan hanya Junia saja. Akan tetapi, sopir lelaki
Amelia tertawa sambil mengusap air mata di sudut matanya. Dia membuang wajahnya sesaat kemudian menatap Stefan lagi sambil berkata dengan tulus, “Stefan, kalimat kamu tadi membuat aku merasa nggak sia-sia sudah mengagumimu bertahun-tahun.”Amelia mengulurkan tangannya pada Stefan dan disambut baik oleh lelaki itu. Keduanya bersalaman sejenak.“Stefan, semoga kamu dan istri kamu bahagia sampai kakek nenek.”“Terima kasih.”“Semoga aku bisa menghadiri resepsi pernikahan kalian.”Stefan menarik tangannya dan berkata, “Setelah aku selesai pilih tanggal, aku akan kasih undangan buat kamu dan Pak Aksa.”“Kalau gitu aku tunggu tanggalnya.”Amelia tertawa dan berkata, “Kamu sangat sibuk, aku nggak habisin waktu berharga kamu. Sampai jumpa.”Dia melambaikan tangannya ke arah Stefan dan masuk ke mobil balapnya. Dalam waktu singkat mobil perempuan itu meninggalkan Adhitama Group. Dia pamit pada lelaki pertama yang membuatnya begitu jatuh hati, dia tidak akan datang lagi ke tempat ini.Setelah Ame
“Iya, putri dari keluarga kita nggak akan khawatir nggak bisa menikah,” kata Yuna yang mengerti dengan tabiat putrinya sendiri. Jika putrinya bilang dia menyerah, maka dia akan menyerah.Terdengar suara mesin mobil dari arah luar. Tiara bangkit dan berjalan keluar sambil berkata, “Pasti Amelia sudah pulang.”Dia menemukan adik iparnya yang baru saja turun dari mobil. Amelia tersenyum lebar dan berkata, “Kak, Mama masih di rumah?”Melihat senyuman adik iparnya membuat hati Tiara terasa berdenyut nyeri. Dia lebih rela melihat adik iparnya tersebut menangis hebat, bukan tertawa lebar seperti ini. Semua orang tahu kalau di balik senyuman tersebut menyimpan luka yang sangat dalam.“Mama masih di rumah. Amelia, kamu nggak apa-apa?”“Kakak lihat aku seperti orang yang ada apa-apa? Tenang saja, aku baik sekali. Hanya pergi untuk mengucapkan salam perpisahan.”Amelia mengucapkan kalimat itu dengan sangat santai, dia tidak ingin membahas tentang lelaki itu lagi. Dengan manja Amelia menggandeng t
Olivia tertawa dan berkata, “Kata Amelia, Pak Reiki itu dari keluarga media. Kalau sama dia, kamu bisa dapat gosip apa pun duluan. Kamu memang ditakdirkan untuk Pak Reiki, kalian sangat cocok!”Junia bungkam dan tidak berbicara apa pun. Dia mencari kekasih untuk menikah atau untuk gosip?“Kata kamu mertua kakakmu dan keluarganya datang lagi?” Junia buru-buru mengalihkan pembicaraan.“Kakakku sudah cerai dengan Roni, rumah juga sudah mengalah dan kasih ke mereka. Mereka sendiri yang nggak sabar untuk pindah ke rumah itu. Tapi, sekarang mereka hanya bisa sewa rumah atau hotel. Kalau nggak, mereka harus kembali lagi ke kampung. Aku yakin mereka pasti mau tahun baruan di sini, nggak akan mau kembali ke kampung.”Keluarga Roni sudah memberi tahu semua orang kalau mereka akan tahun baruan di kota. Oleh karena itu, meski tidak ada tempat tinggal, mereka juga pasti akan sewa rumah untuk tetap melewati tahun baru di sini.“Mereka lihat rumahnya dihancurkan pasti langsung terkejut.”Olivia terta
