“Olivia, kakakmu dimana? Suruh dia angkat telepon!” Suara Rita terdengar penuh emosi.“Untuk apa cari kakakku? Seingatku dia sudah nggak ada hubungan apa pun dengan kalian. Katakan, ada apa?” ujar Olivia dengan nada malas-malasan.Dia menebak sepertinya Rita datang dari kampung dan mendapati rumah yang direnovasi sudah dihancurkan. Karena tidak terima sehingga dia langsung mencari kakaknya. Tidak heran Rita tidak mengetahui hal ini karena kedua orang tua Roni langsung kembali ke rumah begitu Odelina dan Roni selesai mengurus administrasi perceraian.Awalnya mereka ingin keesokan harinya langsung pindah. Karena anak-anaknya Shella masih harus ambil rapor di sekolah, sehingga mereka harus menunggu satu hari lagi. Hari ini sekolah sudah resmi libur, sehingga Rita dan Andi membawa keluarganya Shella untuk merayakan tahun baru di kota.Rita datang pagi hari dengan harapan agar Yenny membuatkan mereka sarapan. Namun ternyata ketika naik ke lantai atas dan membuka pintu, seluruh koper dan bar
Olivia tertawa dan berkata, “Shella, coba kamu cuci muka kamu di toilet. Oh! Nggak ada kran air ya? Waktu itu kakakku yang beli, jadi kami juga hancurkan saluran airnya. Kamu cuci wajah dengan air seni kamu saja dan bercermin. Coba lihat diri kamu sendiri itu sebenarnya siapa?”“Kakakku dan adikmu sudah cerai dan nggak ada hubungan apa pun lagi. Kamu nggak tahu malu sekali meminta kakakku untuk cari rumah buat kamu tempati? Kamu bilang kakakku yang buat kalian nggak ada tempat tinggal? Itu ulah kalian sendiri!”“Kalau dari awal mau pisah dengan cara baik-baik dan kembalikan semua kerugian yang kakakku alami, sekarang kalian sudah ada tempat tinggal. Sekarang lagi musim hujan, di rumah itu semuanya bisa tembus angin dan air. Nggak tahu kalian bakalan tidur nyenyak atau nggak.”“Tapi kalian semua memiliki kulit badak, jumlahnya juga banyak. Kalian bisa saling mencari kehangatan. Kalau nggak ada urusan apa pun lagi, aku mau tutup teleponnya. Di sini hangat sekali, aku mau lanjut tidur. By
Andi mendelik ke arah istrinya dan bertanya, “Kamu cari kakek yang mana untuk bujuk Odelilna?”“Siapa lagi? Kakek kandung Odelina! Bukannya nenek dia lagi di rumah sakit? Aku ke rumah sakit buat jenguk mereka dan sekalian menyampaikan keinginanku. Kakek tua itu jamin akan membujuk Odelina asalkan aku kasih 200 juta. Aku nggak mau, tapi dia nego sampai 120 juta.”“Dia jamin katanya dia akan bujuk Odelina. Tapi ternyata dia nggak melakukan apa yang dia janjikan!”Begitu ucapan Rita selesai, sebuah pukulan keras dari Andi melayang ke tangan istrinya.“Kamu bisa percaya dengan keluarga Odelina? Lagian Odelina dan keluarganya ribut, kamu juga tahu sendiri masalah ini, bukan? Kenapa harus cari mereka?! Bisa-bisanya kamu habiskan uang 120 juta!?”Andi dibuat emosi karena ulah istrinya hingga rasanya dia nyaris pingsan. Sedangkan Rita hanya bisa dengan melas menjawab, “Aku pikir Odelina nggak bisa diajak berdiskusi, jadi biar keluarganya sendiri yang turun tangan. Setidaknya kalau berantem, bu
“Kak, aku sudah jalan ke arah rumah.”Setelah Roni tahu keluarganya datang, dia bergegas bangkit dan membangunkan Yenny. Keduanya bersiap-siap dan langsung berangkat.“Roni, kita masih belum sarapan.”“Kak, aku sudah di jalan. Nanti aku bawa kalian sarapan.”“Bukannya kamu sama Yenny lagi bersama? Minta dia siapkan sarapan untuk kami bisa? Kalau keluar makan bakalan boros karena kita jumlahnya banyak,” kata Shella.“Kak, kami sekarang juga tinggal di hotel, belum ada waktu cari rumah. Rumah aku yang sekarang itu nggak ada apa-apa, nggak bisa masak.”Rumah itu tidak ada apa pun termasuk listrik dan air. Bahkan di dapur juga kosong melompong. Tidak akan bisa masak meski Yenny bersedia. Shella diam sejenak dan berkata, “Odelina sudah blokir nomor telepon kami semua, bagaimana kamu menghubunginya? Kami sudah nggak bisa bertemu dengan Russel?”“Russel biasanya ada di tokonya Olivia, kalilan bisa lihat Russel di sana. Nggak perlu melalui Odelina.”Dia tidak peduli dengan Odelina yang memblok