“Hei! Jelas-jelas kamu sudah menerima uang dari aku secara tunai! Itu uang yang aku simpan dan tabung! Waktu kamu terima, kamu bilang bakalan membujuk Olivia. Tapi pada akhirnya kamu nggak melakukannya. Anakku tetap cerai dengan Odelina. Jadi tolong kembalikan uangku! Kalau nggak, aku akan lapor polisi.”Dengan wajah dingin Adi berkata, “Silakan saja lapor polisi, aku juga nggak takut. Memangnya kenapa kalau aku menerima uang itu? Anggap saja uang tersebut uang mahar dari keluarga kalian. Bahkan uang segitu masih terlalu sedikit! Kalian juga ada anak perempuan, waktu dia menikah kalian bersedia untuk nggak mendapatkan uang mahar?”Dengan emosi memuncak Rita berkata, “Uang mahar apaan? Kamu pernah merawat Odelina? Atas dasar apa kamu meminta uang mahar pada kami? Mereka juga sudah cerai! Cepat kembalikan uangnya!”“Nggak ada uang! Aku hanya ada nyawa, ambil saja kalau kamu berani!”Shella menarik tangan ibunya dan berkata, “Ma, jangan main kekerasan. Dia sudah tua, begitu jatuh ke lanta
Beberapa mobil mewah datang dari arah kejauhan dan melewati gerbang SMP Negeri Kota Mambera dan berhenti di depan toko milik Olivia. Tetangga mereka, Om Chiko tengah sibuk berbincang dengan Sarah tampak menoleh. Setelah melihat beberapa mobil mahal itu, Sarah membuang tatapannya dan juga menunduk karena khawatir dikenali.“Olivia, Olivia!” seru Amelia turun dari mobil dan masuk ke dalam toko. Dia terlihat tidak menyadari arah yang duduk di toko sebelah.Rudy yang baru saja turun tengah menggandeng istrinya yang menangis dan mengikuti langkah putrinya untuk masuk ke toko. Tiara memerintahkan anak buahnya untuk menunggu di luar dan setelah itu dia ikut masuk.Olivia tengah melihat sebuah burung kertas dan langsung terhenti ketika mendengar seruan Amelia. Dia mendongak dan bertanya, “Amelia? Kamu sudah makan? Kalau belum-“Ucapannya terhenti ketika melihat Rudy dan juga Yuna yang tengah menangis. Seketika dia langsung mengerti. Yuna sudah mengambil hasil laporan tes DNA mereka berdua.“Ol
Rudy dan Amelia fokus menjaga Yuna. Hanya Tiara yang ingat untuk mengambil hasil tes DNA. Tiara menyerahkan hasil tes itu kepada Olivia. Kemudian, Olivia mengambil dan membacanya.Setelah membaca hasil tes DNA itu, Olivia terdiam sejenak lalu dia meletakkan hasil tes itu di atas meja.“Olivia, kamu adalah keponakanku. Cepat panggil Tante.”Yuna sudah tidak memiliki kesempatan untuk bertemu dengan adiknya lagi dalam hidup ini. Namun, dia masih bisa menemukan kembali kedua keponakannya. Hal itu pun menjadi semacam penghiburan baginya. Yuna memegang tangan Olivia, lalu meminta Olivia untuk memanggilnya tante.“Odelina mana? Russel juga. Kok nggak kelihatan?” tanya Yuna yang masih ingat dengan keponakannya yang satu lagi.“Kak Odelina nggak pulang pas jam makan siang. Nanti jam 5.30 sore baru pulang kerja.”Olivia menjelaskan dengan singkat. Kemudian, dia menatap Junia. Junia langsung datang dengan membawa Russel. Olivia pun mengambil Russel dari Junia.“Bu ....”Olivia baru saja mau bicar
Amelia belakangan baru tahu kalau dirinya telah melewatkan pertunjukan yang begitu bagus. Dia terus mengomeli Junia dan Olivia.Junia berkata kalau dia sudah mengingatkan Olivia untuk mengajak Amelia. Namun, Olivia tidak ingin Amelia melihat pemandangan brutal seperti itu mengingat Amelia seorang nona besar dari keluarga terhormat.Amelia memang seorang nona besar, itu hal yang tidak bisa dia pungkiri. Akan tetapi, dia adalah Amelia Sanjaya. Dia sudah memiliki reputasi buruk di kalangan kelas atas Kota Mambera. Orang lain bilang Amelia orang yang kasar, keterlaluan dan tidak berakal sehat. Mana mungkin dia takut dengan pemandangan brutal?“Kak Odelina sudah mendapatkan semua haknya. Hanya saja, keluarga Kak Roni nggak mau mengembalikan uang renovasi rumah. Makanya kakakku suruh aku cari orang untuk hancurkan semua dekorasi di rumah itu.”Yuna spontan mengangguk setuju dan berkata, “Memang sudah seharusnya begitu. Atas dasar apa mereka bisa mengambil keuntungan dari Odelina?”Pada akhir
Yohanna menanggapi sambil berjalan ke sofa dan duduk. Ronny mendorong pintu dan masuk, membawa makan siangnya. "Bu, sudah waktunya makan siang," katanya sambil menyusun hidangan satu per satu di meja. Karena hanya Yohanna yang makan, dia hanya menyiapkan tiga lauk dan satu sop, dengan porsi yang cukup untuk satu orang saja. Yohanna cukup pemilih dalam hal makanan. Tidak banyak yang benar-benar bisa membuatnya menikmati hidangan dengan senang hati, sehingga porsi makannya tidak terlalu besar. Saat melihat menu hari ini, dia menyadari bahwa hidangannya telah berganti dari kemarin. Namun, tetap saja terlihat menggugah selera dengan warna, aroma, dan rasa yang menarik. Ronny dengan perhatian mengambil semangkuk sop setengah penuh dan menyodorkannya kepadanya. "Makan sop dulu, biar tubuh Ibu lebih hangat," katanya lembut. Padahal, di dalam ruangan sudah ada pemanas, jadi Yohanna sama sekali tidak merasa kedinginan. Pakaian yang dia kenakan hanyalah seragam kerja sehari-hari, tanpa jak
Yohanna berkata, "Kalau dia masih belum menyerah, bilang saja padanya bahwa kalau mau bekerja sama dengan keluarga Pangestu, boleh saja. Suruh kepala keluarga mereka yang sebenarnya datang untuk membahas kerja sama. Dia hanya kepala keluarga sementara. Begitu kepala keluarga yang sah kembali, dia nggak punya kuasa apa pun dan nggak bisa mengambil keputusan." Dira langsung tertawa. "Kak, kalau kata-kata ini disampaikan ke dia, dia pasti akan marah sampai meledak di tempat. Semua orang tahu kalau dia bermimpi jadi kepala keluarga yang sah, tapi sayangnya, dia nggak punya totem keluarga Brata, nggak ada lencana kepala keluarga, dan juga nggak ada stempel resmi." "Seberapa banyak pun orang yang dia sogok, dia tetap bukan kepala keluarga yang sah. Statusnya nggak diakui." Di keluarga Brata, orang-orang yang ingin menyenangkan Lota akan menganggapnya sebagai kepala keluarga. Namun, mereka yang normal dan berprinsip akan menolak mengakui statusnya. Kepala keluarga Brata yang lama beserta
Yohanna sangat memahami bahwa para orang tua di keluarganya tidak setuju jika dia dan adiknya menikah jauh dari rumah. Saat ini, bisnis keluarga sebagian besar bergantung pada dia dan adik keduanya untuk dikelola. Adik ketiga dan keempat mereka kurang begitu kompeten, usianya juga masih muda, jadi untuk saat ini mereka belum bisa mengambil alih bisnis keluarga. Kecuali kalau kedua adik laki-laki mereka bisa mengelola bisnis keluarga di usia belasan tahun, kalau tidak, Yohanna dan Dira masih harus terus bekerja keras demi keluarga. Siapa suruh keluarga Pangestu lebih banyak perempuan daripada laki-laki? Dulu, Yohanna juga butuh banyak waktu dan mengalami banyak tekanan sebelum bisa berdiri teguh di dunia bisnis dan mencapai posisinya sekarang. Dira tertawa dan berkata, "Kak, aku juga sudah bilang, aku benar-benar nggak jatuh cinta pada Ronny." "Jangan membicarakan hal-hal yang terlalu jauh. Meskipun kita sudah menyelidiki latar belakangnya, kita sebenarnya belum benar-benar mengen