“Mau mulai dari yang kedua atau ketiga?” gumam Sarah.Stefan diam saja dan tidak mau ikut campur. Daripada nanti neneknya ini bilang ke adik-adiknya bahwa semua rencana tersebut adalah ulahnya.“Dari Calvin saja, dia lebih cocok sama siapa ya?”Stefan tetap diam dan bungkam. Dia tidak kenal dengan banyak perempuan muda, tidak mungkin dia mengenalkan perempuan pada Calvin. Sarah sendiri juga tidak menaruh harapan pada diri Stefan.“Masuk sana!” kata Sarah yang membuat Stefan menatap perempuan tua itu dengan bingung.“Kamu sudah mau dinas, masih nggak mau masuk dan ngobrol dengan Olivia?”Kenapa harus dia yang sudah berusia tua ini yang mengingatkan sang cucu harus berbuat apa? Dulu dia mengajarkan banyak hal pada cucu-cucunya, hanya satu teori tentang cinta dan mendekati lawan jenis yang tidak pernah dia ajarkan. Sekarang hasilnya sang cucu tidak mengerti dengan perasaan seorang perempuan.Sarah pikir mencintai seseorang akan membuat sifat alami seseorang muncul dan tidak perlu diajarka
Setelah selesai makan, Stefan mengirimkan uang 100 juta ke rekening Olivia. Melihat itu membuat perempuan tersebut berkata, “Aku nggak sedang butuh uang.”Uang bulanan yang diberikan lelaki itu tidak pernah kurang sebelumnya.“Aku dinas dan nggak ada di rumah, aku sendiri juga nggak tahu kapan pulang. Mendekati tahun baru biasanya barang-barang mahal dan semuanya butuh uang. Uang itu untuk kamu beli barang-barang.”“Tahun baru nanti kita pulang ke kampung. Keluarga kita sangat banyak dan harus kasih banyak barang. Kamu tanya Nenek apa yang harus di kasih ke mereka, kita beli lebih awal. Kalau uangnya nggak cukup, kamu kasih tahu aku dan akan aku kirim lagi ke kamu kekurangannya.”Mendengar ucapan lelaki itu membuat Olivia hanya bisa menerima uang yang diberikan oleh Stefan tadi. Untuk pertama kalinya lelaki itu mau membawanya pulang ke kampung halamannya. Mendengar ucapan Stefan membuat mata Sarah berbinar. Akan tetapi dia tidak berkata apa pun dan hanya tersenyum saja.Ketika Olivia t
Olivia mendongak dan menatap Stefan sesaat. Dia kembali memeluk leher lelaki itu dan mendaratkan kecupan lembut di bibir Stefan yang terlonjak girang dalam hati. Sebelah tangannya menarik koper dan sebelahnya lagi menggenggam tangan istrinya sambil berjalan keluar.Sarah yang ada di lantai bawah menunggu cucu dan cucu menantunya tampak berbincang dengan Dimas. Ketika dia membantu Odelina pindah rumah, Dimas berhasil dikenali oleh Olivia. Lelaki itu berkata bahwa dia bersedia melakukan semua pekerjaan asal menghasilkan uang. Semenjak itu, Dimas tidak lagi panik ketika bertemu dengan Olivia.“Pak Stefan, Bu Olivia,” sapa Dimas.Olivia tersenyum dan bertanya, “Siapa nama Bapak? Waktu itu saya lupa minta kartu namanya.”Dengan cepat Dimas melirik sekilas ke arah Stefan dan mendapati ekspresi datar lelaki itu. Dengan tenang Dimas menjawab, “Nama saya Dimas.”Setelah itu dia mengeluarkan sebuah kertas kecil dari dalam sakunya dan memberikannya pada Olivia sambil berkata, “Waktu pulang saya b
Setelah sambungan telepon terputus, Stefan mengingatkan Dimas, “Selama aku nggak ada di rumah, jaga istri saya dengan baik.”Kemampuan Olivia begitu hebat, tidak sulit baginya untuk menjaga Olivia. Gajinya naik dua kali lipat! Memikirkannya saja membuatnya bahagia sekali.“Kalau dia ada kesulitan dan butuh bantuan, kamu bilang sama Nenek saja. Nenek yang bakalan urus semuanya. Atau bilang saja sama Calvin.”“Tenang saja, Pak. Begitu Ibu ada kendala, Nyonya Sarah pasti akan langsung tahu.”Yang membuat Stefan terkejut adalah sosok Amelia yang selama ini sudah tidak terlihat wujudnya justru tampak berdiri di depan mobil merahnya sambil menatap mobilnya mendekat.“Pak, Bu Amelia datang lagi,” kata sopir Stefan.Stefan diam sesaat dan berkata, “Berhenti di hadapan Amelia.”Sopir dan Dimas tampak terkejut. Meski Amelia dan Olivia menjadi teman baik, tetapi Stefan tidak pernah menyambut Amelia dengan baik. Yang bisa mendapat kesan baik dari Stefan hanya Junia saja. Akan tetapi, sopir lelaki