"Sibuk." Yohanna membalas pesan adiknya. "Aku tahu Kakak selalu sibuk, memangnya malam-malam nggak bisa luangin waktu buat telepon ke rumah?" "Semua di rumah kangen sama Kakak, terutama adik laki-lakimu, tiap hari dia tanya, kapan Kakak pulang?" Sebenarnya, yang bocah itu rindukan adalah masakan Ronny. Ketika Yohanna pergi dinas luar dan membawa serta lelaki itu, bocah itu bagaikan langitnya runtuh. Ronny punya daya tarik tersendiri dan juga pintar memasak. Dua tuan muda keluarga Pangestu sangat menyukainya. Tentu saja, hal ini tidak bisa dikatakan begitu saja kepada kakaknya, jadi mereka hanya bilang bahwa mereka merindukan sang kakak. Yohanna sangat mengerti sifat adiknya. Dia tersenyum dan berkata, "Jangan-jangan yang mereka rindukan itu masakan Ronny? Meskipun dia nggak ada, mereka juga nggak akan kelaparan." Di rumah tidak hanya ada satu koki. Secara teknis, Ronny adalah koki pribadi miliknya. Keluarga di rumah hanya kebagian keberuntungan karena bisa mencicipi masakan Ronny
Alasan utamanya karena Yohanna ingin mempersingkat perjalanan bisnisnya, sehingga dia lembur setiap hari dan baru bisa kembali ke hotel untuk beristirahat pada larut malam. Sering kali, dia harus pergi kerja seperti biasa keesokan harinya.Kurang istirahat membuatnya tidak berenergi. Setiap hari Yohanna harus minum beberapa cangkir kopi agar tetap bisa bekerja.Yohanna berdiri dan berjalan ke depan jendela untuk melihat dunia luar. Di cuaca yang dingin, ada beberapa orang yang berjalan dengan tergesa-gesa di jalan. Tidak banyak orang.Ronny bilang kalau di Kota Mambera, baik siang maupun malam, ada banyak orang yang berlalu lalang. Kota itu hanya akan menjadi sepi saat Tahun Baru. Karena pekerja dari luar akan pulang kampung untuk merayakan Tahun Baru.Paling hanya beberapa hari. Saat mereka kembali ke kota, Kota Mambera kembali ke suasana ramai dan sibuk seperti biasanya.Untungnya selama beberapa hari ini ada Ronny yang mengatur jadwal makan tiga kali sehari Yohanna. Tidak peduli ses
“Jangan tidur dulu. Kompres mukamu pakai es. Masih merah dan bengkak. Kalau kamu tidur, aku juga akan kompres pakai es. Nanti kamu malah jadi kebangun juga.”Vandi tahu Felicia malu. Dia mencium wajah Felicia yang merah dan bengkak, lalu berkata, “Aku milikmu, akan selalu jadi milikmu. Aku hanya nikmati sebentar, kamu sudah malu begini.”“Siapa bilang aku malu. Mukaku tebal, nggak akan merasa malu. Kamu sendiri juga bilang, kamu milikku. Memangnya kenapa kalau aku cium sebentar? Sekalipun aku tiduri kamu, kamu juga nggak boleh lawan.”Felicia tidak mau mengaku kalau dia malu. Vandi mengambil es dan menempelkannya ke wajah Felicia. Dia tertawa ketika mendengar ucapan Felicia barusan.“Silakan tiduri aku, kapan saja juga boleh. Tapi lebih baik beritahu aku dulu. Aku bisa bersih-bersih dulu sebelum kamu nikmati.”Felicia, “....”“Lain kali harus menghindar. Dua sisi bengkak begini.”Felicia terdiam sejenak, lalu berkata, “Aku yang khianati dia lebih dulu. Sudah seharusnya dia marah. Seka
“Vandi, setelah masalah ini selesai, bagaimana kalau kita tinggalkan Kota Cianter? Jauhi semua ini. Nggak perlu pergi jauh-jauh. Pergi dari pusat kota juga sudah cukup.”Felicia ingat kalau perusahaannya masih di Kota Cianter, tapi tidak di pusat kota. Dia telah menghabiskan beberapa tahun untuk mengembangkan perusahaan itu. Dia tidak berencana pindah untuk sementara waktu.Memindahkan perusahaan ke kota baru dan lingkungan baru sama saja dengan memulai dari awal lagi. Itu tidak baik untuk perkembangan perusahaan.“Selama Bu Felicia ingin pergi, aku akan selalu menemani. Sudah kubilang, aku akan jadi milik Bu Felicia selamanya,” jawab Vandi.Tidak peduli urusan pekerjaan maupun pribadi, tubuh dan hati Vandi hanya akan menjadi milik Felicia seorang. Felicia mendongak dan menatap Vandi. Dia bisa melihat perasaan mendalam dari mata pria itu.Felicia tiba-tiba merasa Vandi sebenarnya cukup tampan. Tidak setampan Rika, juga tidak setampan pria dari keluarga Adhitama. Namun dibandingkan deng
Saking kerasnya, Patricia mencolok dahi Felicia dengan jarinya dan marah, “Sebenarnya apa yang ada di otakmu? Kenapa kamu begitu keras kepala dan ngotot mengalah? Untuk apa kamu pikirkan masa lalu? Sekarang aku yang kelola keluarga Gatara. Aku ibu kandungmu, bukan tantemu. Tantemu sudah meninggal puluhan tahun yang lalu. Semua sudah berubah!”“Coba kamu lihat drama-drama sejarah dulu. Mana ada yang naik tahta tanpa pertumpahan darah? Banyak raja yang bisa naik tahta setelah bunuh saudara-saudaranya. Habis itu dia baru jadi raja. Kalau anak saudaranya datang untuk minta kembali tahta itu, apa dia akan kembalikan? Nggak, sama sekali nggak mungkin!”Felicia terdiam. Tidak peduli apa pun yang ibunya katakan, dia tetap tidak setuju dengan cara kerja ibunya. Alasan utamanya karena dia ingin mengundurkan diri dari persaingan memperebutkan posisi kepala keluarga Gatara. Dia merasa dia bisa menciptakan kerajaan baru untuk dirinya sendiri dengan kemampuannya sendiri.Dengan begitu, Felicia bisa
Anak muda yang tidak mau bekerja biarkan saja mereka kelaparan. Biaya hidup untuk anak muda harus dihapuskan. Saat mereka tidak memiliki siapa-siapa untuk diandalkan, mereka akan keluar untuk mencari pekerjaan dan menjadi mandiri. Hanya dengan begitu baru bisa dipilih yang mana yang bagus untuk diambil dan dilatih jadi penerus. Akomodasi untuk orang lanjut usia tidak diubah juga tidak masalah.“Di keluarga banyak orang yang nggak berguna, hanya bisa andalkan kita untuk cari uang dan hidupi mereka. Mama ingin ubah keluarga ini dan jadi miliki keluarga kita saja. Tapi Mama butuh kerja samamu.”“Felicia, Mama sudah berkorban banyak untuk dapatkan posisi kepala keluarga ini. Mama juga sudah kerja keras selama puluhan tahun. Meskipun kemampuan Mama terbatas dan gagal bawa keluarga kembali ke puncak kejayaan, seenggaknya Mama sudah memusatkan kekuasaan dan kepentingan sedikit demi sedikit. Sekarang para tetua susah mau menggoyahkan kekuasaan kepala keluarga.”“Kalau mereka berani bicara, Mam